Dix neuf : Est-ce Que Tu M'aimes?

483 82 32
                                    

-Beberapa jam sebelum Milk kembali-

"Ada apa?" Sebuah pertanyaan terlontar dari mulut gadis mungil yang di depannya ada sebuah makhluk tiang, membuat aktivitas meminum teh yang harusnya damai malah mencekam. 

Gadis itu mulai sedikit risih dengan Milk yang terus-terusan mengikuti dirinya selama beberapa hari terakhir, padahal sebelumnya gadis jangkung itu sangat dingin dan tidak pernah berbuat yang demikian.

"Aku hanya penasaran," jawab Milk sembari menopang dagu dengan salah satu tangannya.

Amour yang mendengar jawaban dari gadis itu menaikkan salah satu alisnya, menatap Milk dengan tatapan heran.

"Tentang apa?" tanya Amour menghentikan aktivitas meminum tehnya, memberikan seluruh perhatiannya kepada Milk sekarang.

"Bagaimana bisa kamu kembali ke sini? Apa ada sesuatu yang terjadi di sana hingga kamu bisa kembali ke tempat di mana seharusnya kamu berada?" 

Milk sejak seminggu yang lalu mencari-cari informasi terkait cara kembali ke tempat di mana seharusnya dia berada. Namun, hasilnya nihil, tidak ada petunjuk yang di dapatkan oleh Milk. Gadis jangkung itu hampir berputus asa, sebelum akhirnya ia mendapatkan ide untuk mengikuti Amour, berharap memiliki petunjuk. Tapi sampai hari ini ia tidak mendapatkan itu, membuatnya mau tak mau harus menanyakan hal tersebut.

"Duduklah, jangan berdiri. Kamu membuatku merasa seperti penjahat." Amour mempersilakan Milk untuk duduk di kursi yang ada di sana, menatap gadis jangkung itu dengan serius, kemudian menghela napasnya pelan.

"Sejujurnya aku tidak terlalu ingat, tapi ada beberapa hal yang aneh yang terjadi padaku sebelum akhirnya kembali ke sini." Milk mendengarkan dengan baik, bahkan satu kata pun tidak ia lewatkan dari mulut Amour.

"Contohnya?"

"Contohnya ketika aku melakukan sesuatu yang bertentangan dengan diri Love yang sebenarnya, ada sebuah sistem yang muncul, dan mengarahkanku agar melakukan yang benar. Bahkan sistem itu mengancam jika aku melakukan sesuatu yang dapat merugikan Love. Lait juga dapat sistem yang seperti itu."

"Sistem?" Amour mengangguk.

"Iya, sebuah sistem. Dia yang menunjukkan kepada kami tentang dunia kalian. Kamu dan Love tidak ada?" tanya Amour yang dijawab dengan gelengan kepala oleh Milk.

"Aku di sini hanya berbatas informasi mengenai novel yang ku buat, dan aku juga tidak tahu harus bagaimana."

"Apa kamu menjalani itu dengan benar?" tanya Amour menatap Milk dengan dalam, berharap bahwa gadis itu melakukannya sesuai dengan apa yang ia tulis. Namun, Milk menjawab dengan gelengan kepalanya, lagi.

"Tidak, ada beberapa hal yang tidak aku ikuti. Namun, aku yakin aku sudah berada di akhir. Hanya saja ada yang belum ku selesaikan di sini." Milk tampak berpikir tentang hal ini.

"Ku rasa kamu melewatkan bagian penting Milk di akhir cerita," ujar Amour membuat Milk menatap gadis mungil itu.

"Maksudmu seperti menyatakan perasaan Lait?" tanya Milk yang membuat Amour menatap gadis itu heran.

"Perasaan Lait? Memangnya apa perasaan Lait?" tanya Amour penasaran. Ia tidak tahu apa yang disimpan Lait selama ini kepadanya. Amour hanya beranggapan bahwa Lait adalah sosok kakak yang selalu melindungi dan mendukungnya.

"Jadi kamu tidak tahu?" Amour menggeleng pelan.

"Beritahu aku," ujar Amour meminta kejelasan. Milk tampak ragu-ragu untuk memberitahu hal tersebut.

"Kurasa Lait langsung yang harus memberitahunya kepadamu," balas Milk, yang membuat Amour sedikit frustrasi.

"Masalahnya kamu dan Lait belum juga kembali ke kondisi semula. Bagaimana aku bisa tahu? Lagipula kamu sendiri yang bilang kalau kamu harus menyelesaikan sesuatu di akhir." Amour menjeda ucapannya, gadis mungil itu memainkan cangkir teh yang ada di depannya.

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang