Treize : Faites-le

548 85 27
                                    

"Di dunia mana pun itu, orang itu harus kamu," lanjut Love.

Gadis mungil itu melepas tautan tangan mereka, meletakkan satu tangan di bawah leher Milk, membawa gadis jangkung itu masuk ke dalam pelukannya, memeluk sang gadis begitu erat seolah tidak ingin kehilangan setiap detik bersama Milk. Milk membalas pelukan itu, kepalanya bersembunyi di leher Love.

"Kalau bukan kamu orangnya aku tidak mau, orang itu harus kamu. Mengerti," bisik Love dengan penuh penekanan. Milk mengangguk mendengar perkataan gadis mungilnya, wajah gadis jangkung itu tersenyum dengan pipi yang memerah.

Keduanya terdiam, merasakan kehangatan dari tubuh masing-masing. Deru napas dan detak jantung satu sama lain menjadi keharmonian malam ini. Kesunyian itu membawa mereka ke alam mimpi yang lebih indah, di mana tubuh beristirahat dari semua rasa lelah, digantikan dengan energi yang baru.

***

Sinar matahari merangkak malu-malu muncul menerangi bumi, namun dapat membuat seorang gadis mungil bangun dari tidurnya. Love menatap gadis lain yang ada berada di dalam pelukannya, tersenyum hangat sembari menyisir lembut rambut sang gadis, memberikan kasih sayang lewat kecupan singkat di dahi Milk. Beberapa menit kemudian Milk mengerjapkan mata, gadis itu baru saja bangun dari mimpi indahnya, hingga pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah Love yang menatap Milk dengan senyuman manis yang terpatri di wajah gadis mungilnya itu.

"Selamat pagi Love," sapa Milk memberikan senyuman manis yang membuat Love sedikit gemas.

"Pagi Milk." Love membalas sapaan Milk. Salah satu tangan mungil itu bergerak mengelus satu sisi pipi Milk dengan lembut, membuat Milk memejamkan matanya beberapa saat, hingga sebuah ketukan pelan dari luar pintu mengambil atensi dua gadis tersebut.

"Lait, apa kamu sudah bangun? Pangeran Ciel dan Arbres telah datang." Suara seorang pria paruh baya terdengar dari luar kamar yang mereka yakini kalau itu adalah Janvier. Keduanya saling menatap dan tersenyum satu sama lain.

"Mau latihan ya?" Milk mengangguk sebagai jawaban, tapi gadis itu masih ingin bersembunyi di ceruk leher Love. Love terkekeh pelan melihat tingkah Milk yang seperti bayi menurutnya.

"Iya, paman sebentar ya," jawab Milk yang masih nyaman berada dalam pelukan Love, sedangkan gadis lainnya tersenyum melihat tingkah Milk sembari mencium rambut gadis jangkungnya dengan gemas.

"Gemesin banget deh." Love berbisik pelan dan hanya bisa di dengar oleh Milk.

"Baiklah, kami di tempat yang kemarin ya Lait," balas pria itu dari luar kamar kemudian tanpa menunggu balasan dari dalam, ia langsung melangkah pergi dari depan pintu kamar.

"Bisakah seperti ini lebih lama?" tanya Milk menatap Love, gadis itu meminta izin dengan wajah memelas. Love tidak sanggup menahan dirinya untuk tidak tersenyum melihat tingkah Milk yang seperti ini, ia mengangguk pelan kemudian menarik Milk lebih dalam ke pelukannya. Love suka ketika Milk bermanja seperti ini, kalau bisa dia akan terus memanjakan gadis jangkungnya itu.

"Tentu saja, selama yang kamu mau," jawab Love. Milk ikut mengeratkan pelukan mereka, gadis itu tidak ingin membuang setiap detik kebersamaan mereka saat hanya berdua. -Bucin tapi gak punya status? Memang begitulah kondisi mereka sekarang. Udah kejebak di novel dan sekarang statusnya pun gak jelas-.

Rasanya seperti dunia ini menjadi milik mereka berdua, -yang lain cuman nyewa-. Debaran jantung mereka berdetak seirama, menjadi melodi yang menemani kesunyian yang damai nan hangat. Pelukan yang hangat membawa dua gadis itu dalam sebuah kenyamanan yang tidak ingin mereka akhiri, memelas kepada waktu untuk membiarkan mereka lebih lama dalam kondisi seperti ini, bahkan jika bisa mereka ingin detik berhenti sekarang juga. Hingga beberapa menit kemudian Milk sedikit memberi ruang antara dirinya dan Love.

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang