Terlalu pandai menutupi luka, sampai lupa bahwa luka di dada semakin menganga.
***
Aqeela menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Bahkan dirinya lupa memakai helm karena terlalu mencemaskan keadaan Salsa.
Jam sudah menunjukkan pukul 20:48 WIB. Hari semakin larut dan Aqeela terus berdoa semoga Salsa baik-baik saja.
"Tungguin gue, Sa. Tunggu," ucap Aqeela khawatir.
Aqeela telah sampai di rumah Salsa, dirinya bingung melihat rumah Salsa tidak ada satupun lampu yang menyala.
Aqeela bergidik ngeri, rumah Salsa gelap karena tanpa satupun penerangan.
Aqeela menepis semua rasa takutnya, dirinya berjalan cepat.
"SA, BUKAIN!" Teriak Aqeela.
Brak!
Aqeela menendang-nendang pintu rumah Salsa karena tidak mendengar sautan dari dalam.
"SA, BUKA! JANGAN BIKIN GUE CEMAS."
Aqeela berkeliling mencari celah supaya dia bisa masuk di rumah Salsa.
"Aqeela, tolong," lirih Salsa.
Aqeela mendengar ucapan pelan dari Salsa langsung menempelkan telinganya di pintu.
"Sa, lo di dalem?" Tanya Aqeela pelan.
"I-iya, tolong, Qeel."
"Qeel, cari kuncinya di dekat pot bunga, gue tadi lihat Kak Bella buang kuncinya di sekitaran sana," sambung Salsa.
"Bentar,"
Aqeela mencari-cari kunci dengan tangan gemetar.
Aqeela mendapatkan kuncinya di atas kertas undangan, Aqeela mengernyit bingung melihatnya.
"Undangan? Punya siapa ya?" Monolog Aqeela.
"Aqeela," Panggil Salsa.
Aqeela langsung membuang undangan itu ketika mendengar panggilan dari Salsa.
"Sa, awas dulu. Gue buka pintunya." Titah Aqeela.
Setelah berhasil membuka pintu Aqeela langsung berjalan untuk menghidupkan sakelar lampu.
"SALSA!" Teriak Aqeela dengan membulatkan matanya.
"Lo kenapa, Sa? Kenapa?" Tanya Aqeela dengan mengguncang bahu Salsa.
"K-kak Bella, Kak Bella," lirih Salsa dengan air mata menggenang di pelupuk matanya.
"Kak Bella kenapa, Sa?" Tanya Aqeela dengan cemas.
"Kak Bella nikah sama Gio," tangis Salsa pecah dengan memukul dadanya.
Salsa terus memukul dadanya keras karena merasakan sesak dan dirinya sulit untuk bernafas.
"APA!?" Teriak Ayra dengan membelalakkan matanya.
"Nikah gimana? Gio 'kan cowok lo." Tanya Aqeela.
"Kak Bella hamil anaknya Gio, mereka lakuin itu pas ulang tahun gue kemarin."
"Sakit, Qeel. Sakit." Sambung Salsa dengan isakan.
Salsa terus memukul dadanya keras dengan isakan tangis yang tersedu-sedu.
Aqeela memeluk erat tubuh Salsa, dirinya juga merasakan sakit melihat temannya menangis histeris.
Aqeela menghapus air mata Salsa menggunakan kedua ibu jarinya.
"Jahat banget. Terus Mama sama Papa lo dimana? Kapan nikahnya?" Tanya Aqeela dengan menatap mata Salsa yang berlinangan air mata.
Aqeela ikut menitikkan air matanya.
"Sekarang, mereka nikah sekarang. Ini gue harus gimana?"
Salsa menarik rambutnya dan membenturkan kepalanya di dinding.
"Mereka udah sah sekarang, Qeel." Lirih Salsa.
"Lo tahu 'kan mereka nikah dimana?"
Salsa menganggukan kepalanya dengan isakan tangisnya.
"Udah dulu nangisnya ya, kita kesana sekarang. Ujar Aqeela dengan menghapus air mata Salsa.
•••
"SAH!"
Bruk!
Tubuh Salsa luruh ke lantai dengan air mata mengalir deras di pipinya mendengar kata sah yang di ucapkan penghulu.
"Apa 4 tahun ini nggak ada artinya buat kamu? Kenapa harus Kakak aku?" Lirih Salsa dengan menatap sendu ke arah Gio.
Gio yang melihat Salsa dari kejauhan hanya menggelengkan kepala dan menatap ke arah lain.
Aqeela ikut terduduk di samping tubuh lemas Salsa.
"SAKIT, AQEELA. SAKIT!" Teriak Salsa histeris.
Tangisan kencang Salsa menarik perhatian para tamu undangan.
"LO JAHAT GIO! KENAPA HARUS KAKAK GUE? KENAPA!?" Teriak Salsa dengan keras.
"BELLA, LO BUKAN KAKAK GUE LAGI!"
Bella menatap acuh kearah Salsa.
"GUE BENCI SAMA LO BERDUA! GUE BENCI." Teriak Salsa murka.
"LO BERDUA EMANG ANJ*NG! NGGAK PUNYA HATI!" Teriak Aqeela tak kalah emosi.
Aqeela tak habis pikir dengan kehidupan temannya yang sangat memilukan, dirinya juga ikut membenci Bella dan Gio.
"Satpam, usir dia." Titah Pradana Ayah Salsa.
Satpam menyeret tangan Salsa.
"B*ngsat! Gak usah di seret. Gue bisa jalan sendiri!" Maki Salsa dengan menghempaskan tangannya.
"MATI LO. MATI!" Teriak Salsa menunjuk wajah Gio.
"LO JUGA NGAPAIN NARIK-NARIK TANGAN TEMEN GUE!?" Bentak Aqeela kepada satpam.
"Udah, Sa. Ayo kita pergi dari sini," ucap Aqeela dengan lembut.
Aqeela mengelus pelan tangan Salsa, Aqeela juga membenci kenapa harus temannya yang berada di posisi ini.
Hujan datang membasahi jalanan kota Bogor seiring dengan isakan tangis Salsa.
"ARGHHH! SAKIT!" Teriak Salsa menarik rambutnya.
Salsa terduduk di jalanan dengan bajunya sudah basah.
"Sa, lo nggak boleh nyakitin diri lo sendiri, nangis aja sepuasnya. Jangan nyakitin diri lo," lirih Aqeela dengan mata berkaca-kaca.
Salsa langsung mendekap erat tubuh Aqeela.
"Kita nginep di hotel dekat sini aja ya, ini udah malem banget," ujar Aqeela dengan mengusap rambut Salsa.
Salsa hanya menganggukkan kepalanya, energinya sudah habis akibat terus-terusan menangis.
"Udahlah, nggak usah nangis lagi. Besok gue kenalin sama sepupu Mohan dia ganteng banget pasti lo suka!" Semangat Aqeela dengan mengedipkan sebelah matanya.
Salsa menghapus cepat air matanya.
"Beneran?" Tanya nya dengan mata berbinar.
"Umm, makanya gak boleh sedih-sedih lagi." Jawab Aqeela sambil menghapus air mata Salsa.
Salsa berdehem dan menganggukan kepalanya.
Salsa menghapus cepat airmata nya. "Janji ya? Secepatnya harus kenalin ke gue."
"IYA BAWEL."
-TBC-
Gimana chapter kali ini?
Next?
Typo tandain yaaa✨

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Loved! [On Going]
Novela Juvenil"Gue cinta sama lo." Ucap Mohan penuh penekanan. "Hah?" Pernyataan yang paling mengejutkan dalam hidup Aqeela ialah ketika sahabatnya menyatakan cinta. Bahkan mereka selalu bersama. "Tembok kita terlalu tinggi, Mo." "Iya tahu, sejauh itu kita berbed...