haloww, malam~ maap baru bisa up hix 😞😞
Happy Reading!
—✦◌✦—
🤎🐻"Bayi kalau makan, memang tidak bisa pelan-pelan ya?" Ravel mengulurkan tangan, jemarinya dengan telaten membersihkan sudut bibir Lou yang sedikit kotor.
"Siapwa bayi?!" Lou menatap Ravel tajam, dengan kedua pipi menggembung dan bibir mungil yang tanpa sadar ikut mengerucut.
"Bayi orang lain, bukan Loulou." ujar Ravel segera meralat, takut si bayi kembali mengamuk.
Mendengar jawaban Ravel, Lou mengangguk mengerti dengan polos. Mulut mungilnya kembali terbuka, menerima dengan baik setiap suapan Cheesecake dari Lion yang tengah memangkunya.
"Pesanan datang~" seru Alan yang baru datang, berjalan mendekat dengan membawa nampan berisikan tiga gelas americano.
"Lain kali kalau mau kembali datang kesini, makan malam saja dulu lagi sampai kenyang ya." Alan kembali menyindir Lean untuk yang kesekian kalinya, dengan tangan yang bergerak lihai meletakkan tiga gelas americano keatas meja.
"Sudah kubilang aku benar-benar lupa." datar Lean membalas, tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel ditangannya.
Alan berdecih, menarik kursi di samping Lean dan mendudukkan diri dengan tidak santai. "Sidih kibiling iki binir-binir lipi." cibirnya.
Alan hanya merasa sedikit kesal. Ia telah menanti-nanti kedatangan Lean dan yang lainnya untuk mencoba salah satu menu di Cafe barunya ini. Namun disaat mereka telah datang, hanya Loulou manisnya yang dengan antusias bersedia menikmati menu yang ia rekomendasikan. Sepiring Cheesecake blueberry seperti yang diinginkan oleh si bayi s beruang, dan segelas milkshake strawberry dengan topping ice cream.
Sedangkan Lean, Ravel dan Lion kompak menolak semua menu yang Alan tawarkan. Mereka bertiga hanya menginginkan dan memesan minuman yang sama.
"Kakak mau juga?" Lou yang hendak kembali disuapi, menahan tangan Lion dan menoleh pada Ravel yang sejak tadi begitu betah menatapnya mengunyah makanan.
"Kakak sudah kenyang." Ravel refleks menjauh. Raut wajahnya langsung berubah aneh, saat tiba-tiba terbayang Lion akan menyuapinya dengan wajah datar. "Itu mengerikan." batinnya bergidik.
"Siapa juga yang mau menyuapimu." ketus Lion, yang seakan tau pemikiran sang kakak.
Ravel mendelik. "Adik durhaka." sinisnya.
Lion hanya abai, dan kembali mengarahkan suapan Cheesecake ditangannya pada si bayi yang langsung menerima dengan patuh.
"Kenapa?" tanya Ravel, saat si bayi tiba-tiba menarik lengan mantelnya dengan pipi chubby yang sibuk mengunyah.
"Kenapa, hm?" Lion ikut bertanya, sedikit memiringkan kepala untuk menatap wajah si bayi.
Mata bulat Lou diam-diam melirik Lean, memastikan jika sang kakak tetap sibuk dengan ponselnya.
"Permen Loulou yang di mobil tadi, tidak benar-benar dibuang kan?" bisik Lou pelan, membuat Ravel dan Lion kompak semakin mendekatkan wajah untuk mendengar bisikannya.
Sedetik setelah mendengar bisikan si bayi, raut wajah Ravel langsung berubah datar. "Sudah kakak buang, tidak ingat kata kak Lean tadi?" ujarnya tanpa ikut berbisik.
Alis Lou langsung menukik kesal dengan bibir mengerucut. "Kakak tidak boleh bilang seperti itu!" protesnya, merasa takut karena sang kakak mengungkit tentang sakit gigi.
Lean yang sejak tadi diam-diam mendengarkan, langsung terkekeh pelan begitu melirik wajah si bayi yang berubah masam.
"Makanya jangan permen terus, nanti kalau giginya berlubang mau?" gemas Ravel, menoel kecil pipi chubby Lou yang langsung membuang muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOUISE
Novela JuvenilLouise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah. Lou, si bayi beruang yang cengeng harus berakhir mendapat didikan yang cukup tegas. Di karenakan s...