"Lu ga cek pasien selanjutnya, ho?"
Tanya seorang pria jangkung berambut pirang itu kepada minho.
Minho yang merasa namanya terpanggil, langsung mengalihkan atensinya dari laptop kepada arah suara yang bertanya.
"Entah, gue lagi nunggu pasien langganan gue. Tapi kayaknya hari ini dia ga dateng." Jawab Minho, lalu kembali mengarahkan atensinya kepada laptop yang berada didepannya.
"Oh... pasien yang tuli itu ho?"
"hmm" gumam Minho.
Hyunjin hanya menghela nafasnya, melihat teman rekannya tidak tertarik sama sekali dengan percakapan mereka.
"Kayaknya dia lagi nunggu didepan dah" Ucap pria jangkung itu, sambil melihat luar jendela ruangan itu.
Minho yang awalnya tidak tertarik dengan ucapan teman rekannya Akhirnya kali ini ia benar benar mengalihkan atensi nya.
"Sejak kapan, jin?" Tanya Minho, sambil mengakat satu alisnya, penasaran.
Hyunjin, yang namanya terpanggil, langsung menghadap kepada Minho dan menjawab.
"2 menit-an yang lalu kayaknya" Jawab Hyunjin seadanya.
Tanpa banyak bicara, Minho langsung mematikan laptopnya, dan berdiri dari tempat duduknya. Hyunjin, yang melihat teman nya itu, sedang siap siap untuk menemui pasien diluar itu pun, menyeringai.
"Kayaknya lu seneng amat kalau ada tuh pasien, ho" Iseng Hyunjin.
Minho yang mendengar ucapan teman rekannya hanya bisa memutar matanya. Ia sudah terbiasa di bicandakan seperti ini oleh Hyunjin.
Hyunjin yang melihat Minho memutar bola matanya ke arahnya, terkejut.
"Wah ho, bener bener, lu udah keterlaluan ke g-"
"Dah, gue mau ketemu pasien gue dulu" Selak Minho, lalu keluar dari ruangan itu.
Hyunjin dibuat terkejut oleh Minho. Benar saja, kalau pasien itu datang, pasti Minho akan lupa akan kehadiran dirinya. Hanya saja, Hyunjin sudah mulai terbiasa oleh kelakuan teman rekannya itu.
Hyunjin hanya mendengus lalu menggelengkan kepalanya.
Disisi lain...
Jisung, yang sedari tadi, menunggu dokternya di luar ruangan nya, hanya termenung dan menundukan kepalanya.
Minho yang baru saja keluar dari ruangan itu, melihat Jisung sedang menunggu nya, langsung tersenyum cerah.
Minho yang sedari tadi berfikir Jisung hari ini tidak akan datang, ternyata datang juga. Entah, melihat Jisung saja, suasana hati Minho sungguh berubah. Baginya, Jisung selalu membuatnya tersenyum.
Tanpa tunggu lama, Minho segera menghampiri Jisung.
Kini ia sudah didepan Jisung.
Jisung, yang melihat sepasang 2 kaki, dan bayangan manusia di depannya, mendongak.
Jisung tersenyum cerah. Menunggu 2 menit, akhirnya, orang yang ia tunggu sedari tadi, muncul dihadapannya dengan senyuman cerahnya.
Minho melambaikan tangannya menandakan dirinya sedang menyapa Jisung.
Jisung tersenyum simpul, lalu membalasnya juga.
"Kamu sudah menunggu lama?" Tanya Minho, sambil menggerakan tangannya, atau menggunakan bahasa isyarat kepada Jisung.
Jisung yang ditanya pun menganggukan kepalanya.
Melihat Jisung sudah merespon, minho menyuruh Jisung untuk masuk ke ruangannya.
Sesampai di ruangan itu. Minho memberikan isyarat kepada Jisung untuk duduk.
Setelah Jisung duduk, Minho mengulaskan senyuman simpul kepadanya, lalu memberikannya selembar kertas.
Melihat selembar kertas berada didepannya, Jisung terlihat bingung.
"Kertas?" Tanya Jisung, dengan bahasa isyarat.
Melihat Jisung, yang bertanya kepadanya, Minho tersenyum, lalu menjawab.
"Aku mau, kamu untuk menggambar kabarmu untuk hari ini" isyarat Minho kepada Jisung.
Jisung akhirnya mengerti lalu menganggukan kepalanya.
"Baiklah, silahkan mulai" Isyarat Minho, lalu memberikannya pensil.
Jisung yang menerima pensil itu, langsung menggambar.
Sementara Jisung sibuk dengan dunianya. Minho hanya bisa melihat Jisung sambil tersenyum.
Entah mengapa, bagi Minho, Jisung terlihat seperti anak TK yang sedang mengerjakan tugas rumahnya yang diberi oleh gurunya.
Minho hanya bisa tertawa kecil.
Waktu berlalu dalam 1 menit, akhirnya gambaran Jisung selesai.
"Boleh tunjukan kepada ku?" Tanya Minho
Jisung menganggukan kepalanya, lalu memberikan kertas itu kepada Jisung.
Minho tersenyum. Benar dugaannya. Jisung berbakat dalam bidang seni. Dilihat dari gambarnya, terlihat arti mendalam di gambarannya.
"Kenapa kamu menggambarkan burung?" Tanya Minho
Jisung tersenyum semangat, siap untuk menjawab.
Melihat itu, Minho merasa gemas, ingin sekali ia mencubit pipi tembam Jisung, hanya saja ia tidak bisa melakukan itu. Ia takut jika Jisung akan risih.
"Aku gambar burung, artinya aku bebas" isyarat Jisung.
"Bebas? kenapa hari ini kamu bebas, jisung?" Tanya Minho.
"Ibuku akan pergi selama seminggu" Jawab Jisung semangat.
Melihat isyarat dari Jisung, senyuman Minho luntur.
"Berarti, kamu seminggu akan sendirian?" Tanya Minho.
Jisung yang melihat Minho tidak tersenyum lagi, bingung.
"Iya" Isyarat Jisung.
"Hei, itu bahaya untukmu" Jawab Minho, kali ini ia terlihat khawatir.
Melihat Minho khawatir kepadanya, wajah Jisung memerah. Baru kali ini, ada yang khawatir kepadanya dalam hidupnya.
"Tidak apa apa, aku baik baik saja" Isyarat Jisung.
Minho menggelengkan kepalanya ribut.
"Tidak, tidak, harus ada yang mengawasi mu, bagaimana jika tiba tiba ada pencuri masuk ke rumah mu malam malam, apa kamu lupa, kamu tidak bisa mendengar suara hentakan sepatu" isyarat minho yang sungguh panjang dan cepat, Minho benar benar khawatir kali ini.
Jisung yang sedang melihat isyarat dari tangan sang dokter, hanya bisa memberikan ekspresi kecut dan kecewa.
"Lalu aku harus apa?" Tanya Jisung, gontai.
Melihat Jisung yang terlihat cemberut, Minho merasa bersalah, hanya saja, situasi sekarang benar benar dapat membahayakan Jisung. Ia takut jika Jisung terluka.
Selama Minho berfikir, akhirnya Minho menjawab.
"Aku akan menginap dirumah mu"
TO BE CONTINUED
Note : setiap kata yang ditebalkan, itu artinya menggunakan bahasa isyarat
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DEAF PATIENT [MINSUNG]
Romansa"Kekurangan mu yang membuatmu semakin sempurna" Minsung area, homophobic? skip.