11 - Hug

38.8K 3.1K 107
                                    

halooww~

tanpa kalian, cerita ini emang bukan apa apa. terimakasiii banyak banyak atas dukungan dan sudah setia menunggu!! ꒰๑>ᴗ<๑꒱

Happy Reading!
✦◌✦
🐻🤎

Sepulang sekolah, kaki kecil Lou berlarian memasuki area parkiran khusus. Melihat Ravel dan Lion telah berdiri menunggu, Lou langsung menubruk ditengah-tengah tubuh tegap kedua kakaknya. Dibelakang, Felix yang mengikuti dengan menenteng tas perlengkapan Lou. Menunduk hormat pada Ravel dan Lion, juga pada Theo dan Travis yang masih berada disana.

Lou mendongak. Merentang kedua tangan kecilnya meminta digendong, karena tak ada yang memberi respon.

"Ayo pulang." singkat Ravel, menyambut rentangan tangan sang adik dan mengangkatnya kedalam gendongan. Dengan sigap, Felix segera membukakan pintu Mobil untuk kedua Tuan Mudanya.

Lou yang dibawa masuk kedalam Mobil, menyembulkan kepala dari balik tubuh Ravel. Tangan kecilnya melambai pada kedua sahabat sang kakak yang juga langsung membalas lambaiannya.

"Dadah kak Theodore! Dadah kak Travis!"

"Dadah Loulou!" balas Theo tersenyum lebar. "Manis sekali, kan?" tanyanya gemas, menoleh pada Travis yang hanya berdehem tanpa berekspresi.

"Tidak seperti dirimu." lanjut Theo, menggeleng miris.

Setelah Lion ikut masuk, Felix kembali menutup pintu Mobil. Kemudian, ia segera menunduk hormat berpamitan pada Theo dan Travis.

Lou, yang kini telah duduk ditengah-tengah Ravel dan Lion. Tampak sibuk mengeluarkan botol dot dari dalam tas beruangnya.

Ravel bersedekap dada. Menatap Lou yang mulai menyandarkan tubuh mencari posisi yang nyaman, seraya memegangi botol dot dengan kedua tangan kecilnya.

"Lou." panggil Ravel, duduk miring menghadap sang adik.

"Eung?" Lou menoleh, menatap Ravel dengan mulut mungil yang mulai menyesap susu.

Melihat netra emas Lou mengerjap polos, Ravel meringis pelan agar tak luluh.

Plop!

"Kakak marah." ungkap Ravel, menarik botol dot hingga terlepas dari mulut mungil Lou.

Lou bangkit dari sandarannya, menatap bingung Ravel dan Lion secara bergantian. "Kenapa marah?"

"Siapa Alter?" tanya Lion membuka suara.

"Ah~" Lou mengangguk-angguk, kembali bersandar dan melanjutkan acara minum susunya. "Anwak bwaru." jelasnya singkat. Membuat Ravel mendengus geram.
(Anak baru.)

Pipi chubby Lou menggembung karena menampung susu strawberry. Merasakan aura gelap dari kedua sisi, mata bulatnya kembali melirik kearah Ravel dan Lion. Melihat kedua kakak memasang wajah datar, Lou terpaksa segera melepas botol dot dari mulut mungilnya.

Lou menelan susu strawberry yang ia tampung didalam mulut. "Anak barunya tidak bawa bekal, Papa dia juga tidak kasi uang, kasian kan? Lou sudah kasi bekal Lou, tapi dia tidak mau, yasudah Lou makan siang sendirian." jelasnya lagi, menundukkan kepala seraya memainkan botol dot.

"Lalu?" Ravel ikut menunduk, mencoba mengintip wajah si bayi beruang. "Kenapa menolak saat Felix ingin mengantarmu ke ruang istirahat?"

Lou sedikit mengangkat pandangan, menatap punggung lebar Felix yang tengah mengemudi dengan wajah penuh permusuhan.

"Felix bohong! Kak Ravel jangan percaya!" Lou menunjuk Felix dengan tangan yang memegang botol dot, merasa tak terima karena telah diadukan.

Felix yang mendengar tuduhan si bayi beruang, langsung terbelalak. Namun ia tetap mencoba fokus menatap jalanan didepannya. "Tuan Muda." batinnya meringis.

LOUISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang