Deux: Le roman

666 97 8
                                    

"Kalau boleh tahu siapa nama mu?" tanya Love.

"Milk Pansa Vosbein," jawab Milk menyebut nama panjangnya. Love melepaskan pegangannya, lalu Milk mulai berjalan meninggalkan Love sendirian di ruang kelas.

***

Kota Bangkok hari ini sudah tidak diselimuti hujan, keadaan sekarang sangat cerah. Hal ini membuat aktivitas penduduk menjadi lebih banyak dibanding kemarin. Seorang gadis dengan senyuman yang manis di wajahnya berjalan melintasi trotoar.

"Pagi Love," sapa seorang pemuda membuat gadis bernama Love memandangnya.

"Pagi juga Ohm," balas Love kepada pemuda yang bernama Ohm.

"Pagiii Love, Ohm." Suara pemuda lainnya memasuki gendang telinga mereka membuat mereka menatap ke arah suara tersebut.

"Pagi Ford, Milk," balas Ohm. Love melambaikan tangannya sebagai sapaan.

"Wah apa kalian datang barengan? Bisa jadi gosip hangat ini." Ford terkekeh, sedangkan Love hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

"Gak barengan, kebetulan ketemu aja," ujar sang gadis tenang.

"Benarkah? Agak mencurigakan," ujar Ford tertawa pelan kemudian merangkul Ohm dan Love.

Mau tidak mau mereka pun di seret oleh Ford sedangkan Milk hanya mengikuti dari belakang. Gadis itu tidak berniat untuk terlibat dalam percakapan mereka.
Tak lama kemudian keempatnya tiba di sekolah mereka. Milk, Love, dan Ford berpisah dengan Ohm di lorong karena mereka beda kelas.

"Cieeee Love, Ohm lagi deketin lu ya?" tanya Ford sembari mencolek-colek baju Love dengan manja. Pemuda itu tentu saja sedang menggoda Love.

Love tersenyum masam kemudian menatap tajam pemuda itu.

"Jangan bikin rumor yang aneh aneh ya Ford. Kan udah gua bilang kami gak sengaja ketemu di jalan tadi," jawab Love dengan nada sedikit mengancam. Ford hanya mengangguk pelan, namu pemuda itu masih menggoda Love. Sedangkan Love hanya pasrah dengan setiap kata-kata yang keluar dari mulut Ford.

Mereka pun memasuki kelas lalu duduk di tempat mereka masing-masing. Tidak ada yang spesial, semua berjalan seperti biasa. Termasuk dengan Milk yang dari dulu hanya memperhatikan dari jauh, tidak ingin terlibat dalam hal yang merepotkan baginya.

***

Pelajaran pertama, kedua, dan ketiga sudah selesai. Saat ini para murid mulai beristirahat, beberapa dari mereka ada yang ke kantin, tetap di kelas, bermain keluar, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan Milk, gadis itu melangkahkan kaki nya menuju perpustakaan. Ia ingin menulis novel nya dengan mencari beberapa referensi.
Gadis itu duduk dekat sudut ruangan, mengisolasi dirinya dari manusia-manusia yang ada di sana. Ia membuka buku-buku yang tadi ia ambil, matanya mulai menelisik huruf-huruf di sana, menelaah, dan membuat rangkaian kata demi kata untuk novelnya.

"Hm." Ia berdehem melihat tulisannya.

"Bukankah lebih bagus jika Amour jatuh cinta pada Lait juga?" ujar seseorang dari belakang Milk membuat gadis itu terkejut dan menatap ke sumber suara.

"Eh apa aku membuatmu kaget Milk?" Sungguh, Milk ingin menutup rapat-rapat mulut Love. Seharusnya jawabannya sudah jelas.

Love mengubah posisinya yang berdiri di belakang Milk, menjadi duduk di sebelah Milk. Gadis itu menunjukkan novel yang di tulis oleh Milk.

"Kenapa gantung sekali endingnya?" tanya Love tidak terima. Kapan lagi coba bisa protes langsung kepada penulisnya. Milk menaikkan salah satu alisnya.

"Kalau gak gantung gak bakal ada lanjutannya dong," balas Milk santai. Gadis itu kembali membaca buku referensi dan menulis hal-hal yang ia rasa perlu.

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang