Bab 15

114 7 0
                                    

Aku mendengar suara gaduh pagiini dan sangat mengusik lelapnya tidurku. Aku bangun sambil mengedarkan pandangke penjuru kamar, selama beberapa menit mataku menyesuaikan dengan intensitascahaya di ruangan itu. Dengan malas aku mengedarkan pandang ke penjuru kamar,lampu sudah dimatikan cuma di dekat kamar mandi yang masih menyala, di luarmatahari sudah terlihat semakin tinggi cahayanya mengalir masuk melewati gordenpintu yang terjuntai lemas di sudut jendela, panasnya terasa lembut menyapukulitku ketika melewati tirai jendela. Sambil menguap aku melihat keluar kearah jendela yang setengah terbuka, di luar langit terlihat cerah dan iringanawan altocumulus yang hilir mudik tidak tentu arah.

Sambil merapikan rambut yangacak-acakan aku mengalihkan wajah ke sofa sambil mengusap-usap mata lagi, Keysudah tidak ada di sofa semalam dia tidur di sana meringkuk kedinginan. Akumenerka pasti ia sudah bangun dari tadi pagi dan sekarang mungkin dia sedangmenyiapkan sarapan. Aku menurunkan kedua kaki sambil membenahi bajuku yangkusut dan tersingkap sampai bagian paha lalu mulai menginjak lantai kamar yangdingin.

Aku berjalan ke meja rias danmengambil sisir untuk merapikan rambut, sementara suara gaduh itu terdengarlagi dan malahan semakin keras. Semakin membuatku bertanya apa yang Key lakukanmembuat kebisingan seperti itu. Aku berjalan ke arah pintu yang bercat kreammuda di bagian atas dan putih cerah di bagian bawahnya. Aku memutar hendelnyaberukir sambil melongokkan kepala ke samping sepertinya suara kegaduhan ituberasal dari kamarku. Apa yang Key lakukan pagi-pagi di kamarku sampaimenimbulkan suara kegaduhan seperti itu pikirku sambi berjalan aku terusmenerka-nerka.

Ketika sampai di kamar yangpintunya terbuka, aku terpekik kaget. Kulihat beberapa orang tengah membongkarbath tube di kamar mandi sementara Key berdiri memandanginya berdiri di dekatjendela yang terbuka. Angin pagi yang lembut menyapu wajahnya menerbangkanrambut hitam yang terjuntai lemas di sekitar dahi.

"Key?" Desisiku setengahtertahan sambil berjalan ke tengah ruangan, membuka selebar mungkin agar sampaidi tempat Key berdiri.

"Oh," laki-laki itumembalikkan tubuhnya manakala aku berdiri di belakangnya. "Kamu sudahbangun?" tanyanya sambil tersenyum manis membuat aku menahan nafas selamabeberapa detik.

"Apa yang mereka lakukanKey? Kenapa mereka membongkar bath tube itu?" tanyaku sedikit cemas sambilberjalan mendekat dan menarik lengan cardigannya agak kencang.

"Aku menyuruh orang-oranguntuk membongkar bath tube itu," jelas Key dengan santai yang membuatkusemakin tercekat. "Aku tidak mau peristiwa kemarin terulang lagi."tambahnya sambil menggenggam tanganku dengan lembut seolah aku bunga rapuh yanghancur berterbangan menjadi serpihan bila terjadi sedikit goncangan saja.

"Tapi Key..."Bantahku sembari melihat dua orang suruhan Key itu sambil mengangkat bath tubeyang setengah hancur itu. Kedua orang itu melihatku sekilas, ketika tatapankubertumbukan dengannya ia segera mengalihkan wajah dengan cepat.

"Akutidak mau kamu celaka hanya karena bath tube itu, aku lebih baikmenghancurkannya daripada aku kehilanganmu," tandas Key sambilmemperhatikan dua pekerja yang masih sibuk dengan pekerjaanya itu. Raut wajah Key mengeras tidakmau mendengarkan bantahanku lagi apapun itu, tapi aku tetap bersikeras.

"Aku tidak akan melakukanhal itu lagi Key, aku benar-benar berjanji ini tidak akan mengulanginya."Kataku sambil menatap mata Key dalam-dalam agar ia tahu kesungguhan ucapanku,agar ia mengerti ucapanku seutuhnya bahwa kejadian seperti kemaren tidak akanpernah terulang lagi. Entah kenapa aku merasa tidak rela jika bath tube itudibongkar begitu saja.

"Siapa yang akan menjaminkamu tidak akan melanggar janjimu sendiri, jadi diamlah jangan banyakprotes," ungkap Key menyudutkanku membuatku beberapa saat berhenti bicara,tatapan Key keras menghujam ke arahku.

"Tapi Key, aku..."kataku sudah agak cukup lama sementara air mataku mulai merebak tanpa sebab,aku membalikkan tubuh tidak mau Key melihat air mata di wajahku. Aku tidak mau menambahbebannya lagi tapi juga tidak rela bath tube itu dibongkar begitu saja. Danbodohnya kenapa aku harus menangis, apa yang salah denganku. Dengan hal-halseperti itu saja bisa membuatku menangis, kenapa jiwaku serapuh ini sekarang.

"Wine," Key membalikkantubuhku lalu mencengkeram kedua pundakku dengan lembut dengan kedua tangannyayang kokoh. "Aku tidak mau kamu menyakiti dirimu sendiri. Dan aku tidakmau kehilangan kamu. Apakah kamu mengerti perasaan yang aku rasakan?"

Key meraih tubuhku dan mendekapnyadengan lembut. Aku membenamkan kepalaku di dadanya sementara ia membelairambutku dengan lembut. Air mataku mulai merembes membasahi cardigannya, tapiaku tidak peduli. Aku terus menangis sesunggukan sambil mencengkram bagianpunggung cardigannya dengan kuat.

"Hei berhentilah, janganmenangis lagi. Tidak ada yang perlu ditangisi, air matamu terlalu berhargadibuang untuk hal-hal sepele seperti itu," kata Key lembut sambilmenghapus air mataku dengan ujung lengan cardigannya, Key menatapku dengancinta yang teramat dalam melalui matanya.

Aku mengangguk tapi masihmenangis, aku tidak tahu kenapa air mataku meleleh begitu saja. Yang aku tahuaku hanya ingin menangis di pelukan Key. Aku lelah dan ingin dalam dekapannyaselamanya.....

"Wine," gumam Keyselembut sutra di telingaku. "Berhentilah menangis jangan rusak pagi yangcantik ini dengan tangisanmu." Pinta Key masih mengusap-usap kepalaku danmerapikan beberapa helai rambutku yang terjatuh di wajah. Selama beberapa menitaku terus menangis sementara Key terus mendekapku dalam pelukannya sampai akutenang. Sesudah aku menumpahkan perasaanku yang tak karuan dan tangisanku sudahberhenti Key baru membuka suara lagi. "Aku sudah bikin sarapan kesukaanmu,ayo kita makan aku sudah lapar lho."

Sekali lagi aku cuma menganggukterlalu malas untuk membuka suara. "Kenapa aku begitu lemah dihadapan Key?Aku seperti bukan diriku sendiri saat aku bersamanya. Dan aku juga tidakmengenali diriku sendiri akhir-akhir ini. "Ada apa denganku?" Gumamkupada diri sendiri sambil terus mengikutiku Key membawaku keluar dari kamartanpa menghiraukan tatapan bingung para pekerja itu.

ttttt4

Instrumental dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang