Trois: Autre monde

501 89 13
                                    

"Aku Reux Verden, panggil saja kakek Verden. Aku di sini menunggu kedatangan kalian." Sang kakek mengulurkan tangannya.

"Lait Juillet," balas Milk sembari membalas uluran tangan sang kakek.

Mulutnya terucap sendiri nama itu. Sudah jelas nama itu adalah nama seorang pengawal perempuan di dalam novelnya, dan sekarang ia adalah pengawal tersebut. Milk masuk ke dalam novelnya sendiri.

***

"Apakah pangeran Ciel sudah bergerak dari L'Nord, tuan?" tanya Milk.

"Masih belum ada kabar tentang pangeran, kalian bisa menunggu di sini. Jangan kaku begitu Lait, panggil saja kakek Verden," jawab kakek Verden. Milk mengangguk mengerti.

"Lait sebaiknya kamu masuk ke dalam untuk menemani putri Amour. Aku ingin pergi ke desa di dekat sini untuk mencari pakaian ganti buat kalian," ujar sang kakek berdiri dari duduknya.

"Tidak mau ku temani saja kakek Verden?" tawar Milk.

"Jika kamu menemaniku, siapa yang akan menjaga putri Amour di sini. Tetaplah bersamanya, aku tidak akan lama." Sang kakek berjalan meninggalkan Milk yang masih tidak percaya dengan apa yang ia alami sekarang.

Gadis itu menatap punggung pria tua yang sudah mulai menghilang. Akhirnya Milk memilih untuk masuk ke dalam gubuk itu, melihat keadaan Love yang masih terbaring. Langkah kaki Milk menuntunnya ke tempat sebuah kendi yang menampung air milik sang kakek. Ia menatap pantulan dirinya dari sana. Perawakannya berbeda, tubuh yang tinggi dengan rambut pendek seperti laki-laki dengan fitur wajah yang masih sama, tapi tentu saja jika dilihat sekilas terlihat Milk tampak berbeda. Perawakan ini tentu saja bukan Milk melainkan Lait dari novelnya sendiri.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" monolognya sembari memegang rambut pendek itu dan wajah yang mirip dengan deskripsi Lait di dalam novel yang ia tulis. Namun pikirannya berkelana dengan deskripsi putri Amour dalam novelnya, benar-benar mendeskripsikan Love. Pantas saja ia tidak melihat perbedaan pada wajah gadis itu.

"Air," lirihan itu terdengar di telinga Milk membuat gadis itu buru-buru mengambil air minum dan datang ke sumber suara.

Milk segera memberikan air minum tersebut kepada Love, membuat gadis itu sedikit bernapas lega.

"Sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?" tanya Milk menatap Love yang mulai bergerak duduk.

"Emm di mana ini?" Gadis itu melirik ke arah sekitarnya sembari memegang kepalanya yang masih terasa berputar-putar.

"Ntahlah, tapi ini bukan dunia kita," jawab Milk.

"Bagaimana keadaanmu? Ada yang sakit?" tanya Milk lagi, ia duduk di samping Love menatap gadis itu dengan khawatir.

"Masih sedikit pusing, bagaimana bisa aku di sini? Dan siapa kamu? Terlihat tidak asing," tanya Love kepada Milk. Wajar saja karena perawakannya sedikit berbeda. Bisa dibilang perawakan Lait seperti Milk dengan rambut pendek sehingga perlu waktu yang cukup lama untuk mengetahuinya.

"Kamu seperti Lait yang di novel Milk," lanjut Love sembari menyipitkan matanya memandang Milk. Milk cukup kaget karena Love mengingat dengan baik deskripsi karakter novelnya.

"Aku Milk, Love. Kita di sini karena kau-."

"Hoho, apakah putri Amour sudah bangun Lait?" tanya seorang pria tua yang berjalan mendekat ke arah mereka.

"Sudah kakek Verden, dia baru saja bangun. Terima kasih banyak atas bantuannya." Milk berdiri dari duduknya dan membungkuk sebagai tanda terima kasih kepada pria tua itu.

"Hoho, tidak perlu berterima kasih begitu. Sudah seharusnya aku melakukan itu karena aku sudah ditugaskan untuk membantu kalian. Ini pakaian ganti untuk kalian selama berada di sini." Kakek Verden memberikan Milk sejumlah pakaian. Milk menerima dengan sopan pakaian yang diberikan oleh sang kakek.

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang