Sept : Expliquez-moi

552 91 29
                                    

"Amour Maivie." Love ikut memperkenalkan nama sang putri.

"Jadi benarkah hubungan kamu dan pengawal ku hanya sebatas sahabat?" Suasana menjadi hening, Love menatap ke arah empat sekawan itu secara bergantian dan kembali bersuara.

"Apakah ada yang salah dengan pertanyaanku?"

***

"Apa-apaan pertanyaan mu itu Love?!" Suara Milk meninggi membuat Love sedikit kaget namun berusaha untuk stay cool. Tangan besar Milk dengan cepat mengunci pintu kamar setelah ketiga teman Lait meninggalkan rumah ini. Gadis itu berencana untuk menginterogasi Love tentang segala ucapannya tadi.

"Tidak ada, aku hanya ingin tahu," jawab Love sinis sembari berjalan ke arah kursi di dekat sana dan duduk menghadap Milk dengan kaki yang menyilang.

"Really? Kamu bisa bertanya padaku nanti, kenapa harus di depan mereka kamu bertanya?" Milk mengusap rambutnya kasar, menatap tak percaya kepada gadis yang sekarang berjarak 2 meter dari hadapannya. Gadis yang lebih tinggi itu tampak sangat frustasi dengan jawaban yang keluar dari gadis mungil itu.

"Memangnya kenapa kalau bertanya di depan mereka?" Love tak mau kalah, kini ia menatap Milk dengan tajam. Entahlah gadis itu kesal dengan semua yang terjadi, dan Milk sekarang memarahinya untuk hal sepele ini -bagi Love, namun mungkin Milk berpikir berbeda, ia lebih takut ketahuan kalau mereka bukan dari dunia ini-.

Milk menghela napas pelan, memijat pelan pelipisnya, mencoba untuk tetap tenang menghadapi Love yang sepertinya memang moody - an. Gadis tinggi itu melangkah mendekat ke tempat gadis mungil yang sedang duduk tak jauh darinya, dan sekarang Milk tepat di hadapan Love, menatap sang gadis dengan lembut. Kemudian Milk menunduk, menekuk salah satu kakinya dan satu lagi berdiri menahan tubuh sang gadis, posisi Milk sekarang setengah jongkok di depan Love. Milk meraih tangan yang lebih mungil dan menggenggamnya dengan lembut.

"Maaf karena telah membentakmu, aku tidak bermaksud begitu." Milk menepuk pelan tangan mungil yang ia genggam sembari menghela napas pelan. 

"Aku hanya butuh penjelasan darimu," lanjut Milk menatap mata Love dengan damai.

Hening beberapa saat di antara keduanya, sampai Milk kembali memulai percakapan.

"Love, lain kali kalau kamu memiliki pertanyaan, tanyakan padaku ketika kita hanya berdua. Jangan di depan orang yang tidak tahu kalau kita bukan dari dunia ini. Mereka bisa curiga kalau kita bukanlah Lait dan Amour yang sebenarnya," ucap Milk lembut. Nada tenangnya mampu mengusir rasa kesal Love, yang malah membuat gadis itu merasa bersalah sekarang.

"Juin dan Lait memang ada masa lalu yang lumayan spesial. Tapi itu bukan berarti dengan kembali kita ke sini, aku membuka masa lalu itu, aku hanya ingin kita tetap aman, Love. Melindungi diri kita dari bahaya jauh lebih penting, menyelesaikan cerita ini dengan seaman mungkin, tanpa luka sedikitpun. Kamu mau kita kembali dengan selamat bukan?" Love mengangguk pelan sebagai jawaban, menatap mata Milk yang terasa damai. Milk berdiri dari posisinya, masih dengan tatapan yang sama untuk Love. Tangan besar itu mengelus puncak kepala Love lembut kemudian berjalan ke tempat tidur dan duduk di tepinya.

"Memang salahku tidak memberitahumu dari awal, kemarilah akan ku ceritakan sedikit tentang hidden scene yang pernah ku buat di novel tapi tidak pernah aku publikasikan." Milk menepuk pelan tempat kosong di samping nya, mengisyaratkan kepada Love untuk duduk di sana. Senyum terpatri di wajah cantik sekaligus tampan itu.

Love mengikuti arahan Milk, ia berdiri dari sana, berjalan menghampiri Milk dan duduk di tempat kosong tersebut. Milk masih tersenyum sembari merapikan beberapa anak rambut Love yang berantakan, sepertinya merapikan rambut Love adalah hobi baru bagi Milk.

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang