"Aku bosan." Marylou berjalan mondar-mandir di depan beberapa pria yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Pandangannya dari balik iris mata abu-abunya meyorot lekat pada Jaxon, adik bungsu Justin yang lebih senang menghabiskan waktu dengan bermain game daripada mengajak bicara manusia yang bernapas di sekitarnya. Mary berhenti mondar-mandir. Direbahkan tubuhnya di atas sofa berlengan panjang di dalam ruangan itu, memandang Jaxon menekan tuas dan berseru-seru di depan televisi.
"Boleh aku pergi?" Mary bertanya lagi, spontan mengalihkan perhatian Jordan Bieber beralih dari laptop menuju ke arahnya.
"Tidak. Jo memberi perintah pada kami untuk tetap melindungimu di sini, Ms. Stewart."
"Tapi aku bosan!" Telapak tangan Mary disentak di atas lengan sofa. Dia mengangkat tubuhnya lagi dengan wajah merengut kesal. "Aku seperti tahanan di tempat ini. Aku mau pergi!"
Mendadak dari arah samping, seseorang mendekatkan moncong pistolnya di pelipis Mary, membuat wanita itu tidak bergerak sedikit pun. Bola mata Mary melirik ke samping, kemudian merilekskan bahunya begitu tahu siapakah seseorang yang dengan berani-beraninya mendekatkan moncong pistol di pelipisnya. Adik kekasihnya sendiri, Jeff.
"Oh, fuck you!" Dia menepis tangan Jeff kasar, lantas beranjak berdiri sementara Jeff terbahak cukup keras melihat raut wajah Mary yang terlihat sangat panik. "Kau kira itu lucu! Aku sudah paranoid dengan senjata api, Bodoh!" Masih dilingkupi perasaan kesal, Mary memukul lengan Jeff berkali-kali cukup kasar.
"Aduh, sudah cukup calon kakak ipar." Bergerak menghindar, Jeff mengusap lengannya masih diselingi tawa kecil. "Tetap diam di tempatmu kalau kau tidak mau celaka." Jari telunjuknya teracung di depan wajah Mary sementara kepalanya ditelengkan ke satu sisi meminta dengan tegas agar Mary berdiam diri di markas The Biebers daripada berbuat ulah dengan berkeliaran tanpa pengawasan.
"Dan aku di sini mengkhawatirkan adikku sendiri—Caitlin!"
"Tenanglah, bukankah dia bersama pacarnya?" Jeff merebahkan badannya di sofa lengan panjang, menengadah ke atas berpandangan dengan mata tajam Mary. "Siapapun bisa aman dan dalam bahaya di waktu bersamaan jika mereka berada di lingkup The Biebers. Dan kupastikan Caitlin baik-baik saja bersama Dev seperti kau bersama Jo asal tidak banyak tingkah."
Bola mata Mary terputar kesal. Kedua tangannya dilipat di depan dada, sebelum dia menjatuhkan pantatnya di samping Jeff seraya menyilangkan kedua tungkainya. Meskipun Caitlin dalam perlindungan pacarnya, Devon Mallette, jauh dari Kensington, tetap saja dia mengkhawatirkan keadaan adiknya.
"Sepertinya aku belum mengucapkan bela sungkawa padamu atas meninggalnya kekasihmu, Cleopatra."
Praktis, Jeff menoleh ke samping dengan ekspresi berubah drastis. Tidak ada kejelasan emosi di kedua matanya. Detik berikutnya dia memalingkan pandangan, lebih tertarik melihat Jaxon yang masih sibuk bersama tuas video game di tangannya.
Setelah beberapa saat diam—bahkan Mary sedikit menyesali ucapannya sendiri yang dia kira telah membawa kenangan buruk itu lagi—, pada akhirnya Jeff menoleh ke samping diikuti eksistensi senyum simpulnya.
"Life is too cruel to take woman from men's life. I felt in love twice with different girls. When I did, I really honor it."
Bibir Marylou terbungkam mendengar kalimat yang diucapkan dengan nada setengah berbisik itu. Seolah-olah ucapan Jeff berhasil menyuntik mati tubuhnya, dia tidak berkata apa-apa kecuali membalas ucapan tersebut dengan helaan napas pendek. Mereka tidak lagi berbicara. Mary tetap duduk di sofa di tengah kediamannya, sementara Jeff mulai bergerak pergi dari sofa itu, menghindari ruang tempat mereka berkumpul dan bersantai, menghindari keramaian seperti biasa jika dia butuh ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Redemption (Sequel of Perfect Revenge) by Loveyta Chen
Fanficthis story is NOT mine