Cahaya matahari yang menyusup kedalam kamar bernuansa putih keemasan itu tak berhasil mengusik tidur pemuda manis yang kini masih betah dalam bunga tidurnya.Jeno masih disana, berbaring dengan memperhatikan bagaimana wajah kecil itu tidur dengan damai, aktivitas yang ia lakukan dengan renjun dari sore hingga dini hari membuat renjun pastilah begitu kelelahan.
Bagaimana jeno yang begitu liar menggauli renjun hingga tak sadarkan diri dan kembali melakukannya saat renjun kembali bangun.
"Bangun" bisikan itu akhirnya mulai terdengar oleh telinganya, rasanya geli saat Jeno malah bermain pada daun telinganya. Renjun berusaha membuka mata bulatnya, cahaya matahari itu begitu menusuk retinanya. Wajahnya ia bawa untuk menyusup kedalam pelukan itu.
"Apa masih sakit?" Pertanyaan Jeno barusan menghasilkan erangan sebal dari renjun, jeno masih bertanya apakah sakit disaat bahkan untuk membalik tubuhnya saja ia harus bersusah payah.
Melihat renjun yang masih terdiam membuat Jeno tersenyum geli, rupanya jika renjun marah semakin terlihat lucu.
"Ingin jalan-jalan hari ini, aku akan membawamu kekota, disana ada festival menyambut musim dingin" ucapan Jeno barusan dihadiahi suara riang dari sang kekasih.
"Benar?!, Jeno tidak bohongkan?!" tanya renjun dengan wajah yang ia buat mendongak menatap kepada sang alpha yang juga tengah menatapnya, raut yang menggemaskan itu, membuat Jeno tak bisa menahan hanya untuk mengecup pucuk hidung merah itu lagi.
"Iyaah, bersiaplah aku akan menyiapkan kereta kudanya"
Renjun dengan semangat mengangguk, perlahan ia mencoba untuk duduk, meski masih meringis renjun tetap mencoba bangun, demi festival musim dingin, renjun akan melawan rasa sakitnya.
❄️❄️
"Waahh~~" gumaman takjub itu tak henti-hentinya keluar dari bilah bibirnya sejak kereta kuda mereka memasuki wilayah kota. Mata bulat birunya berbinar saat melihat ada begitu banyak aneka ragam jualan juga permainan.
"Jeno, Jeno, jenoo apa renjun boleh turun sekarang" renjun tak sabar ingin segera turun dan melihat berbagai aneka jualan.
"Tunggu sebentar" Jeno mengambil mantel yang memang ibunya sediakan untuk mereka, memakaikan renjun pakaian mantel hangat juga kupluk berwarna coklat. Mengikatkan tali kupluk itu pada bawah dagu renjun. Agak kesulitan sebenarnya saat renjun malah sibuk melihat kesana dan kemari. Mengecup bibir mungil yang sedari tadi sibuk berceloteh ini dan itu, bagaimana bibir mungil kemerahan itu mengatakan ingin segalanya ia beli.
"Diam renjun, jangan bergerak agar aku mudah mengikat penutup kepalamu" mendengar perkataan Jeno akhirnya renjun bisa sedikit tenang, meski sedari tadi mulutnya tak berhenti mengoceh kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wolf / NoRen
WerewolfTak masalah jika aku harus melawan semua kawananku jika itu demi melindungi mu.