Bandung

289 28 1
                                    

Jeongwoo duduk bersama Minji di sebuah cafe untuk meminum segelas latte. Masa bodoh jika dia harus berpisah dengan rombongan sekolahnya. Jika dia berada disini juga hanya akan menjadi bahan gosipan orang orang. Lebih baik berada disini bersama Minji.

"Kalau mau cerita sekarang boleh, kalau mau nanti juga boleh. Terserah kamu"

"Masalahnya itu teman temannya. Bukannya apa, tapi semakin lama aku curiga ada sesuatu yang membuat mereka seperti itu"

"Mereka? Siapa?"

"Yang lain masih biasa saja, tapi Sunghoon aku tidak mengerti jalan pikirannya"

Minji mengangguk paham maksud dari arah pembicaraan Jeongwoo, meski baru diceritakan sedikit dia mengerti kecurigaan Jeongwoo.

"Soal wajahmu, kenapa bisa terluka?"

"Mereka menindasku. Dari tebakan ku, sepertinya Sunghoon benar benar betekad membuat ku berhenti dari pekerjaan ini"

"Hmm jadi sebenarnya Haruto menurutmu bagaimana?"

"Dia baik, tapi tidak jika bersama teman temannya. Kepribadiannya di sekolah dan di rumah berbeda jauh"

"Lalu apa yang menghalangi mu untuk berhenti?" Minji mendengarkan dengan serius sembari meminum es kopinya.

"Hanya ada satu masalah, kontrak yang sudah ku tanda tangani sebelumnya, disana tertulis bahwa mengundurkan diri sebelum 1 tahun akan dikenakan denda setara dengan gajiku selama setahun"

"Uhukk...uhuk.. HAH SATU TAHUN!?" Siapa yang tidak terkejut. Itu berarti Jeongwoo harus terjebak disana selama setahun. Bayangkan saja, baru beberapa bulan bekerja saja kondisinya sudah seperti ini, bagaimana dengan satu tahun, itu waktu yang sangat lama.

Gajinya sebulan saja hampir puluhan juta, bagaimana harus mengganti nominal uang itu jika ditotalkan selama satu tahun, rasanya seluruh harta Jeongwoo bahkan tidak cukup untuk membayar semua itu. Tapi untuk ukuran remaja SMA gaji puluhan juta hanya dengan menjaga anak seusianya benar benar diluar nalar. Dan tidak pernah terbayangkan oleh Jeongwoo.

Dia hanya bisa menghela nafas, berpikir bagaimana bisa bertahan dan segera melunasi setiap utang. Kakaknya sudah terlalu banyak bekerja keras dan membuatnya bisa bertahan hidup hingga sejauh ini, Jeongwoo tidak mau merepotkan lebih banyak lagi.

"Lagipula kenapa juga aku langsung menandatangani kontrak itu tanpa berpikir panjang. Padahal aku bisa mencari pekerjaan lain" Jeongwoo cukup menyesal, tapi disisi lain dia tidak perlu lagi khawatir tentang uang saat ini.

"Tapi ini sudah termasuk kekerasan, kamu ditindas. Bagaimana kalau pakai jalur hukum saja?"

"Sudah jelas kita akan kalah, kau tidak tahu seberapa berpengaruh tuan Watanabe. Tanpa perlu menghadiri persidangan pun mereka mungkin sudah jelas akan menang"

"Yang sabar ya sayang" Minji mem puk-puk kepala kekasihnya yang sedang cemberut dan mem-poutkan bibirnya, mau kasihan tapi yang ada Jeongwoo jadi lucu.

"Begini saja, kamu selidiki dulu teman Haruto yang menurut kamu mencurigakan itu. Tidak mungkin kan dia menindasmu tanpa alasan"

"Setelah itu fokus saja pada Haruto, selagi dia tidak dipengaruhi teman temanny, dia akan baik baik saja kan" setelah mendengar saran dari Minji, Jeongwoo pikir itu cukup masuk akal, otaknya sekarang dapat bekerja kembali setelah dibuat pusing oleh segala kekacauan yang terjadi.

"Kalau begitu kamu ikut aku ke Jepang, masa selama satu tahun aku tidak ketemu dengan kamu" tiba-tiba saja sifat alay Jeongwoo keluar, tapi memang benar sih melihat Minji bagai melihat ombak biru dipantai, membuat pikirannya tenang.

my own bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang