Mentari pagi menyinari daerah pegunungan yang mereka tempati dengan cahaya yang lembut, mengusir sisa embun malam hari yang dingin.
Setelah dua hari mereka menginap di villa, mereka akan pulang dan Aqeela berdiri tepat di depan Mohan.
Mata Aqeela berbinar menatap Mohan. "Ya Allah, gantengnya,"
"Ya Yesus cantiknya," jawab Mohan dengan mengusap pipi Aqeela.
"HAHA, ciri-ciri hubungan beda agama apa guys?" Celetuk Farel dengan tawanya.
"Jalani aja dulu." Sahut Haikal.
"Eits! Tunggu dulu, gue ada pantun nih." Ucap Regan.
"Apa tuh?" Sahut mereka semua tak terkecuali Aqeela dan Mohan.
Regan memegang tenggorokannya dan berdehem. "Ku kira kita asam dan garam ternyata kita kristen dan islam HAHA."
"Anjir haha, udah cocok lo masuk master chef bro!" Ujar Farel menepuk pundak Regan.
Regan menepuk dadanya dengan tersenyum bangga dan menaik turunkan alisnya menatap ke arah Mohan. "Gimana bro, bagus 'kan?"
Plak!
Mohan menampar mulut Regan yang terus saja mengejek dirinya dan Aqeela.
"SAKIT BANGS*T." Maki Regan.
"Makanya mulut tuh di jaga," cibir Aqeela.
"Ya, gak bisa di jaga atuh Qeel, 'kan mulut gue gak akan pergi," cengir Regan.
"Terserah lo."
"Tumben lo diem trus dari tadi Sa?" Tanya Farel kepada Salsa.
"Diet ngomong!" Ketus Salsa.
"Emang ada ya diet ngomong?"
"Suka suka gue lah."
"Pms kek nya," Sahut Mohan.
"Gue denger ya, Mo."
"Katanya pulang, ayo..." Ajak Jeslyn.
"Aqeela, gue mau nitip anak gue sama lo ya?" Tanya Salsa menatap penuh harap.
"Siap! Aman kalau sama gue," jawab Aqeela penuh semangat.
"Anak? Salsa punya anak?" Tanya Shaka yang dari tadi hanya menyimak.
Mereka semua menganggukan kepalanya bersamaan kecuali Shaka yang menatap Salsa dengan wajah penuh tanda tanya.
"Ada... Makanya ayo cepet pulang anak gue nangis nanti, gue boncengan sama lo ya?" Tanya Salsa kepada Shaka.
Shaka menganggukkan kepalanya. "Eh, tunggu dulu, beneran lo punya anak?"
"Iya punya!"
"Tega lo, Sa. Perginya sama gue, pulangnya sama Bang Shaka!" Regan memegang dadanya mendramastis.
"Lo sama Haikal aja, 'kan sama-sama jomblo,"
"Nggak mau... Mau sama Salsa," Regan menghentakkan kakinya.
"ALAY!" Teriak mereka bersamaan.
Sebelum pergi mereka semua tak lupa berpamitan dengan penjaga villa.
Sekarang mereka sudah ada di atas motor masing-masing dan siap melangsungkan perjalanan.
"Beneran punya anak?" Tanya Shaka menoleh kepada Salsa yang di boncengnya
"IYA!"
"Beneran?" Tanya Shaka memastikan.
"IYA..."
Salsa tertawa cekikikan dan tak menjawab pertanyaan terus-menerus dari Shaka.
•••
"Capek ya, Qeel?" Tanya Mohan menatap Aqeela di spion.
"Capek banget."
"Pinjam bahu gue sini buat nyender, peluk juga boleh. Sejam 500 ribu." Tawar Mohan.
"Skip! Mahal."
Mohan sesekali menatap ke wajah Aqeela dan selalu bergumam. "Cantik."
Namun, Aqeela tidak mendengarnya karena deru mesin motor.
Mohan tersenyum jahil. "Gratis buat cewek gue, mau ambil paket yang gratis?"
"Boleh. Tapi, pikir-pikir dulu ya, soalnya gue terlalu baik buat lo." Jawab Aqeela tak kalah jahil.
Mohan tertawa mendengar ucapan Aqeela yang konyol.
"Mo,"
"Kenapa, Qeela?"
Aqeela meletakkan dagunya di pundak Mohan.
"Bayangin kalau kita berhasil happy ending, terus anak kita blasteran kristen sama islam," ucap Aqeela menerawang jauh.
"Pasti lucu. Tapi, gue maunya kita seagama,"
"Gue ada kata-kata bagus banget Mo, mau denger gak?"
"Mau!" jawab Mohan semangat.
"Tapi lo gak usah baper ya, ini gue bilang aku-kamu itu di qoutes aja." Peringat Aqeela.
"Iya Acqeela." Ucap Mohan dengan memplesetkan nama Aqeela.
"Dengerin ya. One day, entah sore atau tengah malam tepat setelah hubungan beda agama kita berakhir. Kamu akan menatap langit-langit kamar dan mulai sadar kehilangan bagian kecil di hidup kamu."
Aqeela menghembuskan nafasnya pelan. "Percayalah, bagian kecil itu adalah kenangan kita merayu dua Tuhan. Kamu dengan Yesus mu, aku dengan Allah ku."
Mohan menoleh ke belakang dan menatap wajah Aqeela dengan sendu.
"Eh, kok jadi mellow gini sih." Ucap Mohan.
"Lo emang baperan, beda sama gue," ucap Aqeela percaya diri.
"Di qoutes lo itu tentang hubungan 'kan? Tapi, kita gak ada hubungan haha!" Ucap Mohan dengan tertawa sumbang.
"Namanya juga qoutes, Mohan! Gak ada yang bilang tentang kita." Sinis Aqeela.
Mohan menarik tangan Aqeela buat meluk dirinya. "Naik motor yang bener, harus pegangan."
Ibaratkan seperti ini, hubungan beda agama itu hanya ada dua pilihan. Mau di temenin sama mana, sampai kita seagama atau kamu menemukan pasangan yang seagama.
***
Gimana chapter kali ini?Kalo ada typo tandain yaa
Babaiii, sampai jumpa chapter selanjutnya.
♡♡♡

KAMU SEDANG MEMBACA
Be Loved! [On Going]
Roman pour Adolescents"Gue cinta sama lo." Ucap Mohan penuh penekanan. "Hah?" Pernyataan yang paling mengejutkan dalam hidup Aqeela ialah ketika sahabatnya menyatakan cinta. Bahkan mereka selalu bersama. "Tembok kita terlalu tinggi, Mo." "Iya tahu, sejauh itu kita berbed...