31. DI PUKUL

111 9 0
                                    

Hari-hari Rhea lalui dengan keadaan biasa aja, kalau kata dia. Perlakuan ibu dan ayahnya, ya Sama seperti awal dia sebelum di culik. Mungkin lebih cuek dan tidak peduli saja.

"Gue pulang ya." Olin melambaikan tangannya kepada Rhea. Mereka baru saja selesai mengikuti ekskul, yaitu Basket.

Jangan remehkan Rhea tentang basket. Gadis itu bisa saja memantulkan bola nya tepat mengenai titik dimana yang dia tuju.

"Y."

"Pulang Lo, berdiri disitu di culik Duda Lo." Kata Olin

"Gak apa-apa, gue ikhlas." Balas Rhea dengan wajah penuh harap.

"Kalo Anaknya ada yang berondong, Buat gue aja." Sahut Olin
"Minta restu ke gue dulu berati? Gak gue restuin." Kata Rhea sinis.

"Diem lu Re!" Kata Olin sebal.

"Sono pulang lu, ngapain masih disini." Lirikan sinis di dapatkan oleh Rhea.

"Lu napasih? Habis di culik nyebelin kek Monyet." Tanya Olin heran. Dia tau Rhea ini emang nakal tapi ini nakal banget sih.

"Bodo amat."

Olin menatap sinis lalu pergi ke arah mobil jemputan nya.

"Hati-hati." Kata Rhea dan Olin membalas jempolan tangan.

Hari semakin malam, Rhea memutuskan untuk pulang juga. Dia sebenarnya sudah di jemput. Jika kalian tebak itu adalah supir dari keluarga nya jawabannya, salah.

Trez mengirimkan supir antar jemput untuk Rhea sekolah. Rhea juga menceritakan dirinya di antar oleh Kakak nya sewaktu itu, membuat lelaki yang kini berada di negara berbeda dengannya mengirimkan supir.

Note : Trez di Italia, Rhea di Australia.

Tak tanggung-tanggung, Trez bahkan membelikan Penthouse dan juga Villa. Tentu saja kedua nya mewah dan mahal.

Hunian itu untuk Rhea, jika bosan di rumah, juga mengirimkan beberapa orangnya untuk menjaga gadis tersebut.

Setelah sampai di rumah, Rhea Berterima Kasih lalu segera masuk ke dalam rumah.

"Ave! Kamu kenapa sih?! Semenjak ada dia! Kamu jadi pembangkang kayak gini!" Teriak Aden kepada adik kembarnya.

"Apasih! Gue cuman lagi gak mau bahas pelajaran! kenapa Lo maksa?" Balas Ave kesal
"Sebentar lagi kita ujian! Jangan jadi anak bodoh." Tekan Aden.

Sifat Ambisi Aden ini sungguh membuat Ave tertekan. Ibunya dan ayahnya mendukung Aden, membuat Ave mau tak mau ikut kena.

"Lo gak mau kan, jadi kayak Dia? Dia anak bodoh! Gak bisa banggain keluarga Ave!"

"Dia adik kamu!! Kenapa kamu bilang begitu?!! Are you sick?" Ave berteriak marah.

"Lo berbuat baik ke dia cuman drama aja kan? Kamu yang sakit!!" Balas Aden marah.

"Apasih! Tiba-tiba bahas begitu!"

"Bener kan omongan gue?"

"Ya! Gue cuman berbuat baik supaya dia anggap gue penyelamat nya!"

"Dasar licik."

Kedua orang yang tadi sedang berdebat seketika menoleh ke arah Pintu. Ave membeku di tempat melihat Rhea berdiri dengan tatapan kosong.

Semua tidak bisa di percaya di keluarganya.

Ini bukan rumahnya.

"Kakak, aku sudah mengormati mu sebagai Kakak ku. Tapi malam ini rasa hormat itu hilang entah kemana. Keluarga kita seperti keluarga bohongan, terlalu berambisi untuk menjadi yang terbaik."

CRIMINAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang