Different Way

Douze : La personne doit être vous

"Love, kamu terlalu dekat denganku," bisik Milk menatap ke arah gadis mungil itu berharap Love sadar dengan apa yang dilakukannya. Namun Love sepertinya tak mengerti maksud gadis yang lebih tinggi, ia malah menatap Milk balik dan tersenyum.

"Lalu kenapa?" Astaga sepertinya Love sedang menggoda Milk. Milk mengalihkan tatapannya, telinga gadis jangkung itu memerah dan Love senang melihatnya.

"Kamu keras kepala, sangat sulit untuk ku tangani," ujar Milk sangat pelan tapi Love masih mendengarnya.

"Karena aku keras kepala, atau karena aku begitu imut untukmu." Baiklah, sepertinya menggoda Milk sekarang merupakan hobi Love.

***

"Jadi, menurut pangeran bagaimana?" Milk bertemu tatap dengan sang pangeran di hadapannya.

Sekarang mereka sedang membahas rencana atau -bisa kita sebut strategi yang akan digunakan- untuk mengambil kembali istana. Tujuh orang di sana duduk membentuk lingkaran, dengan posisi Milk dan Love berhadapan dengan Ciel, di samping kanan Ciel ada Arbres dan Cerises sedangkan di samping kiri Ciel ada Voir dan Juin.

"Apa hanya itu satu-satunya cara? Itu terdengar licik dan jahat," ujar Ciel memandang orang-orang di sekitarnya. Arbres menghelas napas pelan melirik sang pangeran sekilas, padahal ia sudah mencoba membujuk tadi, tapi seperti Ciel tidak suka menggunakan cara berperang yang seperti itu, menurutnya itu tidak adil.

"Jadi, apakah pangeran lebih memilih untuk meminta bala bantuan dari Nordean?" tanya Voir.

"Itu jalan terbaik, tapi akan membutuhkan waktu yang lama," komentar Ciel. Pemuda itu menopang dagunya dengan salah satu tangan, terlihat berpikir keras. 

"Tapi bagaimana kalau menggabungkan kedua rencana tersebut?" Love berkomentar menatap ke arah Milk. 

Ciel menatap Love dengan serius, pemuda itu memerhatikan interaksi kedua gadis yang ada di hadapannya. Jujur saja sang pangeran menaruh kecurigaan kepada dua gadis tersebut. Kedekatan mereka bagi Ciel sedikit tidak wajar, terutama Love yang sangat menempel dan mudah sekali tersenyum ketika bersama Milk. Namun jika dengannya gadis itu seolah membuat jarak, itu sedikit membuat Ciel kecewa -atau mungkin itu adalah perasaan cemburu-.

"Maksudmu seperti ada beberapa dari kita yang menyusup dan menyerang dari dalam, namun ada juga yang menyerang dari depan?" tanya Milk kemudian menatap Love di sampingnya. Gadis mungil itu mengangguk pelan membenarkan ucapan Milk lalu ia mengalihkan pandangan ke arah yang lain.

"Jadi kita menghubungi bala bantuan dari Nordean sekarang, serta juga menyusun strategi perang dan menentukan siapa saja yang akan menyusup dan siapa yang akan memimpin perang secara terang-terangan. Bagaimana dengan ini Ciel?" Ciel masih tampak berpikir sejenak, mempertimbangkan ide dari Love. Namun Arbres dan Voir sepertinya sangat menyukai ide Love tersebut.

"Aku setuju dengan ide dari putri Amour, setidaknya itu salah satu cara untuk mempertahankan kewibawaannya anggota kerajaan." Arbres bersuara, pemuda itu menatap Milk seolah meminta dukungan opini. Namun Milk sama seperti Ciel, keduanya masih memikirkan hal ini dengan matang.

"Aku juga setuju dengan ide putri, terlihat efektif juga. Beberapa dari kita menyusup untuk mendapatkan informasi, sisanya di sini menunggu bala bantuan dan menyusun strategi penyerangan." Kali ini Voir bersuara, gadis itu memandang ke sekeliling untuk meminta dukungan juga kepada yang lain. 

Milk dan Ciel tampak mengangguk secara bersamaan mendengar pendapat Arbres dan Voir.

"Itu tidak efektif." Ciel dan Milk berucap bersamaan, seolah menyuarakan pikiran yang mengganggu mereka, sedangkan yang lain melihat keduanya secara bergantian, sedikit mempertanyakan kebetulan ini. Milk dan Ciel juga kaget dan saling menatap satu sama lain. Suasana sedikit hening dan canggung karena hal tersebut. Jangan tanya kondisi Love sekarang, gadis itu sedikit terbakar api cemburu dengan kebetulan itu, namun berusaha untuk menutupinya karena mereka sedang dalam keadaan serius, tidak profesional jika ia menunjukkan sikap cemburunya.