haloww, guysss~
udah 3 minggu ga ketemu ya 😭 sorry banget buat yang dm nya lama di bales, bukan sombong tapi aku jarang ngecek ig 💔
Happy Reading!
-✦◌✦-
🤎🐻Felix berdiri dihadapan pintu besar kandang besi yang berdiri kokoh di halaman bagian belakang Mansion. Asfar, serigala putih si pemilik kandang, tampak menolak untuk makan dan lebih memilih tidur mengabaikan Felix.
Felix sendiri sudah sejak tadi sore yang ditugaskan untuk memberi makan Asfar. Namun Asfar benar-benar teguh pada pendiriannya, bahkan tak terpengaruh pada aroma daging segar yang sejak tadi digunakan untuk memancingnya makan. Meletakkan seember daging dan penjepit di genggaman, Felix segera melepas sarung tangan kemudian bersedekap dada.
"Aku ulangi sekali lagi, Tuan muda Lion mengatakan tidak akan ada keringanan untuk hukuman kali ini." ujar Felix, kembali menyampaikan ucapan Lion tadi. "Kau sungguh tidak mau makan? Oke, menolak untuk makan aku anggap kau sudah kenyang!"
Asfar akhirnya menoleh, pandangan tajam netra emasnya tampak berkilau memantulkan cahaya dalam kegelapan. Memiringkan kepala, ia membalas tatapan Felix yang kini masih berdiri tegap di depan kandangnya.
Felix adalah orang yang selalu melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Namun kini, ia dibuat merasa tidak puas hanya karena tidak bisa membujuk seekor serigala yang sedang merajuk untuk makan.
Felix mendekatkan wajah pada kandang, menatap si serigala yang masih setia di tempatnya. "Kau sungguh tidak lapar?" tanyanya lagi mencoba sabar, namun justru hanya dibalas dengusan oleh Asfar yang kembali memejamkan mata.
✦◌✦
Seperti biasa setelah makan malam, kini semuanya sedang berkumpul di ruang keluarga. Lou ditemani Ravel memilih duduk diatas karpet bulu yang terbentang luas di depan televisi. Sedangkan Lean dan Lion duduk diatas sofa, bersama Levan dan Lovisa namun dengan pandangan sibuk ada ponsel masing-masing.
"Lou sudah kenyang, perut Lou sudah penuh." Lou berguling menjauhi Ravel, yang ingin menyuapinya sepotong kecil buah apel segar.
Bayi beruang itu kini benar-benar kekenyangan. Karena tadi pada saat makan malam, ia makan dengan begitu lahap menggunakan lauk sosis favoritnya yang dimasak oleh Lovisa.
Ravel menyuap potongan buah apel tersebut kedalam mulutnya sendiri, sebelum kemudian meraih tangan si bayi agar kembali mendekat. "Kalau kenyang bangun, jangan berguling-guling seperti telur gulung."
Mendengar ucapan Ravel, Lou langsung melempar bantal bulu miliknya hingga membuat sang kakak langsung menghindar dengan tawa kecil.
"Kakak yang telur gulung!" balas Lou tak terima.
Lovisa yang mendengar seruan kesal si bungsu hanya tersenyum melirik sekilas keduanya. Sedangkan Levan yang duduk di sebelahnya, tampak tak terganggu dan hanya fokus membaca setiap deretan kalimat dari berkas yang ia pegang.
"Siapa yang sejak tadi berguling-guling? Makanya duduk yang benar, nanti kalau muntah bagaimana?" omel Ravel meraih bantal bulu yang dilempar oleh si bayi, mengembalikannya pada sang pemilik yang kini telah mengerucutkan bibir.
Pipi tumpah Lou menggembung sebal, namun tetap menuruti ucapan sang kakak. Merebut bantal bulu yang di sodorkan, ia segera beranjak berdiri dan memilih menghampiri Lion.
Lou mendengus melirik Ravel, yang kembali tertawa melihat tingkahnya. "Lou bukan anak kecil, tidak mungkin muntah karena kekenyangan." gumamnya, masih tak terima atas ucapan Ravel barusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOUISE
JugendliteraturLouise Wang namanya, bocah manja nan cengeng berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah. Lou, hanyalah seorang anak yang selalu menginginkan perhatian lebih. Namun karena kedua or...