halow haloww, tadi emang sengaja aku unpub dulu maaf ya 🫂
kecewa aku liat komen ga sebanding sama vote nya, padahal kan baca komenan kalian itu paling bikin semangat :(
Happy Reading!
—✦◌✦—
🤎🐻
"Lou mau ke toilet." Lou yang bersandar pada dada bidang Lean berbisik pelan, menggigit kecil bibir mungilnya menahan pipis.Lean yang tengah membahas tentang renovasi lapangan basket di sekolah dengan Ravel dan Lion, segera menunduk karena tidak bisa mendengar bisikan si bayi dengan jelas.
Alan baru saja pergi setelah mereka mengatakan pesanan. Tentu karena paksaan Lean yang mengusirnya terang-terangan, karena pemuda itu tak bisa diam dan terus mengganggu Lou.
"Lou mau apa?" tanya Lean, menatap si bayi beruang yang kini menautkan kedua tangan kecilnya.
"Lou mau pipis." bisik Lou lagi, kali ini tepat di samping telinga sang kakak.
Lean langsung terkekeh begitu mendengar bisikan si bayi yang sedang berusaha menahan pipis. Dengan segera, ia mengangkat tubuh mungil Lou di pangkuannya kedalam gendongan koala.
"Mau kemana?" Ravel mengangkat pandangan, menatap Lean yang telah berdiri bersama si bayi beruang di dalam gendongannya.
"Ada yang mau pipis." Lean menjawab dengan ringan, hingga membuat Lou langsung membuang muka dengan pipi memerah.
Lion langsung tersenyum kecil, ia bisa melihat sekilas jika pipi chubby si bayi bersemu merah karena malu.
"Bayi mau pipis saja malu-malu." Ravel tertawa gemas, memiringkan kepala berusaha mengintip wajah Lou.
"Lou tidak malu!" bantah Lou mengerucutkan bibir, namun semakin membuang muka karena tidak mau menatap para kakak yang tengah menatapnya gemas.
"Iya iya, Loulou tidak malu." Lean segera berjalan menjauh, seraya menepuk-nepuk punggung mungil si bayi yang langsung beralih membenamkan wajah pada ceruk lehernya.
"Gemas sekali." gumam Lion dengan tawa kecil.
✦◌✦
Setelah bertanya pada salah seorang pelayan yang hendak mengantar pesanan, Lean akhirnya menemukan letak toilet yang berada di Cafe.
"Kakak tunggu diluar, oke?" Lou mendorong tubuh Lean menjauh setelah diturunkan dari gendongan, menolak tegas sang kakak untuk ikut masuk kedalam toilet.
Lean tersenyum kecil, kemudian mengacak pelan rambut halus si bayi. "Iya, kakak tunggu disini."
Setelah mendengar jawaban sang kakak, Lou akhirnya segera masuk kedalam toilet. Begitu punggung mungil si bayi telah menghilang dibalik pintu toilet, Lean memilih bersandar pada dinding disana, bersedekap dada dengan wajah berubah datar.
Di dalam toilet, Lou yang telah selesai buang air kecil kini berjalan kearah wastafel untuk mencuci tangan. Ia bahkan tak sadar, jika ada seorang pemuda yang juga tengah mencuci tangan di sampingnya melirik dengan tajam.
"Louise Wang?"
Lou yang hendak menarik beberapa lembar tissue dibuat tersentak, terkejut akan sapaan tiba-tiba dari pemuda tersebut.
Lou menoleh bingung, namun tetap menjawab dengan polos. "Iya, kenapa?"
Tanpa di duga, pemuda tersebut langsung tertawa pelan. Tatapan matanya berubah sinis, menatap rendah Lou yang hanya sebatas bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOUISE
Teen FictionLouise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah. Lou, si bayi beruang yang cengeng harus berakhir mendapat didikan yang cukup tegas. Di karenakan s...