Siapa sangka, jika Virgo hanya dapat dilihat oleh Enola.
Enola bahkan tidak tahu, jika Virgo memainkan dua peran yang berbeda, dengan dimensi yang berbeda pula.
Selama ini yang Enola tahu, jika Virgo adalah lelaki yang selalu mendatanginya tepat p...
Sebuah mobil terparkir di seberang jalan toko bunga milik Enola. Enola menerka pemilik mobil Kia Rio itu adalah Luca-dan benar saja, seorang siswa masih dengan seragam sekolah lengkapnya berjalan menuju arah toko.
Luca tersenyum lebar kala melihat Enola yang terlihat memang sedang menunggu kedatangannya.
"Hai Nola-"
"Mau bicara disini atau diuar?" Enola tidak basa-basi. Gadis itu langsung pada intinya. "Aku tidak bisa berlama-lama. Eldon akan menjemputku pukul 10.00 malam nanti. Kalau aku ketahuan keluar bersamamu, ia akan bertanya-tanya nanti."
"Ku rasa sebaiknya kita bicarakan diluar saja. Apa kau tahu cafe dekat sini?"
"Berikan kunci mobilmu. Aku yang akan menyetir."
Dengan ragu-ragu Luca mengeluarkan kunci mobil dari saku seragamnya. "Apa tidak masalah? Ku dengar Eldon dan Tante Micel melarangmu menyetir-"
"Jangan ragu. Aku sudah pernah menyetir sendiri sejak kesembuhanku. Aku tidak akan memcelakaimu. Aku tahu kau satu-satunya keturunan Walter." Kunci mobil pada tangan Luca direbut Enola begitu saja.
Dari raut wajahnya terlihat Luca masih belum yakin dengan Enola yang menyetir.
"Kau mau berdiri disitu saja?" Luca tersedar ketika melihat Enola sudah berada pada kursi pengemudi. "Masuk atau kau kutinggal."
"Baiklah tapi-kau harus berhati-hati Enola, aku masih ingin hidup."
Tidak menjawab gerutuan Luca, Enola menginjak gas dan melajukan Kia Rio itu pada jalanan. Tidak ada percakapan intens diantara keduanya. Yang ada hanyalah keheningan yang menyelimuti. Luca tidak tahu harus memulai percakapan apa, begitu pula Enola. Keduanya tidak begitu dekat. Enola bahkan hanya mengobrol dua sampai tiga kali dengan Luca, itupun hanya obrolan singkat.
Tujuan akhir keduanya adalah cafe Historia yang berada beberapa meter dari toko bunga.
Pintu bagian kemudi dibuka Enola, disusul Luca dari samping kursi penumpang. Luca menatap bangunan cafe yang ada di hadapannya. Bangun yang didominasi warna putih itu nampak terlihat nyaman.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau sering kesini?" Percakapan pertama yang Luca lontarkan sejak perjalan menuju cafe.
"Iya, aku sering kemari."
"Bersama Jafier?" Mata Enola membulat saat Luca menyebut nama Javier. "Wow, jangan melotot padaku seperti itu, kau tahu bukan kalau Eldon sering bercerita tentangmu-"
"Hah-" Enola memijit pelan kepalanya. Bagaimana bisa bocah belasan tahun ini mengetahui hubungan nya dan Javier? Enola berpikir sungguh semua ini adalah ulah Eldon. "Yah aku sering kemari bersama Javier, bisakah kau tidak perlu membahas tentangnya?"