09. SANG BOS MAFIA

218 7 0
                                    

"kau suka?" Tanya Trez kepada Rhea yang sedang melongo tak percaya.
Di tangannya sudah ada kalung dengan merek terkenal. Harganya pun Rhea tidak bisa memikirkannya dengan pasti.

"Ini untuk ku?" Tanya Rhea ragu dan Trez mengangguk bangga
"Aku membelikan nya khusus untuk mu." Kata Trez dan Rhea menatap Kalung itu. Rhea menaruh kalung itu dan menyodorkannya kembali kepada Trez yang ada di depannya.

"Aku tidak perlu memberikan ku seperti ini Trez. Aku tau ini mahal." Kata Rhea. Trez tertawa kecil lalu mengambil kalung itu ke tangannya sekarang.

Kalung itu memang bagus dan harganya jika di tangan Trez murah. Bukan bermaksud sombong tapi ini hadiah yang dia berikan untuk Rhea dari dirinya.

"Aku tidak suka penolakan." Trez beranjak dari duduknya dan menuju ke arah Rhea yang duduk di sembarang nya sekarang. Trez memakaikan kalung itu dari belakang.

Trez tanpa aba-aba menggendong Rhea. Rhea di bawa ke depan cermin di kamar miliknya. Kalung itu sangat cantik sekali di pakai oleh Rhea membuat Trez tak berhenti memuji di dalam hatinya.

"Cantik sekali." Kata Trez sambil menatap pantulan mereka di cermin.

"Terima kasih." Sahut Rhea.

Trez memeluk Rhea dari belakang dan kepalanya dia taruh di bahu gadis itu. Detak jantung Rhea berdetak tak karuan.
"Ada yang ingin aku sampaikan kepada mu." Kata Trez.

Rhea hanya memandangi wajah laki-laki itu dari cermin. Ah, mereka sudah seperti pasangan pengantin baru saja. Mata mereka bersitatap dari cermin tersebut.

"Aku akan pergi ke luar negeri. Jadi kau akan aku tinggal selama 4 bulan mungkin? Aku juga tidak tau kapan selesainya pekerjaan ku." Kata Trez, Raut wajah laki-laki itu mengerut sedih. Rhea masih diam lalu dirinya menepuk pelan tangan Trez yang ada di pinggangnya.

"Aku baik-baik saja disini. Semoga pekerjaan mu cepat selesai dan pulang lah dengan selamat." Balas Rhea lembut. Hati Trez menghangat mendengar nya. Milik nya secara tidak langsung memberi semangat atas pekerjaannya.

"Terima kasih."

Rhea tersenyum lalu dirinya teringat sesuatu dan ada pertanyaan yang tiba-tiba saja muncul dalam benaknya.

"Aku ingin bertanya. Apa pekerjaan mu? Aku tau nya, kau hanyalah penjahat tapi ternyata kau baik, tidak seperti apa yang Kakak sepupu ku katakan." Ucap Rhea mengundang tatapan serius dari Trez.

"Aku rasa, aku tidak akan memberi tahukan pekerjaan ku. Suatu hari nanti kau akan tau dan aku harap kau tidak kecewa maupun takut kepada ku." Jelas Trez. Rhea berbalik menghadap laki-laki itu.

"Baiklah. Aku menghargai privasi mu." Kata Rhea tersenyum dan Trez ikut tersenyum walaupun tidak terlihat di wajah nya.

"Bolehkah aku tidur di kamar lain?" Tanya Rhea membuat wajah Trez seketika datar. Tatapan matanya menajam menatap telak mata gadis nya itu. Rhea tidak takut justru dirinya menatap lucu ke arah Trez.

"Kenapa? Kau tidak suka dengan kamar ini?" Tanya Trez dingin
"Bukan seperti itu! Aku nyaman-nyaman saja tapi ini kamar laki-laki, tidak lazim sekali aku tidur di kamar mu." Jawab Rhea cemberut.

Astaga. Hampir saja Trez ingin memarahi gadis tersebut.

"Lalu hari-hari Kemarin itu apa? Kau saja sampai nyenyak." Sahut Trez
"Kau bilang tidak boleh keluar kamar jika bukan ijin dari mu. Jadi aku tidak akan meminta kamar lain dari mu." Balas Rhea mencoba membujuk Trez.

"Jawaban ku tidak. Tidur disini saja sudah cukup, Kamar lain penuh." Ucap Trez
"Bohong, kata pembantu mu ada sekitar 13 kamar yang kosong." Kata Rhea ngotot.

CRIMINAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang