27 - Sorry

25.6K 2.6K 207
                                    

halowww, aku baru balik ke dunia oren lagi 🫂 biasalah, namanya juga manusia pasti punya kesibukan.

Happy Reading!
✦◌✦
🤎🐻

"Kakak! Kakak!" Kaki kecil Lou berlarian memasuki kamar Lion, tak peduli meski botol susu yang ia bawa tumpah berceceran dilantai.

Lion yang baru keluar dari walk in closet seraya memasang kancing piyama, dibuat sedikit terhuyung saat si bayi tiba-tiba menubruk perutnya. Lou mendongak dengan kedua pipi menggembung mengunyah croissant, tangan kecilnya langsung menarik-narik piyama sang kakak meminta di gendong.

"Ada apa, hm?" Membiarkan dua kancing piyama bagian atas terbuka, Lion lebih memilih segera mengangkat tubuh mungil si bayi kedalam gendongan koala.

"Tidak mau sama kak Lean, mau sama kakak saja." adu Lou dengan alis menukik tajam, memegang erat botol susu bergambar beruang miliknya dengan kedua tangan.

Setelah Ravel dan Lion tadi naik kelantai atas untuk membersihkan diri, Lean kembali mencoba mendekati si bayi yang sedang asik sendiri memakan croissant. Lou yang masih merajuk, langsung pergi meninggalkan sang kakak dengan mulut mungil tak berhenti mengomel.

Lion membersihkan bekas croissant di pinggir bibir Lou yang masih mengunyah. "Lain kali jangan berlarian sambil makan."

Lou mengerucutkan bibir. "Kak Lean dekat-dekat terus, Lou kan masih marah."

"Kakak pikir sudah baikan." Lion berjalan kearah kasur. Ia tersenyum kecil, merasa lucu saat melihat ada jejak susu mengotori lantai kamarnya.

Lou menggeleng brutal. "Lou masih marah!" ketusnya yakin, mendekatkan botol susu pada mulut mungilnya dan langsung menyesapnya kuat.

Melihat wajah kesal si bayi beruang, Lion tertawa ringan hingga gigi gingsul di sebelah kirinya nampak. Dengan hati-hati ia naik keatas kasur, meraih bantal kemudian menidurkan si bayi yang sedang menyesap susu dengan perlahan.

Mata bulat Lou mengerjap, memandang paras tampan sang kakak yang saat ini berada di posisi sedikit mengungkungnya. Tangan kecil Lou terulur, menyentuh dan mengusap pipi Lion layaknya seorang bayi yang sedang bermain.

Lou menarik senyum manis. "Lou sayang kakak~" ungkapnya polos, memancarkan tatapan penuh sayang dari netra emasnya.

Bibir tipis Lion tak bisa menahan senyum. Mendekatkan wajah, mengusak gemas hidung mancungnya pada pipi chubby si bayi yang bergerak lucu menyesap susu. "Kakak juga sayang Loui~"

Lou tertawa kecil, merasa geli karena perlakuan sang kakak. Lion beralih membaringkan tubuh, melingkarkan tangan memeluk perut sang adik. Sedikit menunduk, Lion menduselkan wajahnya pada pucuk rambut yang mengeluarkan aroma manis buah strawberry.

Lou hanya diam, tanpa berhenti menyesap susu ia membiarkan sang kakak yang sedang clingy.

Meski Lion sangat jarang berbicara dan berekspresi, tapi Lou tahu, jika kakak ketiganya ini adalah orang yang hangat juga perhatian. Hanya saja, cara ia mengungkapkannya sedikit berbeda dari Lean dan Ravel.

✦◌✦

Cahaya bulan sabit menembus dedaunan yang bergerak lembut mengikuti hembusan angin. Langit biru yang belum sepenuhnya menggelap, terlihat indah dihiasi gemerlapan bintang yang bertaburan.

"Eunghh." Lou menggeliat tak nyaman dalam tidurnya, saat seseorang mencoba mengangkat tubuh mungilnya kedalam gendongan.

Levan, menepuk-nepuk punggung si bayi beruang yang kini telah berpindah kedalam gendongannya. Menoleh kearah Lion, tangan Levan terulur mengusap rambut putra ketiga nya yang masih terlelap dengan posisi miring.

LOUISE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang