"Ayo pulang."
Jaemin yang baru keluar kelas tersentak kaget kala mendengar suara ketus Jeno.
Jeno berdecak kesal, "Ayo pulang, atau kau pulang dengan teman? Kalau pulang dengan teman, katakan pada mama--"
"Aku pulang dengan mu," sela Jaemin, tau Rose menghubungi Jeno tadi agar lelaki itu mau pulang bersama nya.
"Hey, awas saja jika Jaemin terluka," Sunghoon menatap Jeno tajam.
Jeno hanya berdecih sebelum memilih segera berlalu pergi di ikuti Jaemin yang kini tersenyum tipis.
Tak buruk, setidak nya Jeno tak menolak nya terlalu jauh.
__________________________
Setelah mandi dan berganti baju, Jaemin sibuk berkutat di dapur untuk membuat makan malam, siang tadi sepulang sekolah, Jeno langsung pergi dan pulang saat menjelang malam.
"Akh--" Jaemin mengernyit, dengan cepat menghidupkan air dan mencuci jari tangannya yang terluka karena terkena pisau, ia berdecak pelan.
"Waah Jaemin, kecerobohan mu semakin menjadi jadi sekarang," gumam nya pelan.
"Mama ingin bicara dengan mu," Jeno yang entah datang sejak kapan menyodorkan handphone nya dengan raut wajah kesal, menganggu acara bermain game nya saja..
Jaemin segera mengambil hp Jeno, tersenyum teduh pada Rose yang melambaikan tangan pada nya.
"Haloo, tidak ada yang ribut, kan? anak anak mama akur, kan?"
"Iya, semua baik baik saja, ma."
"Jeno, astaga kemana anak itu? mama mau lihat kalian berdua, bukan satu satu seperti di acara yang berbeda saja," ucap Rose geram.
Jeno berdehem, berdiri di samping Jaemin dan menatap Rose memelas, "mama ayolaah, aku sedang bermain game--"
"Gameee terus, lupakan saja mama, padahal mama mau berbicara dengan kalian, dasar anak anak durhaka, kalian membuat mama sedih," Rose merengut layak nya anak kecil.
Jeff muncul di belakang Rose dengan wajah sok galak, "Hey anak anak nakal, jangan membuat istri papa menangis."
Jeno dan Jaemin kompak terkekeh kala Jeff menepuk puncak kepala Rose seolah sedang menenangkan anak kecil.
"Lihat itu, mereka kompak sekali jika menertawai ku!"
Jeno sontak terdiam, melirik Jaemin yang kini tertawa pelan melihat Rose mengadu pada Jeff dan pria itu terus mengangguk seolah setuju.
"Beri aku satu alasan kenapa kau tak suka Jaemin selain karena kau tak suka punya saudara, Jay yang selalu memusuhi orang lain bahkan sangat dekat dengan kembaran mu itu."
_________________________
Sialnya pertanyaan Chenle tadi siang terus terngiang di kepala Jeno, membuat nya tanpa sadar terus memperhatikan Jaemin yang kini sedang belajar. Suasana kamar benar benar hening dan canggung sekarang.
"Butuh sesuatu?" Jaemin berbalik, menyadari tatapan kembarannya itu sedaritadi.
Jeno menggeleng, memilih kembali melanjutkan game nya yang tadi sempat ia pause.
"Kau suka warna hitam?"
Gerakan Jaemin terhenti begitu pertanyaan Jeno terlontar di tengah suara game lelaki itu, Jaemin tak berbalik, menatap pena yang sedang ia pegang dengan rumit.
"Biasa saja," jawab Jaemin seraya melanjutkan kegiatan belajar nya.
"Tapi hampir semua barang dan baju mu berwarna hitam," tambah Jeno, melirik sekilas pada punggung Jaemin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent ; Na Jaemin
Teen Fiction"Aku tak akan pernah menerima mu, lebih baik kau mati!" "Kau--sungguh berkata seperti itu?" ____________________ Jeno tak pernah menyangka, 17 tahun hidup ia malah menerima fakta bahwa ia mempunyai kembaran. Bertolak belakang, amat berbeda dengannya!