23 - Strawberry Mochi

26.1K 2.8K 192
                                    

komunikasi itu sangat penting ya, setelah kemarin dengan lebay nya curhat sama kalian sampe bilang mau hiatus segala, akhirnya aku mulai pd lagi buat lanjut nulis :(

semua komenan dari kalian aku baca berulang ulang tauu, terimakasih udah bertahan dan masih setia nungguin cerita inii >< ♡♡.

Happy Reading!
—✦◌✦—
🐻🤎

Lou asik memeluk bantal berbulu dengan erat. Duduk bersila diatas sofa panjang ruangan Lean, dengan mata bulat tertuju pada layar laptop yang menampilkan tayangan kartun favoritnya. Lou bahkan tak peduli, meski seorang pria asing rekan kerja sang kakak, terus menatapnya yang sedang mengemut pacifer dengan intens.

"Apa dia adik Anda, Sir?"

Lean, yang mendengar pertanyaan sang rekan kerja mengangguk ringan. Netra kelamnya melirik sekilas si bayi yang sedang asik menonton. "Ya, dia adalah adik saya."

Gilbert Harold, salah satu rekan kerja Lean yang berasal dari luar negeri. Keduanya sedang membahas sesuatu yang penting, namun perhatian Gilbert justru terus tertuju pada Lou yang begitu menarik perhatian.

"Saya juga memiliki seorang putri yang seumuran dengan adik Anda, bolehkah saya menyapa adik Anda, Sir?" Gilbert tersenyum ramah menatap Lean. Ia adalah tipe orang yang sangat menyukai anak kecil, terutama yang masih memiliki harum bayi dan berpipi tumpah seperti adik rekan kerjanya ini.

Lean mengangkat sebelah alis, sebelum mengangguk kecil memberi izin. "Tentu, Anda boleh menyapanya."

Senyum Gilbert semakin lebar, ia lalu membenarkan jas nya sebelum bangkit dari duduk. Sedangkan Lean, meletakkan pen ditangan dan bersandar pada kursi kebesarannya. Memantau, juga ingin melihat seperti apa reaksi si bayi beruang saat di dekati oleh orang asing.

Grrr!

Namun sayang, sebelum Gilbert benar-benar sampai dihadapan Lou, Asfar yang tertidur di bawah sofa tiba-tiba bangun dan menggeram marah.

Lou langsung mengalihkan pandangan dari layar laptop, netra emasnya menatap seorang pria asing dan Asfar secara bergantian. Mengerjap polos, Lou menurunkan kaki kecilnya menapak lantai, menghampiri Asfar yang menatap Gilbert waspada.

"Serigalanya pemarah, jangan dekat-dekat nanti di gigit." ucap Lou menakut-nakuti, berusaha mengangkat setengah tubuh besar Asfar kedalam pelukan layaknya sebuah boneka.

Bukannya takut, Gilbert yang tadinya sempat terkejut karena tidak menyadari kehadiran Asfar sejak memasuki ruangan Lean, kini dibuat tersenyum gemas.

"Benarkah? Siapa nama serigalanya?" Gilbert berlutut dihadapan Lou yang memeluk Asfar, menatap lekat wajah si bayi yang menatapnya polos namun terkesan waspada.

"Asfar." jawab Lou pelan, bahkan hampir tak terdengar. Menundukkan kepala, mengusap Asfar yang kembali menggeram rendah.

"Kalau nama kamu?" tanya Gilbert lagi, berusaha menarik perhatian Lou yang semakin menunduk.

"Louise Wang." Lou sibuk menenangkan Asfar, masih enggan mengangkat pandangan.

Senyum Gilbert tetap tak luntur, pandangannya kini tertuju pada pipi tumpah Lou yang merona alami. "Pipi Louise lucu sekali, bulat seperti mochi strawberry yang biasa anak saya beli. Biasanya makan apa?"

Gilbert semakin melontarkan pertanyaan random, yang mungkin bisa menarik perhatian Lou. Meski sebenarnya masih tak menyangka, jika anak kecil seimut ini dijaga oleh seekor serigala yang tadinya sempat ia kira adalah anjing.

LOUISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang