Onze : Trop proche pour être géré

593 87 17
                                    

"Sedikit kaget dengan tindakanmu barusan, tapi tidak apa. Kamu boleh melakukan apapun padaku saat kita hanya berdua," bisik Milk pelan dengan senyuman di wajah cantiknya. Gadis tinggi itu terlihat yakin bahwa Love tidak mendengar perkataannya, karena sudah tertidur. Padahal gadis mungil di sana masih terbangun dengan detak jantung yang semakin menggila mendengar ucapan Milk. Love mengulum senyumnya, perasaan di dalam diri gadis mungil itu begitu menggebu, tapi ia mencoba menahannya.

"Akan ku tagih saat kita sudah kembali." Love berucap di dalam hati kemudian pergi tidur dengan nyaman karena telah mendengar penuturan Milk, begitu pun dengan Milk yang sudah mengistirahatkan dirinya.

***

Pagi yang dingin dengan sedikit rintik hujan membuat Love masih betah meringkuk dalam mimpinya, begitupun Juin dan Août. Sedangkan Milk sudah berlatih bersama Arbres di halaman keluarga Heureux, keduanya sibuk beradu menggunakan pedang kayu khusus latihan yang dimiliki oleh Janvier di tengah gerimis yang jatuh ke tanah. Ciel juga ada di sana, duduk di sebelah Janvier, ikut melihat para prajurit kerajaan itu berlatih.

"Apakah Arbres tidak terlalu keras kepada Lait yang merupakan perempuan, paman?" tanya Ciel menatap ke arah Janvier yang masih mengamati kegiatan Arbres dan Milk. Janvier menggeleng pelan, kemudian melirik sang pangeran sekilas dan tersenyum tipis.

"Meski perempuan, kehebatan Lait dalam membaca situasi dan kontrol tenaga sangat ahli pangeran. Menurut pangeran apa alasan dia dibawa ke istana Freeland bahkan pada saat dia masih remaja, bahkan lebih dulu dibandingkan Arbres dibawa ke istana Nordean?"

"Karena dia sangat kuat?" Janvier menggeleng lagi dan tersenyum menatap Ciel.

"Karena dia sangat cerdik sehingga terkadang lawan-lawan yang ia hadapi tertipu dengannya. Apalagi jika lawannya tahu bahwa Lait adalah perempuan, bukankah biasanya akan dianggap remeh. Hal itulah yang membuatnya lebih unggul, karena lawan menganggapnya lemah. Jika pangeran ingin tahu lebih, lihatlah mereka sekarang." Janvier meminta Ciel untuk menatap ke arah kegiatan dua orang tersebut, terlihat sekarang Arbres yang sudah bersimpuh dan Milk yang menodongkan pedang di atas kepala Arbres.

"Tapi, pangeran tidak berpikir hanya segitu kemampuan Arbres kan?" tanya Janvier kepada Ciel. Pemuda di sebelah pria paruh baya itu mengangguk, dia tidak pernah sedikitpun meragukan kemampuan Arbres dalam bertempur dan bertahan hidup.

"Tentu saja aku tidak pernah meragukannya sedikit pun. Arbres juga pasti tahu cara mengatasi hal tersebut," ujar Ciel yang dibalas anggukan oleh Janvier. Pria paruh baya itu berpikir sama, karena mereka sudah cukup sering berlatih bersama sejak kecil.

"Seperti biasa ya? Bukan kah itu hal biasa yang selalu kamu lakukan Lait?" tanya Arbres dengan menaikkan salah satu sudut bibirnya, mata sang pemuda menatap tajam ke arah sang gadis. Milk tersenyum tipis menatap lawan latihannya.

"Kamu sudah tahu jawabannya." Dalam waktu yang sangat cepat Arbres tiba-tiba melakukan pergerakan yang membalikkan keadaan, sekarang keadaan Milk yang terpojok akibat serangan mendadak sang pemuda. Namun gadis itu masih mampu bertahan karena ia sudah cukup hapal dengan beberapa pola gerakan Arbres. -Tentu saja karena Milk authornya-.

"Jangan kira hanya kamu yang berkembang, Ar." Milk menunjukkan smirk nya. 

Tentu saja gadis itu akan selalu lebih unggul, ia punya banyak cara untuk mengatasi setiap serangan. Karena pada dasarnya dia lah yang membuat alurnya. Dia bahkan masih ingat setiap pola gerakan yang ia tulis di novelnya dan tubuhnya dengan cepat merespon, -berterima kasihlah kepada Lait yang rajin latihan sehingga tubuhnya ringan dan tidak membuat Milk kesulitan-.
Dan puncaknya ketika Milk menghindari serangan Arbres, menarik tangan pemuda itu dan memelintirnya ke belakang dengan kuat sehingga pedang kayu milik sang pemuda terlepas. Milk dengan cepat mengunci kaki Arbres kemudian meletakkan pedang kayu miliknya pada leher pemuda itu, sedikit menekan agar Arbres tidak dapat bergerak sedikit pun. Beberapa menit dengan posisi Arbres tidak dapat melepaskan kuncian Milk, keduanya pun tertawa secara bersamaan.

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang