Jeno mengerjap, sempat tersentak kaget kala menemukan Jaemin yang tertidur di kasur, tak jauh dari kasurnya. Ia kembali menutup pintu kamar dan memilih segera ke kamar mandi setelah melepas jaket nya.
Kapan Jaemin pulang? Siang tadi?
"Jam 4 sore, aku harus kemana lagi ya?" gumam Jeno bingung, tak ingin menghabiskan terlalu banyak waktu di satu tempat dengan Jaemin.
Menyebalkan, kenapa satu bulan terasa lama ya sekarang? Jeno tak nyaman satu ruangan dengan Jaemin.
______________________________
Jeno mengernyit, menatap aneh pada Jaemin yang memakai sunscreen hingga di lengan dan leher. Baru kemudian memakai almamater nya.
"Ck, seperti perempuan saja," gumam Jeno pelan.
Hari ini keduanya sama sama akan berangkat ke sekolah, yang jelas sendiri sendiri, Jeno tak ingin repot repot mengantar Jaemin.
"Jen, aku sudah menyiapkan sarapan--"
Ucapan Jaemin terhenti kala Jeno pergi begitu saja keluar dari kamar, meninggalkannya sendirian. Ah, Jaemin tak suka ini..
ting!
Jay
|jaem aku di depan
Jaemin segera meraih tas nya dan berlalu keluar dari kamar, turun ke lantai satu dan segera keluar, berlari kecil menuju gerbang kala mendapati mobil Jay disana.
"Jangan berlari lain kali, aku menunggu mu, tak perlu berlari, mengerti?" ucap Jay kala Jaemin sudah masuk dan duduk di samping nya.
Jaemin terkekeh pelan, "aku tau cara berlari, aku tak akan jatuh, Jay, tenang saja."
"Tetap saja, kau harus memikirkan diri mu sendiri, itu berbahaya, kau bisa terjatuh, lalu kepala mu terbentur dan berdarah lalu harus di operasi--"
"Hentikan, kenapa pikiran mu buruk sekali?" Jaemin menatap Jay horor.
Jay mengedikan bahu nya, "kita hars memikirkan pada kemungkinan terburuk agar lebih berhati hati."
"Tapi itu terlalu mengenaskan!" seru Jaemin seraya melotot.
Jay terkekeh, "kalau tak mengenaskan kau akan membantah semua nasehat ku, ini cara yang paling ampuh."
Jaemin mendengus, "aku akan menghubungi mu jika perkiraan mu itu jadi mimpi buruk ku nanti malam!"
"Silahkan, kau bisa menghubungi ku kapan saja."
Jaemin menoleh pada Jay, menatap lelaki itu lekat, "Jay, apa menurut mu aku merepotkan?"
"Tidak sama sekali," jawab Jay tanpa perlu berpikir.
..ah, andai Jeno yang begini, Jaemin pasti tak perlu berpikir untuk pergi jauh dan bisa bersama keluarga mereka.
_____________________
Jeno mengerjap kala menemukan note book kecil di meja nya, baru saja hendak membuka, dentingan handphone nya terdengar menandakan ada pesan masuk.
Ting!
xxxx
|itu tentang kembaran mu, jaga dia dngn baik
Jeno berdecak, "lihat? Jaemin itu merepotkan."
Tanpa ragu, Jeno melempar note book tersebut ke laci meja nya, apa pedulinya soal Jaemin, lelaki itu juga akan segera pergi sebulan lagi.
"Mark, aku boleh menginap di apart mu malam ini?" tanya Jeno kala Mark baru memasuki kelas.
"Lalu Jaemin? kau akan meninggalkan nya sendirian?"
Jeno berdecak, "ck, kenapa jadi membahas dia?"
"Kata aunty Rose, aku harus memastikan mu tidur di mansion selama sebulan ini, sorry, Jen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent ; Na Jaemin
Teen Fiction"Aku tak akan pernah menerima mu, lebih baik kau mati!" "Kau--sungguh berkata seperti itu?" ____________________ Jeno tak pernah menyangka, 17 tahun hidup ia malah menerima fakta bahwa ia mempunyai kembaran. Bertolak belakang, amat berbeda dengannya!
