23.Virgo

11 4 11
                                    

Senyuman terlihat menghiasi bibir Enola. Hari ini Enola bersemangat dan siap untuk kembali membuka toko bunga yang sudah ia tinggalkan beberapa hari, karena tragedi dirinya pingsan saat mendengarkan cerita Luca.

Masih ingat bukan soal Luca yang bercerita kalau semua kekacauan yang terjadi adalah ulah Virgo?
Saat itu Enola ragu, ia tidak mudah mempercayai Luca begitu saja. Apalagi dirinya dan Luca tidak begitu dekat. Enola hanya tahu kalau Luca adalah sahabat karib Eldon.

"Ayo semangat Enola!" Menyemangati diri sendiri, adalah hal pertama yang Enola lakukan saat bangun dari kasur. Dengan tubuh lunglai, Enola melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Tubuh Enola merasakan guyuran air hangat yang keluar dari shower. Rasanya menenangkan saat menikmati mandi pagi, bersama aroma sabun yang wangi. Saat sedang menyabuni tubuhnya, Enola melihat ada suatu tanda yang aneh pada bagian atas dadanya.

Ada tanda ungu kemerahan seperti memar. Namun saat Enola menekannya, tidak terasa sakit sama sekali. Dahi Enola mengkerut, mengingat-ngingat apa yang ia lakukan semalam sampai ada tanda ungu kemerahan disana?

Sekuat apapun Enola mengingat, ingatan semalam hanya berhenti saat ia bertemu Virgo dan terlelap ketika meminum beberapa butir pil yang diberikan Virgo. Setelah itu Enola tidak tahu apa yang terjadi, karena dirinya terbangun di pagi hari akibat alarm yang berbunyi.

"Ah, sudahlah. Mungkin karena kecapean, makannya tanda ini muncul." Begitu pikir Enola, sembari terus melanjutkan mandinya.

....

Saat Enola selesai bersiap, dan turun ke bawah ruang makan, disana ia bertemu pandang dengan Eldon, yang sudah duduk di meja makan hendak menikmati sarapan di pagi hari.

"Kau sudah bangun Nola?" Terlihat Micel sudah lengkap dengan setelan kantor, yang menandakan bahwa wanita itu akan berangkat kerja.
"Jangan lupa sarapan. Aku sudah membuat roti panggang cokelat kesukaan mu."

Enola mendudukan tubuhnya di kursi, tanpa mempedulikan Eldon, yang terlihat ingin menyapanya.

Micel menyadari apa yang terjadi diantara kedua putra dan putri nya.
"Apa kalian bertengkar?" Tanya Micel di sela-sela makannya.

"Siapa?" Enola balik bertanya.

"Kau dan Eldon." Micel menelisik, sampai ia tahu apa sebenarnya yang membuat kedua anaknya itu, diam-diaman. "Apa karena masalah kemarin?" Pertanyaan itu sudah pasti ditujukan kepada Enola.

"Hah, menurut mu?" Sekali lagi Enola bertanya pada Micel.

"Jangan dibawa emosi Nola. Kau tahu bukan, kalau Eldon hanya mencoba melindungi mu."

"Tapi, dia tidak harus berkelahi dengan Javier bukan? Kesabarannya itu benar-benar setipis tisu." Bola mata Enola berputar malas.

Eldon yang mendengar komentar Enola cuman bisa berdeham, tidak menjawab. Rasanya kalau dia menjawab, akan ada perang yang terjadi antara dia dan Enola.

"Sudahlah. Setelah ini kalian harus berbaikan. Aku tidak mau melihat kalian terus diam-diaman." Micel telah selesai menghabiskan sarapannya. Sekarang saatnya ia berangkat.
"Aku tidak bisa mengantar mu hari ini. Mintalah Eldon untuk mengantar mu hm. Aku harap saat aku pulang kerja nanti, kalian sudah berbaikan." Micel melangkah keluar, meninggalkan Enola dan Eldon yang masih berdiam di meja makan.

"Kau belum selesai? Aku akan naik taxi kalau kau—" Enola belum menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Eldon sudah bangun dari kursinya dengan buru-buru, lalu melangkah lebih dulu menuju garasi.
"Kenapa dia sangat semangat?" Enola menggeleng heran, melihat tingkah adik laki-lakinya.

V I R G O Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang