Iris sebiru lautan itu akhirnya terbuka dengan pelan, mengerjab menyesuaikan cahaya remang dari lilin yang ada didekat meja pada kamar itu.
Perlahan ia bawa tubuhnya untuk bangun, kepalanya sakit, matanya melihat kesetiap sudut ruangan tempatnya terbangun. Mata teduh namun terlihat kosong itu mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ia tertidur disini.
"Jeno" panggil renjun pelan, ia tak tahu ini dimana dan ada dalam otaknya pertama kali adalah jeno. Yang ia ingat hanyalah jeno.
Dengan pelan ia menyingkap selimut yang menutupi kaki mungilnya, bangkit perlahan dari tempat tidur itu. Kaki telanjangnya dengan pelan melangkah kearah pintu, ia akan mencari keberadaan Jeno.
Renjun berjalan pelan setelah berhasil keluar dari kamar, menyusuri lorong panjang yang renjun tak tau ini dimana, ini seperti istana kerajaan. Memeluk lengannya dengan erat, ternyata udara cukup dingin, sedangkan ia hanya mengenakan kemeja kebesaran dengan celana yang begitu pendek. Sentuhan kaki mungil itu pada lantai keramik begitu dingin. Tapi ia juga tak mau berdiam diri sendirian didalam kamar yang ia tak tahu kamar siapa.
"Jeno~~" panggilan itu kembali terdengar di tengah keheningan malam dan kesunyian lorong istana.
"Jeno dimana!" Panggil renjun sekali lagi. Mata birunya mengedar, berusaha mencari keberadaan seseorang yang ia cari. "Jeno! Renjun takut hiks...Jeno!" Matanya perlahan memburam karena air mata, renjun asing akan tempat ini dan Jeno menghilang.
"Hei"
"Aaa!" Tepukan dan suara dibelakangnya membuat renjun reflek berteriak, dengan cepat ia menghindar saat melihat orang asing kini melihat kearahnya. Renjun begitu ketakutan.
"Tenang...jangan takut. Aku bukan orang jahat, kau mencari Jeno?" Tanya jaemin.
Ternyata yang menemukan renjun adalah jaemin, tadi ia memang ingin kekamar Jeno untuk melihat apakah pemuda itu sudah bangun atau tidak, dan ternyata dia sudah bangun dan mungkin ia mencari keberadaan Jeno, tapi ia tak tahu Jeno dimana.
Jaemin terlalu bersemangat menghampiri saat melihat siluet yang tak asing baginya, ia hanya terlalu senang dan ingin berkenalan dengan mate adik iparnya. Tapi mungkin ia salah langkah sehingga membuat pemuda yang lebih mungil darinya sampai ketakutan.
Jaemin tidak tahan, bagaimana tubuh mungil itu hanya terbalut kemeja besar yang pasti itu milik si bodoh Jeno, dan lagi dia pastilah kedinginan. Mata itu begitu cantik, sangat memikat. Berwarna biru seperti lautan. Juga seperti ada binar berbintang didalamnya. Belum lagi wajah menangis itu kenapa terlihat sangat lucu, pipinya begitu gemuk juga berwarna merona. Jaemin tak tahan dengan sesuatu yang manis. Pasti haechan akan iri ketika jaemin mengatakan memiliki adik baru yang manis juga lucu.
"K-kau tau Jeno dimana?" Pertanyaan lirih itu membuat jaemin tersadar dari terkagumannya, ia sampai melupakan niat awalnya.
"Ah maaf, aku baru akan membangunkan mu, Jeno ada diruang makan, mari kita kesana, ini sudah masuk waktu untuk makan malam" ajakan jaemin membuat renjun ragu, benarkah orang ini dapat dipercaya.
"Jangan takut, aku jaemin, istri kakaknya Jeno, mmm...namamu siapa, aku belum mengetahuinya" jemian bertanya lagi, ia tak tahu harus memanggil mate dari jeno ini siapa.
"Renjun" ucap renjun pelan,
Jaemin tersenyum saat mendengar cicitan renjun, kenapa renjun sangat lucu. Dengan pelan jaemin menarik tangan mungil itu kemudian mengajaknya menuju tempat makan keluarga.
______
"Mama!" Panggil jaemin saat mereka berdua sudah sampai diruang makan keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wolf / NoRen
Hombres LoboTak masalah jika aku harus melawan semua kawananku jika itu demi melindungi mu.