Prolog

708 23 0
                                    

Selembut nada-nada yang melebur di jemarimu yang seputih tulang sehingga menyentuh palung dan relung gelap jiwamu yang kosong tanpa raga, aku berada diambang kewarasan.

Jeritan nada-nada surga yang kau lantunkan dalam membran telingaku adalah buih-biuh yang memantulkan spectrum cahaya yang indah. Memaksaku untuk terpukau dan terhanyut dalam mimpi-mimpi yang kau rangkaian dalam not-not berantai.

Aku terhampar dan terjatuh semakin dalam, semakin memaksaku untuk mengingatmu dalam nada-nada yang mengelilingi segala keindahanmu yang berdenyut.

Aku ingin berhenti dan aku ingin mati, nadanya terlalu indah untuk aku tampung oleh indraku yang sederhana. Senandungmu tak kuasa kutangkap dengan telinga manusiaku yang fana, rasanya begitu memabukkan dan membiusku sampai simpul saraf-sarafku mati rasa dan mengerut menjadi debu.

Kau tidak mau berhenti dan tak pernah berhenti, kau terus meleburkan nada-nada indah yang keluar dari jemarimu hingga terbakar, yang menjadi adiktif dalam setiap tarikan nafasku. Aku terlambat menghindari dan semakin terlambat lagi untuk membencimu diantara cintaku yang semakin menumpuk padamu.

Sekarang aku tidak peduli antara ada dan tiada, yang aku mau instrumental yang kau ciptakan ada dalam ketiadaanku. Aku tidak butuh nafas lagi selain nafasmu yang mengaburkan ingatanku menelurusi aliran darah dan terurai dalam nadiku yang terkoyak dan meleburkan nada-nada kematian yang indah.

Instrumental dari SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang