Dix : Juste nous

456 93 19
                                    

"Tentu saja, aku akan menjadi Lait mu, Love," ucap Milk. Entah ini termasuk dari berbagi dan mengungkapkan perasaan atau ini adalah sebuah kata-kata penenang untuk menghibur Love. Tapi ucapan Milk terdengar begitu tulus, membuat senyum di wajah manis dan cantik Love terpatri secara otomatis.

"Berjanjilah, dimanapun aku berada kamu akan selalu menjadi Lait ku, Milk." Love memberikan jari kelingkingnya di hadapan Milk. Gadis yang lebih tinggi tersenyum, kemudian menautkan jari kelingking miliknya dengan kelingking gadis mungil itu.

"Aku berjanji Love. Selalu, bahkan jika aku bukan Lait, aku akan selalu bersamamu sebagai Milk."

"Aku juga berjanji, dimanapun kamu berada aku akan selalu menjadi Love mu."

***

Langit hitam malam ini begitu indah dengan bintang-bintang begitu bersinar mengkilap bersamaan dengan semilir angin sejuk yang dapat membuat siapa saja terlena melihatnya, sangat berbeda jauh dari perkotaan besar. Seorang gadis duduk di sebuah bangku yang tidak jauh dari rumah keluarga Feuilles, memandang jauh entah kemana, berkelana di dalam pikirannya. Seorang pemuda menatap gadis itu dari kejauhan, mencoba untuk mendekat, kembali berbagi rasa dengan gadis pujaan hatinya yang sangat ia rindukan.

"Aku tidak tahu bahwa kamu suka menatap bintang-bintang, Amour." Suara berat dari seorang pemuda mengalihkan atensi Love, gadis itu menoleh ke sumber suara menemukan Ciel yang berjalan mendekat ke arahnya. Love bergeser ke samping untuk memberikan tempat agar Ciel bisa duduk, tidak ingin membuat kondisi pemuda itu menjadi lebih buruk.

"Bukankah kamu harusnya istirahat?" Ciel menatap Love dengan tatapan yang tidak Love ketahui maksudnya. Bukankah meskipun dia bukan Amour, seharusnya ia mengerti perasaan Ciel. Karena pada dasarnya tubuh dan pikiran ini adalah milik Amour, meskipun jiwanya adalah Love.

"Bagaimana aku bisa istirahat, jika kamu saja masih berada di sini. Apa kota kecil ini terlalu nyaman untuk seorang putri?" Ciel terkekeh begitupun dengan Love. 

Rasanya perkataan Ciel ada benarnya, Love sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di sebuah kota kecil seperti kota Chevalier ini, gadis itu selalu berkelana dari kota besar ke kota besar lainnya. -Maklum saja profesinya adalah seorang aktris dan idol yang baru naik daun-.
Love sedikit memutar kembali ingatannya saat ia berada di Hongkong ia membaca novel Milk, yang mendeskripsikan tentang kota kecil yang hangat nan damai. Rasanya Love tidak perlu berangan-angan lagi karena sekarang ia sudah tiba di kota kecil ini. Love kembali menatap langit malam yang penuh bintang, kemudian tersenyum lembut.

"Aku rasa begitu, jarang sekali melihat hal seperti ini jika di istana," ujar Love. Ciel mengikuti arah pandang Love, pemuda itu mengangguk setuju.

"Dimana Lait?" tanya Ciel masih menatap langit malam untuk menghindari keheningan di antara mereka.

"Dia sedang mengobrol dengan Arbres katanya, baru kemari dan kami akan pergi ke rumah Juin," jawab Love. 

Ciel mengangguk paham, pemuda itu pun mengalihkan pandangannya ke arah Love yang masih mengagumi langit malam yang indah, ditambah dengan semilir angin yang menerbangkan rambut gadis mungil itu menambah keindahan malam ini. Tangan Ciel bergerak menyelipkan rambut panjang Love ke belakang daun telinga gadis itu, tidak ingin rambut itu menghalangi pemandangan wajah cantik Love. Love tertegun, ia menatap ke arah Ciel yang tersenyum menatapnya.

"Aku senang kamu baik-baik saja Amour," ucap Ciel. Love mengangguk pelan sembari tersenyum.

"Tentu saja, Ayah memberikan pengawal yang kuat untukku," jawab Love membanggakan Milk. Ciel mengangguk setuju dengan pernyataan Love.

"Aku bersyukur yang menjagamu adalah Lait, jika bukan dia mungkin kamu sudah dijadikan sandera," balas Ciel. Pemuda itu hendak mengelus puncak kepala Love, namun gadis itu membuat jarak sebelum tangan besar pemuda itu sampai, tubuhnya bergerak sendiri tanpa bisa ia kendalikan.

Different WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang