Bab 17

144 9 0
                                    

Hujan lebat mengguyuri bumi dipenghujung hari itu, menyirami pepohonan, tanah, bangunan dan semua apa yangada di bumi. Sedangkan matahari telah lama tenggelam dalam peraduannya yangnyaman, bulan pucat terlihat kedinginan diselimuti awan-awan gelap.

Cuaca dingin merayapi kulitdisertai dengan angin kencang, untung saja aku dan Key sampai di rumah tepatsebelum hujan lebat turun. Sepanjang perjalanan tadi gerimis telah turunpertanda hujan lebat akan segera datang.

Malam itu setelah makan malam,aku dan Key duduk di ruang santai. Key duduk di sebelahku sambil merangkulbahuku, aku menikmati saat seperti ini. Hujan di luar terdengar lembut danromantis menghinggapi dedaunan.

Wajah Key terlihat tenang dandamai membuat hatiku tenang juga. Key dan aku sama-sama diam mendengarkan airhujan yang berjatuhan dan terbias lampu taman. Aku tahu Key suka saat hujanseperti ini, hujan seolah memberikannya ketenangan dan kedamaian.

Aku memandangi wajah Key sekalilagi, perlahan dia memutar leher ke arahku.

"Ada apa Wine?"tanyanya lembut karena dilihatnya aku menatapnya secara terang-terangan.

"Tidak, aku cumamemandangi jaketmu, lucu juga ya kamu memakainya." gumamku sambilmemandangi jaket putih bergambar Doraemon itu.

"Ya tentulah, siapa duluyang membelikannya istriku Wine," katanya sambil tersenyum.

"Ya ya ya, tapi tidakperlu embel-embel istri di depannya," balasku. Jaket itu aku beli duabuah, satu untuk Key satu untuk aku pakai sendiri. Malam ini kami memakai jaketyang sama.

"Tapi malahan yang lucukamu memakainya, benar-benar kayak Doraemon." gumam Key lagi.

"Masa aku disamain samaDoraemon," balasku tidak terima sambil memonyongkan mulut.

"Terserah," kata Keylagi sambil menaikkan bahunya. "Pokoknya kamu kayak Doraemon, rela tidakrela kamu harus menerimanya."

"Ya benar," imbuhku."Walau pun aku tidak mau menerimanya kamu pasti akan memaksanya. Aku sudahtahu kamu tuan tukang paksa."

"Ya, tapi aku tidak pernahmemaksamu untuk jatuh hati padaku," goda Key sambil mendekatkan wajahnyake arahku.

"Oh ya? Bukannya kamu duluyang jatuh cinta padaku Key. Sadarlah...." balasku tidak mau kalah."Masih ingatkan kenangan sore berhujan waktu itu di sudut sekolah, seoranglaki-laki lebih pendek dariku menyatakan cintanya dengan terbata-bata dan rautwajah malu, gugup dan hampir menangis."

Key memutar matanya, "akukira aku melihat gadis tinggi kurus dengan rok basah dan kedinginan sedangmenunggu seseorang. Waktu kunyatakan cinta, aku kira dia mau pingsan denganraut wajah pucat." Balas Key tidak mau kalah.

"Yah aku mau pingsanmelihat, anak laki-laki pendek setinggi bahuku mau menyatakan cinta,"balasku sambil melontarkan senyum mengejek.

"Laki-laki pendek ya?Sekarang lebih tinggi siapa ya?" Balas Key cepat tidak mau kalah.

"Ya tinggi kamulah lah,kamu kan laki-laki." Jawabku agak jengkel.

"Jadi sekarang siapa yangpendek," goda Key lagi sambil berbisik ke telingaku.

Aku tidak menjawab pertanyaanyacuma memonyongkan mulut dan memasang tampang sebal. Sementara Key tersenyummelihatku sambil menarik tubuhku lebih dekat.

"Dingin ya?" gumamnyasambil menyarungkan penutup kepala jaketnya, dia berbicara kepada diri sendiriatau kepadaku, aku tidak tahu. "Tapi untung ada kamu di sisiku."Tambahnya.

"Sudah lah Key janganngegombal," balasku.

"Ya sudah aku diamsaja." Jawabnya lemah.

Kami kembali terdiam dalamlantunan suara hujan yang merayapi tanah, genteng, dan dedaunan menimbulkanharmoni alam yang indah. Aku merasa nyaman dalam dekapan Key, kuingin waktudihentikan di sini. Tidak ada ketakutan, tidak ada kecurigaan dan tak adakesalapahaman. Yang ada hanyalah aku dan dia saling mencintai di sini, danselalu bersama.

Instrumental dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang