what's next?

209 20 2
                                    

Keesokan harinya, Jeongwoo berencana menemui Haruto. Dia harus mengetahui keadaan anak itu, bagaimanapun Haruto harus selalu menanggung banyak beban pikiran akhir-akhir ini, apalagi soal video itu yang malah merunyamkan keadaan. Jeongwoo sama sekali tidak ada niat untuk menjadi pahlawan atau semacamnya hanya untuk mendapatkan pujian semata.

Jeongwoo menyiapkan roti isi dan segelas susu sekaligus membuatkan untuk Haruto. Namun si tuan muda belum juga terlihat pagi ini. Kata salah satu pelayan, Haruto masih berada di kamar, Jeongwoo memutuskan untuk melihat Haruto untuk memastikan apakah dia sudah bangun atau belum.

Sekitar setengah jam lagi mereka harus berangkat ke sekolah. Tanpa ragu Jeongwoo mengetuk pintu beberapa kali lalu membukanya. Rupanya Haruto juga baru saja akan keluar kamar, dia sudah berdiri disana dengan seragam lengkap beserta tas yang bertengger di bahunya.

Haruto menatapnya beberapa detik. Lalu kemudian kembali melanjutkan langkahnya untuk turun ke lantai bawah tanpa banyak menghiraukan Jeongwoo.

"Aku pikir kau belum bangun" Jeongwoo mencoba memulai percakapan pagi ini walau Haruto hanya terus berjalan didepannya.

"Setelah sarapan kita langsung pergi" Haruto tak memberi komentar apapun dia terlihat sibuk menikmati sepotong roti isi yang tersaji di atas meja. Jeongwoo memperhatikan setiap gerak gerik laki-laki dihadapannya, tidak ada alasan khusus hanya saja dia tenggelam dalam keheningan ketika melihat wajah Haruto.

Jeongwoo tersadar dari lamunannya dan menyadari Haruto telah bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Sayang sekali disana masih tersisa setengah potong roti dan susunya pun belum sepenuhnya habis. Jeongwoo sejujurnya cukup menyayangkan itu, padahal sarapan hari ini sengaja dia buat khusus untuk Haruto. Tidak mungkin Haruto tidak menyukai makanan buatannya.

.

Mereka berdua berkendara menggunakan mobil seperti biasanya. Tapi kondisinya tidak seperti biasanya, hanya saja banyak hal yang mengganjal pikiran Haruto. Salah satu alasannya adalah orang disampingnya, yang membuatnya terus berpikir pagi dan malam.

"Kenapa makanannya tidak dihabiskan?"

"Memangnya kenapa? Kita sedang buru-buru" Haruto tidak tahu apa tujuan Jeongwoo menanyakan hal itu. Lagipula dia sedang tidak nafsu makan sama sekali.

Jeongwoo kembali fokus pada jalanan, raut wajahnya memperlihatkan adanya kekecewaan, Haruto masih tidak tahu letak kesalahannya ada dimana.

Jeongwoo kembali ke kelasnya begitupun dengan Haruto. Tidak ada hal yang menyenangkan hari ini, kecuali ketiga temannya itu yang sedari tadi berisik dan bertingkah konyol seolah tidak ada masalah yang mereka hadapi. Terutama untuk Sunghoon yang tertawa lebar ketika bermain bersama mereka.

Haruto tahu pasti anak itu menyembunyikan sesuatu, namun Haruto sendiri belum berani bertanya atau ikut campur terlalu dalam. Entah hanya dia atau ada orang lain yang menyadari kondisi tubuh Sunghoon yang tidak baik. Haruto menyadari luka dan dan lebam di lengan dan kaki Sunghoon sejak lama. Entah apa yang telah anak itu lalui sampai harus membuatnya seperti ini.

Jika Sunghoon terluka seharusnya dia tidak akan diam saja seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi Sunghoon memilih untuk bersikap tidak peduli pada dirinya, walau Haruto sekian lama telah menunggu Sunghoon untuk menjelaskan sesuatu. Nyatanya Sunghoon tidak mengatakan apapun, membuat Haruto berpikir dia bukan seorang sahabat yang bisa dipercaya atau bahkan Sunghoon tidak menganggapnya sebagai seorang sahabat.

.

Junkyu sedang berkutat dengan laptopnya, pagi ini dia sedang tidak pergi ke perusahaan, hanya bekerja dari rumah. Itu bukanlah masalah sama sekali karena Junkyu lebih suka bekerja di studionya, atau tempat tidurnya yang sangat nyaman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my own bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang