15. 'berharga'

2.9K 377 80
                                        

Rose berdehem, berusaha mencari jawaban yang masuk akal, "Well--yaah Jeno benar, benar, dia benar, lagipula tinggal beli hp baru."

Jaemin memijit pelipisnya lelah, "Ma, hp ku--ah baiklah, tinggal beli hp baru."

Cklekk

"Ini pagi yang indah, bagaimana kalau kita ke taman?" Jeff yang baru masuk memberi saran seraya tersenyum manis, menatap kedua putra nya dengan teduh.

Jaemin melihat ke luar jendela, "Ah, mataharinya--agak terik, aku akan disini saja--"

Cklekk

"Permisi, boleh saya masuk?" Jay melongokkan kepalanya ke dalam,  tersenyum lebar pada Jaemin yang tampak bingung.

"Tentu, masuk saja, ingin mengunjungi Jaemin, ya?"

Jay masuk, "Iya tante, hari ini mataharinya lumayan terik, padahal aku ingin mengajak Jaemin keluar."

Rose sontak terdiam, mengingat percakapannya dengan Yeri kemarin.

"Ya, Jaemin tak terlalu suka keluar saat siang, kulitnya agak sensitif dengan cahaya matahari."

"Kulit Jaemin sensitif ya dengan cahaya matahari?" Rose memberi pertanyaan dengan lembut.

Jaemin mengangguk kaku setelag terdiam lumayan lama, "Iya, mama dan papa bisa pergi ke taman dengan Jeno saja."

"Eh, tak apa kok, Jaem, ini kan baru jam 10 pagi, tinggal pakai sunscreen, kan?" Jay menyahut, tak ingin waktu Jaemin dengan keluarganya berkurang, akan lebih baik jika Jaemin bisa hidup dengan bahagia bersama Rose, Jeff, dan--si menyebalkan Jeno!

Jeno mengernyit, mengingat seberapa sering melihat perlakuan tersebut pada Jaemin, ia bergumam amat pelan, "Seperti perempuan saja takut dengan cahaya matahari."

"Selesai, aku akan ke cafe saja, sampai jumpa Jaem, ah, saya permisi dulu tante, om, dan--Jeno," ucap Jay agak ketus di akhir.

Jeno berdecih, "Pergi saja, dasar pengganggu."

"Jeno!" Rose menegur dengan geram, dasar putranya ini..

Jay mengibaskan tangan, "Dia memang seperti itu, tan, biarkan saja, kalau begitu saya permisi."

Jeno mendelik tak suka, "Sialan, menyebalkan sekali dia.."

"Yasudah, ayo ke taman, sayang tolong ambilkan dua kursi roda--"

"Aku bisa berjalan, ma," sela Jaemin halus, ia tersenyum manis, turun dari ranjang rumah sakit dengan hati hati.

"Yakin? Kamu baik baik saja? Jangan memaksakan diri," ucap Jeff khawatir.

"Iya, kalau kau jatuh lalu pingsan kan yang repot kita," jawab Jeno datar, berhasil mendapat pelototan geram dari Rose.

Jaemin terkekeh, tampaknya ia mulai terbiasa dengan ucapan tajam Jeno, "Aku tak akan pingsan, jangan khawatir."

"Aku tak khawatir!" seru Jeno tak terima.

Seruan itu berhasil membuat Jaemin menunduk menahan tawa, "Iya, aku tak akan pingsan dan merepotkan kalian, aku tau kau tak khawatir."

Jeno bersedekap dada, "Baguslah, j-jangan salah paham!"

Rose mengusak rambut Jeno gemas, "Gengsi mu setinggi apa, sih?"

"Apasih mama?! Jangan salah paham!"

"Iya, mama salah paham."

"Mama!"

"Kalian bertengkar saja ya, papa dan Jaemin duluan," Jeff merangkul bahu Jaemin yang kini sudah berdiri.

Rose melotot, "Heh hati hati! Lihat jarum infusnya!"

Iridescent ; Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang