54) Berandai-andai

231 8 0
                                    

Hari ini adalah hari di mana Queensha di perbolehkan untuk pulang, setelah lima hari lamanya Queensha akhirnya dapat pulang ke mansionnya dan tak harus mencium bau obat-obatan yang sangat ia benci baunya. Tadi saat ia hendak pulang Zania mengajaknya menginap di mansionnya tapi Queensha menolak ajakan itu dengan halus, Sejak kemarin malam Queensha belum juga mau berbicara. Ia memilih bungkam, Aeron pun hanya mampu menghela nafasnya tak mau memaksa putrinya itu untuk bercerita, toh dia juga pernah muda dan merasakan bagaimana lika-liku percintaan, apalagi Aeron memang tipe orang yang pencemburu, jadi ia jelas tau perasaan Kafka saat itu.

Ia tak ingin membela salah satu di antara mereka, ia hanya berharap Kafka tak menyakiti putrinya terlalu dalam, jika itu sampai terjadi ia yang akan turun tangan untuk menjauhkan Queensha dari Kafka, bahkan ia akan pergi tanpa meninggalkan jejak, bukan hal yang sulit baginya melakukan hal itu, selama ada uang apapun bisa ia lakukan.

"Mau mampir kemana dulu?" Tanya Aeron yang sedang menyetir mobil dengan Zalerfa di samping kemudi dan dua anaknya yang berada di belakang. Fathir sudah pulang bersama Zania setengah jam yang lalu.

Queensha terdiam enggan menjawab, pikirannya masih berkelana memikirkan kondisi Kafka, hubungan mereka, masalah Kafka dan Aeric dan juga memikirkan apakah ia akan memaafkan Kafka atau tidak. Ia takut Kafka mempermainkannya, namun mengingat Fathir yang mengatakan Kafka menunggunya begitu lama, sangat mustahil bila Kafka mempermainkannya.

Queensha menoleh ke arah Abangnya yang ternyata juga sedang melihatnya, ingin menanyakan sesuatu tapi lidahnya seakan kelu untuk sekedar mengucapkan kata yang sejak kemarin malam ia tahan.

"Eca mau ngomong penting sama Abang nanti boleh?, berdua" kata Queensha menatap Aeric yang tersenyum karna Queensha sudah mau berbicara dengannya.

Aeric membalas itu dengan anggukan semangat yang membuat Aeron dan Zalerfa terkekeh pelan melihat ekspresi Aeric. Queensha tersenyum tipis kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jendela menatap kendaraan yang berlalu lalang. Beruntung karena Jalan kota pagi ini tak begitu padat sehingga mereka tak terjebak macet.

_🍁_

Baru saja terbangun dari tidurnya Kafka di kejutkan dengan wajah Bintang yang berada tepat di depan wajahnya. Kafka refleks mendorong tubuh Bintang yang membuat Bintang terjatuh dengan estetik di lantai ruang rawatnya itu. Raden tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Bintang, sedangkan Elang hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil.

"Sorry baru bisa jenguk, Lo gak ada kabar sih!" Kata Raden sambil menaruh buah-buahan yang mereka bawa di atas nakas.

Kafka menganggukkan kepalanya lalu beralih menatap Bintang yang misuh-misuh tak jelas dan menatap tajam Kafka yang dibalas tak kalah tajam oleh Kafka sendiri membuat Bintang langsung menyengir lucu, takut dengan tatapan mematikan milik Boss nya itu.

"Gimana kabar Lo?" Tanya Elang memilih duduk di kursi sebelah branker Kafka.

"Baik" kata Kafka sambil mengambil handphone miliknya yang berada di sebelah buah-buahan tadi.

"Fathir yang kasih tau kita kalau Lo ada di sini, kok Lo bisa di sini sih? Maksud gue Kok Lo sampai drop gini?" Kata Bintang berbicara sambil mencomot buah anggur yang tersedia di depan matanya.

"Tangannya" kata Raden menegur yang di balas Cengiran khas milik Bintang.

Namun sedetik kemudian tangannya juga ikut mencomot buah Apel yang terlihat menggiurkan. Melihat apa yang di lakukan oleh Raden membuat Bintang menoyor kepala Raden dari belakang.

The Story Of Queensha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang