03. Hidden Affection

68.1K 4.1K 114
                                    

dari aku publish cerita ini selalu ada yang nanya, takut aku berhenti ditengah jalan lagi.

ga akan ya, ga lagi lagi nerbitin cerita sebelum ending. jadi kalian tenang aja, akunya juga udah trauma 🫂

Happy Reading!
✦◌✦—
🤎🐻

Chris terlihat berjalan dengan tergesa, mengimbangi kaki jenjang Lean yang melangkah lebar memasuki Mansion.

Begitu hampir sampai ke ruang tamu. Lean tiba-tiba menghentikan langkahnya, saat mendengar suara bentakan sang Papa yang begitu keras.

"Sudah kuduga akan terjadi masalah." Lean berdecak, menahan umpatan dalam hati. Yanzhi, gadis itu benar-benar pembawa masalah.

Lean segera kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang keluarga. Dan begitu sampai disana, pemandangan yang dilihat justru membuat hatinya panas. Melihat Levan, tengah menggendong sang adik bungsu.

"Papa pintar sekali mendekati adikku." gumam Lean datar, merasa tak terima melihat Levan lebih dekat dengan si bayi beruang.

"Ada apa ini?" Lean segera membawa langkahnya mendekati Levan, melirik sekilas Yanzhi yang menatapnya terkejut.

"L-Lean?" panggil Yanzhi gugup.

Lou yang mendengar suara Lean, segera menyembunyikan wajah sembabnya memeluk leher jenjang Levan.

Levan terlihat menatap geram pada putra sulungnya. "Singkirkan gadis tidak tahu diri ini dari Mansion kita."

Mendengar ucapan penuh amarah sang Papa, Lean langsung menoleh pada Felix dan Chris, memberi kode pada keduanya dengan gerakan mata.

Felix dan Chris yang mengerti, segera beranjak dari tempat mereka tanpa ragu. Mendekati Yanzhi yang kini langsung terbelalak tak percaya.

"Lean! Apa yang kau lakukan?! Aku rela datang kesini untuk dirimu!" seru Yanzhi, tak terima akan perlakukan Lean. "Minggir! Jangan lancang kalian padaku!"

"Nona, tolong mengertilah, segera pergi dari sini." bujuk Chris, menjauhi Yanzhi untuk menghormatinya.

Yanzhi mengepalkan tangannya kuat. Sebelum benar-benar pergi, ia sempat menoleh pada Lean yang bahkan tidak meliriknya sama sekali.

"Aku akan mengadukan perlakuan kalian pada Ayah!" gumam Yanzhi dengan nafas memburu.

Setelah kepergian Yanzhi, Lean kini bersedekap dada. Menatap datar Lou yang masih tak mau menunjukkan wajah.

"Apa yang dia lakukan?" tanya Lean, menunjuk kearah kepergian Yanzhi dengan dagu.

Levan tidak langsung menjawab, tangan besarnya bergerak teratur mengusap rambut halus Lou pelan. Memiringkan sedikit wajah sembab Lou yang kini telah memejamkan mata, agar Lean bisa melihat kondisi sang adik.

"Dia membuat bayi cengeng ini menangis."

Melihat bibir mungil Lou masih setia melengkung kebawah meski sudah terlelap, Lean langsung menarik senyum kecil tak habis pikir. "Bahkan dalam tidurnya dia masih menangis."

"Berikan si cengeng ini padaku." Tangan kekar Lean terulur, mengambil alih tubuh mungil Lou dari gendongan sang Papa dengan hati-hati.

Lou yang masih belum benar-benar terlelap, perlahan mulai terbangun karena merasa terganggu oleh pergerakan Lean.

"Papa." Lou langsung bergumam lirih, membuat Lean segera menepuk-nepuk punggung mungilnya pelan.

"Aku akan membawanya ke kamar."

LOUISE (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang