Key mendekapku hangat dalam pelukannya, pipiku lengket di dadanya yang bertelanjang, dapat kurasakan hangat tubuhnya menyentuh kulit pipiku dan degup jantungnya yang teratur. Kehangatan tubuh Key seolah berpindah ke tubuhku melalui sentuhan kulitnya.
Aku kembali mengeratkan pelukan memeluk pinggang mulus Key, tubuhnya benar-benar hangat. Ini mimpi yang indah dan sekaligus aneh. Baru kali ini aku mimpi seperti ini, Key memelukku dengan bertelanjang dada. Aku merasa hangat dalam dekapannya, aku tidak ingin mimpi ini berakhir dan berharap suatu saat akan menjadi kenyataan.
Aku membuka mata, perlahan kurasakan tubuh hangat Key memelukku. Apakah ini masih mimpi? Pikirku. Kenapa Key masih memelukku seperti ini. Aku mengangkat wajah kulihat Key tidur dengan nyaman. Tangannya diletakkan di atas dadaku jantungku langsung berdegup kencang. Apakah ini masih mimpi? Tanyaku lagi memastikan.
Tidak ini bukan mimpi gumamku akhirnya dengan kaget luar biasa, dan Key apa yang dia lakukan? Oh tidak Key melakukan apa padaku. Kulihat dia masih terlelap dengan damai, aku segera mendorong tubuhnya dengan kuat.
Key terbangun dan mengusap matanya aku segera melihat tubuhku, aku masih berpakaian lengkap, tapi Key bertelanjang dada, ada apa ini sebenarnya.
"Key apa yang kau lakukan?" Jeritku memecahkan kesunyian, sementara gerimis masih turun di luar terdengar nyaring di tengah kesunyian itu.
Key langsung bangkit sambil mengusap matanya, "ada apa Wine?" Tanyanya malas.
"Ada apa?" tanyaku benar-benar marah. "Apa yang kau lakukan?"
"Aku tidak melakukan apa-apa," elaknya sambil menatapku dengan setengah mengantuk.
"Dasar otak mesum, kau kau melakukannya..." Aku memukul-mukul dadanya.
"Apa maksudmu melakukan apa?" Buru Key sambil menyambar kedua tanganku untuk menghentikan pukulan di tubuhnya.
"Jangan berlagak bodoh Key..." Hardikku marah sambil menatapnya garang.
"Kita sudah menikah 6 bulan lalu Wine..." Kata Key berusaha melepaskan pegangan kedua tangannya dari pergelangan tanganku dan berusaha menyentuh wajahku.
"Tidak, kau jangan mengada-ada," bantahku sambil memalingkan wajah. Dia berusaha meraihku lagi, aku kembali menepis tangannya. "Menikah? Apa yang kau bicarakan. Kapan aku dan kamu menikah." Balasku tidak terima.
"Wine," Key menatapku putus asa sambil menyandarkan tubuhnya pada atas tempat tidur. "Semua berawal 3 bulan lalu saat kecelakaan kapal laut yang ditumpangi mama dan Zea, kapal itu tenggelam dan semua penumpangnya tidak satu pun yang selamat. Bahkan bangkai kapalnya pun tidak pernah ditemukan, kamu tidak menerima kenyataan bahwa mama telah tiada karena itulah kamu terus mengunjungi pelabuhan untuk menjemput mama berharap dia akan datang." Key berhenti bicara dan menatapku dengan tatapan khasnya.
Aku menggelengkan kepala, tidak percaya dan terasa tidak masuk akal. Ucapannya sudah keterlaluan bagaimana mungkin dia mengatakan mama mengalami kecelakaan.
Key meneruskan ceritanya aku cuma memandangnya dengan tatapan tidak percaya, "kamu depresi atas kecelakaan itu dan papa menikah lagi, kamu melupakan kesakitan itu dan kehilangan sebagian ingatanmu. Makanya kamu tidak mengingat bahwa kita telah menikah." Key menatapku dengan wajah tanpa harapan.
"Aku capek Wine berpura-pura dan bersandiwara di depanmu, aku ingin kamu mengingatku sebagai suami bukan seorang pacar. Aku ingin kamu hidup normal dan menghabiskan hari sebagai istriku. " Raut wajahnya terlihat lelah menanggung beban yang berat, aku cuma memperhatikan. Masih bingung dengan ucapannya yang tidak masuk akal, apakah ini bagian dari sandiwaranya lagi.
"Tidak, kau bohong Key. Kau cuma mencari alasan atas yang kau lakukan. Kau telah ketahuan makanya mencari alasan untuk menutupi kebohonganmu." Balasku sambil menatapnya tidak percaya. "Aku kecewa padamu Key..."
"Wine, aku mohon sadarlah." Kata Key lagi sambil meraih tanganku. "Aku sudah capek Wine, mengatakan padamu bahwa aku adalah suamimu nanti kau akan melupakannya lagi," Key memelukku menyandarkan tubuhnya yang hangat padaku. Aku masih membeku tidak percaya apa yang ia katakan, aku membiarkan dia memeluk tubuhku.
"Sudahlah Key jangan pura-pura mengatakan mamaku dan Zea telah meninggal dan aku lupa ingatan. Jangan mencari alasan aku akan terima kamu membongongiku."
"Tidak, kamu memang lupa ingatan." Kata Key bersikeras.
Aku melepaskan dari pelukannya, "hentikan Key apa yang kau lakukan memelukku tanpa baju seperti itu, aku tahu kamu memang hidung belang. Kau sudah menikah dengan wanita lain malah sekarang menggodaku, aku melihat sendiri kau di pernikahan itu."
Key menatapku tidak percaya raut wajahnya tidak bisa digambarkan, "apa yang kau lihat, apakah kau melihat wajah wanita itu. Apakah kau melihat wanita itu adalah kamu?!"
Aku membeku sejenak memang aku tidak melihat wajahnya, tapi wanita memakai gaun putih itu bukan aku karena aku berada di tempat lain. Tidak mungkin ada dua aku berada di satu tempat secara bersamaan. "Aku memang tidak melihat wajahnya." Aku mengakuinya. "Tapi aku tahu kalau kau cuma suruhan papa untuk menjagaku. Berapa imbalan yang kau dapat dari menjagaku, berapa uang yang ditransfer ke rekeningmu."
"Uang apa, apa maksudmu mentransfer uang?" Balas Key menaikan intonasi bicaranya, otot di tubuh terlihat menegang sepertinya dia tersinggung.
"Berhenti pura-pura Key," hardikku. "Aku mendengar sendiri kau telah menerima transferan dari papa."
Pupil mata Key membesar, aku melihatnya dengan marah. Sekarang kebusukanmu terbongkar geramku dalam hati.
"Wine kenapa kau seburuk itu memandangku. Aku memang menerima transferan uang dari papa, tapi itu bukan bayaran untuk menjagamu, aku tulus menjagamu meski harus seumur hidupku. Aku meminjam uang papa untuk membayar ganti rugi ke beberapa perusahaan televisi karena aku memutuskan kontrak sebelum masanya habis. Makanya aku meminjam uang."
Sejenak aku percaya dan terpengaruh lagi oleh kata-kata dan tatapannya, tapi aku yakin dia berbohong pasti ia berusaha memperdayaku lagi. Tidak, kali ini aku tidak akan tertipu oleh akal liciknya itu.
"Berhentilah Key," balasku melunak. "Jangan membuat kebohongan lain demi menutupi kebohanganmu yang lainnya."
Mendengar ucapanku seperti itu Key sudah hampir menangis dan putus asa, sejenak aku merasakan sakit hati yang ia rasa, tapi aku tahu Key cuma bersandiwara.
"Sebegitu hinanya kah kau memandangku Wine?" gumamnya terdengar putus asa, Key menatap mataku dalam-dalam, pasti yang ia temukan disana hanya kebencian yang meluap padanya.
Kebencian yang tidak akan terganti, dibohongi dan dikhianati oleh seorang yang benar-benar dipercaya. Padahal seluruh hidupku kugantungkan padanya. Key kau telah berubah, aku tidak mengenalimu lagi, kau bukan Key-ku yang dulu.
2 bab terakhir akan segera diposting ^_^

KAMU SEDANG MEMBACA
Instrumental dari Surga
RomanceSUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA Judul: Instrumental dari Surga Penulis: Gusti Riant Penerbit: Pustaka Novel Indonesia Jumlah Halaman: 160 Halaman Editor: Eko Cahyo Cover: Kimberly Veruzka Layout: Maureen Jurcha "Alunannya sungguh mendamaikam sendi-sendi...