Chapter 5

1K 44 7
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙮s❕

  • • •

  Arsa melajukan motor nya menuju rumah. Melesat jauh dengan kecepatan tinggi. Sesampainya di rumah ia segera memasuki rumah, baru saja membuka pintu

Plakk

Yaa, Arsa mendapat tamparan keras dari sang papa. Saking keras nya, wajah nya sampai tertoleh ke samping, jejak 5 jari sudah melekat di pipinya yang memerah kebiruan.

Mendongak menatap sang pelaku, "pah" ujar nya seolah bertanya 'apa kesalahan nya kali ini'.

Plakk

Tamparan kedua ia dapatkan. Bahkan ia mendapat luka robek disudut bibir nya.

"Berani sekali anak pembawa sial seperti kamu membuat aib untuk keluarga saya" Berang Aditya dengan wajah yang sudah memerah.

"Anak pembawa sial seperti kamu, berani nya kamu menjadi homo dan menggoda teman sekolah mu sialan" ujar nya lagi, kali ini dengan tendangan kuat tepat mengenai perut Arsa.

"Sakit pah" ringis Arsa dengan menahan sakit pada perut nya.

"Sakit ini tidak setara dengan saya yang punya anak sial dan homo menjijikkan seperti kamu" marah nya sembari menatap nyalang Arsa.

"Sekali lagi saya mendengar kamu melakukan hal menjijikkan itu habis kamu di tangan saya" ujar nya sembari beranjak meninggalkan Arsa yang terkapar tak berdaya.

Setelah Aditya pergi, bibi berlari menghampiri Arsa dengan air mata yang tak berhenti mengalir, "aden.." ujar nya dengan isak tangis yang tertahan.

Ia tidak sanggup kala melihat Arsa yang biasa ceria ketika di depan nya tapi sekarang dengan keadaan tidak berdaya.

Sedari tadi bibi melihat semua kejadian yang menimpa Arsa dengan bersembunyi dibalik tembok. Menutup mulut dengan tangan yang sudah gemetaran.

"Arsa gapapa bik, di tendang dikit aja kok, aman ini" ujar Arsa menenangkan bibi yang menatap nya gemetaran, walau sebenarnya ia merasakan teramat sakit pada perut nya.

Bibi memeluk Arsa dengan sayang, mengelus kepala Arsa dengan lembut sebelum berkata "ayok ke rumah sakit den, wajah aden babak belur, perut aden pasti sakit banget" ujar bibi dengan nada yang masih gemetaran.

Arsa melepaskan diri dari pelukan bibi.
memegang kedua pundak bibi.

"Arsa gapapa bik, bibi obatin di kamar aja" ujar nya seraya mengusap pelan air mata bibi yang menatap nya dengan ketulusan yang terpancar di wajah sang bibi.

"Beneran den?" tanya bibi lagi

Arsa tersenyum lebar seolah menunjukkan bahwa luka nya tidak parah.

"Iya bibi, Arsa gapapa. Bibi bantuin Arsa ke kamar ya" ujar nya menatap bibi dibalas anggukan oleh bibi.

Arsa berdiri di bantu bibi. Sedikit kesusahan memapah Arsa menuju kamar dikarnakan tinggi bibi hanya sebatas telinga Arsa.

Sesampainya di kamar, Arsa berbaring di ranjang sementara bibi mengambil kotak P3K di laci nakas samping tempat tidur.

Setelah dapat, bibi mengobati luka lebam di pipi Arsa. Sesekali Arsa meringis kala kapas menyentuh sudut bibir nya yang berdarah.

Ketika hendak mengobati perut Arsa, Arsa berujar "biar Arsa aja bik yang ngobatin, ini tinggal kasi salep aja sembuh" dibalas anggukan oleh bibi.

"Kalo gitu bibi keluar dulu, aden udah makan belom? Biar bibi ambilkan" ujar bibi menatap Arsa.

"Arsa udah makan kok bik, bibi istirahat aja" ucap nya dengan senyum mengembang menatap sang bibi.

𝙆𝙖𝙞𝙧𝙨𝙖 | 𝘽𝙇  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang