Chapter 6

901 41 0
                                    

Sepanjang perjalanan Kaivan yang fokus pada jalan sesekali menoleh ke samping.
"Ar?" ujar nya menoleh ke Arsa. Yang di panggil diam tanpa suara.

Mendadak kwatir tidak dapat respon, Kaivan meminggirkan mobil kemudian berhenti, melepas salbelt mendekat ke Arsa.

"Ar?" ujar nya menepuk pelan pipi Arsa, "shhhsh.. " ringis pelan yang keluar dari mulut Arsa, membuka mata nya pelan.

Menatap sayu Kaivan yang tepat di depan nya, "hei? apa yang sakit hmm?" tanya Kaivan lembut.

Mendengar nada lembut dan tatapan Kaivan kian dekat membuat Arsa salah tingkah. Menggeleng pelan, lalu menoleh ke arah depan mengabaikan debaran di dada nya.

Kaivan hanya mengangguk pelan, walau sebenarnya ia tau bahwa Arsa sangat kesakitan.

Ia melihat dengan jelas balok kayu yang menghantam kuat punggung Arsa tadi.

Kembali melajukan mobil melesat menuju apartemen yang dibeli nya beberapa waktu lalu.

Sesampainya di apartemen, Kaivan menoleh ke Arsa. Dapat ia lihat Arsa tertidur dengan begitu tenang.

"Ga tega bangunin dia" gumam nya pelan. Mendekat ke Arsa, meneliti sosok wajah di depannya, "wajah ini sudah menjadi candu" gumam nya.

"Kenapa bisa secandu ini, padahal baru ketemu" ucap nya lagi sembari mengelus pelan pipi Arsa. "Apa dia nampar lo sebelum gue datang" ujar nya kala melihat bekas memar kebiruan disana. [Ga tau aja si Kai yang nampar teh bokap nya🥲].

"Bibir tipis ini yang tadi pagi ngumpat ke gue"  ujar nya terkekeh pelan sembari mengusap pelan bibir Arsa.

"Sshhhh.." ringis pelan keluar dari mulut Arsa kala jemari Kaivan tidak sengaja menekan sudut bibir nya yang terluka.

"Shutt... Ma'af. Tidur lagi yaa" ujar Kaivan pelan. Beranjak keluar. Membuka pintu mobil sebelah Arsa.

Menggendong Arsa ala bridal style, menutup pelan pintu mobil dengan dorongan kaki. Beranjak pergi dengan Arsa di gendongan nya.

Setiba nya di kamar, Kaivan membaringkan Arsa di ranjang. Beranjak pergi mengambil kompres dan  batu es untuk mengompres memar di tubuh Arsa.

"Sshhhh" ringis Arsa kala merasa dingin nya es menyentuh pipi nya. Membuka mata, menatap Kaivan yang juga menatap nya.

"Gue dimana?" tanya nya kala ia merasa ini bukan kamar nya. "Di apartemen gue" ujar Kaivan.

"Gue ga tau dimana alamat rumah lo, jadi gue bawa lo ke apart gue" ucap nya lagi memberi penjelasan pada Arsa.

Arsa yang paham langsung duduk dibantu Kaivan. Kaivan duduk di samping Arsa, sedikit memutar Arsa menghadap samping.

Sekarang Arsa duduk tepat di depan Kaivan. "Naikin baju lo!" ujar Kaivan.

Arsa langsung menatap Kaivan, "hah? ngapain?" beo nya mendadak linglung.

Kaivan terkekeh pelan, "ngobatin punggung lo" ujar nya menatap geli pada Arsa.

"𝘈𝘳𝘳𝘨𝘩𝘩𝘩 𝘓𝘶𝘤𝘶 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵𝘵" 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘒𝘢𝘪𝘷𝘢𝘯

Bisa Kaivan lihat dengan jelas bekas pukulan balok tadi di punggung Arsa. Dahi menyerengit meneliti punggung Arsa, samar- samar bisa ia lihat ada beberapa bekas luka.

Ingin bertanya tapi ia tepis, tidak ingin mengganggu privasi Arsa, 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘭𝘢𝘩𝘪. 𝘐𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘯𝘺𝘢.

Dengan telaten Kaivan mengoleskan salep di punggung Arsa. Arsa memejamkan mata kala merasa ada sensasi dingin tapi dada nya terasa panas ketika kulit nya bersentuhan dengan tangan Kaivan.

𝙆𝙖𝙞𝙧𝙨𝙖 | 𝘽𝙇  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang