15. Rasa Penasaran

14 4 18
                                    

Setelah pertemuan Halley dengan Margareth beberapa jam lalu, kini isi kepala Halley hanya tertuju pada Virgo cucu dari Margareth lansia yang baru ia kenal tadi.

"Ada apa Paman? Dari tadi kau diam saja. Apa Paman tidak enak badan?" Enola memastikan, karena Halley tidak bersuara sejak keluar dari ruang rawat, hingga sekarang mereka tiba di parkiran tempat dimana Eldon memarkirkan mobilnya.

"Ah-tidak ada apa-apa Nol. Paman hanya sedikit kelelahan. Kau masuklah ke dalam." Senyum pada bibir Halley sedikit membuat Enola lega. Setidaknya Halley mau tersenyum walau tidak selebar sebelumnya.

"Baiklah Paman. Kau akan menyusul ke rumah bukan? Mama pasti senang jika kau berkunjung."

"Tentu Nol. Setelah mengantar bunga-bunga ke toko, aku akan mampir untuk menemui Micel." Kembali Enola memberikan pelukan kepada Halley, sebelum menutup pintu mobil.

"Eldon, hati-hati menyetirnya. Jangan ngebut. Aku akan memarahi mu jika terjadi sesuatu."

"Tenang saja. Aku bukan baru kemarin belajar menyetir." Hyundai creta itu berlalu pergi meninggalkan parkiran rumah sakit, bersama Halley yang kembali terhanyut dalam pikirannya.

"Aku harus bertanya pada Virgo. Mungkin dia tahu sesuatu soal anak laki-laki itu." Setelahnya disusul Halley yang juga membawa Vespa penuh bunganya keluar dari area rumah sakit.

....

Satu hembusan nafas kasar dikeluarkan Micel. Entah sudah berapa kalinya Micel mencoba mengusir Javier dari rumahnya. Tetapi berulang kali juga lelaki dengan setelan mahal itu kekeh tidak mau melangkah keluar.

"Apa mau mu Tuan D'arcy?"

"Sudah saya katakan bukan? Saya ingin bertemu dengan Enola. Apa itu kurang jelas Nyonya?"

"Tentu! Karena saya tidak akan pernah mengijinkan anda bertemu dengannya-"

"Haha-jangan seperti ini Nyonya. Maksud saya baik. Saya hanya ingin bertemu dengan pasien yang baru saja keluar dari rumah sakit. Saya ingin mengucapkan selamat atas kesembuhan anak anda. Itu bukanlah hal yang jahat Nyonya." Senyum miring itu keluar dari bibir Javier.
Melihatnya membuat Micel ingin memaki, kalau saja hal itu dibolehkan.
Bahkan Micel penasaran bagaimana Javier bisa tahu kalau Enola dirawat di rumah sakit?

"Bagaimana kau tahu kalau Enola dirawat?"

"Nyonya tahu? Banyak telinga yang mendengar."

Sudah kehabisan kata Micel dibuat Javier. Sekarang Micel hanya bisa pasrah karena tidak tahu harus mengusir Javier dengan cara apa lagi.

Bukan tanpa alasan Micel melarang Javier bertemu atau mendekati Enola. Kalian tahu sendiri bukan, kalau Javier memiliki status sebagai Suami orang-yang bukanlain adalah Stevia sahabat Micel sendiri.

Dulu saat Javier belum menyandang status menikah, Micel selalu kagum pada lelaki 39 tahun itu.

Apa yang kurang dari Javier?

Semakin Micel mencarinya, semakin Micel tahu kalau Javier tidak ada celanya sama sekali.
Bahkan saat Enola sering membawa Javier ke rumahnya, Micel selalu membayangkan bagaimana kalau nanti suatu hari Javier menjadi menantu nya?

Saat itu Tuhan menciptakan Javier dengan mood yang baik.
Pahatan wajah bak dewa, mata monolid pemilik tatapan tajam, bentuk alis sempurna, bibir tipis ranum, rambut hitam legam lebat, rahang yang terlihat tegas dari sisi manapun, bahu lebar, kulit tan, serta proporsi tubuh dan tinggi yang sempurna. Sungguh Javier D'arcy adalah keajaiban seni tangan Tuhan.

V I R G O Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang