"Iya kak aku paham--"
Cklekk
Jaemin menoleh, menemukan Jeno juga baru keluar dari kamarnya. Ia segera memutus sambungan telepon.
"JENO, JAEMIN, CEPAT TURUN! ATAU MAU MAMA SERET HAH? ASTAGA ANAK ANAK INI!"
Jaemin meringis, cukup lelah mendengar mama Jay berteriak, kini Jaemin harus mendengar teriakan Rose juga di rumah..
Ia segera melangkah mengikuti Jeno yang kini juga menuruni tangga, segera menuju lantai 1 untuk makan malam. Di kursi pantry ada Jeff yang sibuk memakan buah dan Rose yang masih sibuk mengatur cookies ke dalam toples.
"Tuh anak anak mu, jangan berteriak lagi," Ucap Jeff saat Rose hendak berteriak lagi.
"Anak anak ku? Mereka anak mu juga!" Rose melotot kesal pada Jeff yang kini meringis, istrinya galak sekali..
"Ayo duduk, bicara santai dulu atau apapun itu sebelum makan malam. Kenapa kalian kaku sekali sih? Sudah seperti presiden dari dua negara yang saling bertemu saja," Ucap Jeff seraya menyuruh Jeno dan Jaemin duduk di kursi pantry yang lain.
"Jadi, bagaimana sekolah kalian? Tolong jangan bicara soal masalah, bicarakan itu pada papa saja."
Jaemin yang duduk di kursi paling ujung mengernyit, jadi Rose bertanya apa juga?
Rose terkekeh melihat raut bingung Jaemin, "Bagaimana? Jaemin punya teman di sekolah?"
"Oohh, punya," Jawab Jaemin singkat.
"Berteman dengan Jeno juga kan? Jangan bilang kalian pura pura tak kenal di sekolah?" Kekeh Jeff membuat Jaemin sontak melirik Jeno yang masih santai memakan cookies.
Rose menatap kedua putranya bergantian, "Eh? Kalian benar benar begitu di sekolah?"
"Tidak ma--"
"Kita memang tak saling kenal tuh," Sela Jeno malas, dia hanya mengenal Jaemin sebatas nama, kan?
Jeff menghela nafas kasar, "Besok kalian harus berangkat berdua, papa tak mau tau."
"Pa!"
"Atau jika ada yang menolak, kalian harus sekamar berdua," Tambah Jeff lagi saat Jeno protes.
Jaemin menggigit bibir bawahnya, ah dia tak mau, Jeno kan tak suka padanya, pasti canggung..
"Pa aku berangkat dengan teman--" Ucapan Jaemin terhenti saat Rose menaruh jari telunjuk tepat di bibirnya.
"Tak boleh menolak, atau mau sekamar?"
Haah, begini sekali hidup Jaemin..
____________________________
Jeno mengernyit kala mendengar suara musik dari kamar sebelah, bukannya kamar Jaemin kedap suara?!
Lelaki itu melangkah bangun menuju sudut ruangan saat suara terdengar dari sana.
"A-apa apaan ini?!" Ia melotot tak percaya melihat jendela kecil itu, sejak kapan di kamarnya ada ini?!
"Wah ini gila--eh? Anak itu kenapa?" Gumam Jeno, tak cukup dengan musik yang cukup keras, kini Jaemin duduk seraya menutup telinganya.
"Dia gila ya? Kenapa menghidupkan musik kalau tak mau dengar?"
"Dasar bodoh," Desis Jeno. Memilih abai dan menutup kaca jendela kecil itu lantas segera berlalu pergi dari sana, suara musik masih terdengar namun tak sekeras tadi, mungkin karena Jeno sudah menutup kaca jendela tersebut.
"Ah sial, besok aku harus berangkat dengannya? Papa memang menyebalkan!"
_____________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent ; Na Jaemin
Roman pour Adolescents"Aku tak akan pernah menerima mu, lebih baik kau mati!" "Kau--sungguh berkata seperti itu?" ____________________ Jeno tak pernah menyangka, 17 tahun hidup ia malah menerima fakta bahwa ia mempunyai kembaran. Bertolak belakang, amat berbeda dengannya!