Cinq : Sentez-vous libre avec vous

464 99 18
                                    

"Tapi nanti berbeda dengan alur cerita yang ada di novelmu," balas Love. Sepertinya gadis itu sedang mempersiapkan diri untuk diculik.

"Itu tidak akan berpengaruh secara signifikan. Tujuan kita memang menyelesaikan novel ini, yaitu dengan memenangkan kembali kerajaan Freeland dan membawa Amour kembali ke sana." Milk menatap ke arah Love.

"Bagaimanapun caranya, kamu gak boleh sampai diculik," ujar Milk penuh penekanan, keputusannya sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.

*** 

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba seseorang masuk kembali ke dalam gubuk kecil itu. Orang itu menatap ke sekeliling, mencari-cari keberadaan orang lain di sana. Milk mengintip sedikit, menatap Nuages yang berjalan mengendap-ngendap. Pemuda itu melihat ke arah sebuah lantai yang berbeda dengan lantai lainnya, Milk yang merasa ketahuan mulai menyingkir dari sana. Nuages dengan langkah yang sangat hati-hati tanpa suara bergerak ke arah sana.
Pemuda itu sepertinya sudah mengetahui keberadaan Love di dalam sana, ia mendekat dengan perlahan agar tidak diketahui gerak geriknya. Namun, pemuda itu tidak tahu kalau Milk berada di sana bersama Love. Nuages membuka tempat persembunyian itu dan Milk langsung saja ambil tindakan dengan memukul kepala sang pangeran dengan sangat kuat membuat pemuda itu berteriak kesakitan sembari memegang kepalanya. Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Milk segera menggenggam tangan Love dan membawanya kabur dari sana.

"Kejar mereka, dapatkan Amour untukku dan tangkap Lait hidup-hidup!" perintah Nuages kepada pasukannya. Pemuda itu masih meringis kesakitan, beberapa pasukannya pun sibuk mencari keberadaan kedua gadis yang melarikan diri itu.

"Milk bagaimana ini, kita bisa tertangkap, jumlah mereka begitu banyak."

"Tenang saja, tidak semua akan mengejar kita." Milk dengan tenang menanggapi. Gadis itu  terus berlari ke arah utara menggenggam erat tangan Love sampai akhirnya mereka menemukan seekor kuda milik kakek Verden di sana. Milk dengan cepat berlari mendekati kuda tersebut bersama Love yang masih berada dalam genggamannya.

"Aku tidak bisa naik kuda," ujar Love menatap Milk. Milk menghela napas pelan kemudian menggendong gadis itu untuk naik terlebih dahulu disusul dengan dirinya yang duduk di belakang Love.

"Tidak ada kata tidak bisa sekarang Love, kita harus pergi secepat yang kita bisa, pegangan." Love memegang erat lengan Milk dan Milk segera melajukan sang kuda meninggalkan tempat itu. Sedangkan jauh di belakang sana pasukan Nuages memutar arah untuk mengambil kuda dan melaporkan hal tersebut kepada pemimpin mereka.

***

"Ah sial, ku pikir Lait keluar untuk mencari bantuan dan meninggalkan Amour di dalam sana. Ternyata dia juga berada di sana." Nuages memukul dinding gubuk kecil itu. Matanya menyiratkan amarah yang begitu besar, apalagi kepala sang pangeran tentu saja masih sakit akibat pukulan kejutan dari Milk.

"Dimana mereka sekarang?" tanya Nuages kepada para pasukannya.

"Mereka melarikan diri ke arah utara tuan muda menggunakan seekor kuda," jawab salah satu prajuritnya.

"Arah utara? Apa Lait berencana untuk menemui Ciel secepatnya? Dan kuda kamu bilang? Sejak kapan disekitaran sini ada kuda, aku tidak melihatnya saat kita menuju ke sini."

"Sepertinya itu kuda yang sengaja ditinggalkan Reux Verden untuk Lait, tuan muda."

"Kakek sialan itu." Nuages mengatupkan rahangnya kuat. Kali ini semua rencananya berantakan, dan itu semua karena penulisnya sendiri yaitu Milk.

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang