Quatorze : Je suis ici avec toi

459 89 34
                                    

"Waw, kebetulan yang sangat menguntungkan," ujar Voir sembari memberikan jempolnya kepada Milk diikuti dengan Juin, sedangkan gadis jangkung itu hanya tertawa receh menanggapi kedua teman Lait.

"Keren, raja sangat percaya dengan mu Lait." Ciel juga memberikan jempolnya kepada Milk, yang tentu saja di tanggapi tawa receh gadis jangkung itu.

"Tidak juga pangeran, karena raja tahu putri Amour ceroboh, makanya raja juga memberikan peta ini kepadaku," balas Milk dengan tawa membuat sebuah pukulan mendarat tempat di dahinya, membuat sang gadis mengaduh menatap sang pelaku. Orang-orang di sana ikut tertawa melihat keduanya.

"Hahaha sudah-sudah ini yang ada malah lanjut bercanda terus, tidak selesai-selesai diskusi kita nanti." Cerises membuat tawa orang-orang di sana perlahan mulai memudar, kembali digantikan dengan raut wajah serius.

"Baiklah, permasalahan satu selesai, jadi siapa yang akan kita tunjuk sebagai pimpinan pasukan?" tanya Ciel menatap ke sekeliling.

***

Mata lima orang di sana menatap Milk dan Ciel secara bergantian, sedangkan Milk dan Ciel saling menatap satu sama lain. Love yang berada di antara mereka sedikit bingung ingin memilih siapa yang menjadi pimpinan pasukan, karena jika di novel sudah pasti Ciel, lalu mengapa Ciel menunjuk Milk.

"Pangeran saja," ujar Milk. Ciel menggeleng pelan tanda tidak setuju.

"Kamu saja Lait, kamu lebih berbakat," balas Ciel. Milk menghela napasnya pelan, melihat ke arah Arbres, mengode agar pemuda itu bisa membujuk Ciel.

"Sebaiknya pangeran saja yang memimpin pasukan, ini demi nama baik pangeran juga," ucap Arbres menepuk pelan pundak sang pangeran, Ciel melirik Arbres.

"Aku tidak mempertaruhkan nama baik ku Ar. Kita harus memiliki seseorang dengan strategi yang jenius sebagai pimpinan pasukan dan semua itu ada di Lait." Milk menghela napasnya pelan. Ciel memang keras kepala dan terlalu baik, terkadang gadis itu sedikit menyesal telah membuat karakter sang pangeran seperti itu.

"Pangeran ini bukan perihal nama baikmu atau bukan, tapi ini tentang Lait yang menghormati posisi pangeran sebagai calon penerus raja dan anggota keluarga kerajaan." Juin berpendapat, Milk mengangguk setuju dengan pendapat itu.

"Itu benar pangeran, aku lebih memilih berada di regu mata-mata nanti. Lebih baik pangeran di sini dan mengatur strategi dengan yang lain. Ar akan membantu di sini, dia juga bisa menyusun strategi sepertiku." Milk memberikan solusi kepada Ciel, namun pemuda itu masih tampak ragu.

"Percayalah padaku pangeran. Pangeran lebih cocok menjadi pimpinan pasukan karena pangeran lebih suka menyerang secara terang-terangan, berbeda dengan ku yang akan melakukan apa saja untuk menang," tutur Milk mencoba memberikan keyakinan kepada Ciel bahwa pemuda itu bisa melakukan hal tersebut karena pada dasarnya dialah sang pemeran utama. Namun Ciel masih tetap berpikir, ia masih tidak ingin menyia-nyiakan kemampuan gadis jangkung itu.

"Love yakinkan Ciel, kamu juga nanti akan tinggal di sini bersamanya," bisik Milk sangat pelan. Love menatap ke arah Milk dan balik berbisik.

"Aku ingin ikut bersama kamu." Milk menggeleng pelan tanda tidak setuju.

"Gak, terlalu bahaya. Cepat yakinkan dia sana," balas Milk lagi sembari menunjuk Ciel dengan dagunya. Love menghela napas pelan kemudian beralih menatap Ciel, gadis mungil itu menepuk pelan pundak Ciel.

"Yang dikatakan Lait benar, lebih baik kamu di sini. Lagipula itu pasukan dari Nordean tidak mungkin Lait yang memimpin mereka, sementara ada kamu di sini. Terlalu beresiko jika kamu adalah regu mata-mata," ujar Love meyakinkan Ciel hingga akhirnya pemuda itu menghela napas pelan sembari mengangguk. Pemuda itu menyetujui ucapan Love.

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang