Suara ketukan sepatu hils yang saling sahut-menyahut menjadi sebuah nada irama indah mengiringi kebisingan kota pada pagi hari ini. Seorang gadis cantik yang telah rapih dengan pakaian kerjanya berjalan dengan cepat melewati zebra cross ketika melihat lampu lalulintas yang menunjukkan warna merah diseberang.
Semilir angin berhembus melewati celah jendela kaca memasuki ruang dalam mobil. Terasa sejuk dan menenangkan ketika angin yang berhembus menerpa wajah cantik dan menerbangkan pucuk hijab yang ia kenakan.
Mata cantik itu memandang semua orang yang sibuk menyebrang ketika lampu masih menunjukkan warna merah.
Tidak memakan waktu lama, lampu yang awalnya berwarna merah berganti dengan warna hijau, membuat beberapa kendaraan yang berhenti melajukan jalan mereka.
Gadis berhijab itu menginjak pedal gasnya secara perlahan, lantas melaju tanpa arah.
Jujur saja.. aku pasti bisa melewati hari yang menyebalkan ini. Maksudku, sedari kemarin aku tidak ingin bertemu dengan jiddah terlebih lagi dengan wajah nenek lampir itu. Tetapi kali ini aku harus benar benar menunjukkan wajah ramah.
Manik indah itu terus menyisir jalanan dari balik kaca mobil yang tengah melaju dengan normal. Terdengar suara yang memalukan dari perutnya yang meminta segera di isi. Walaupun jarak yang cukup jauh Nazeva bisa melihat bagaimana kemacetan yang terjadi di depan sana.
Dengan cepat ia memutar arah mobil menuju gang sempit yang menunjukkan jalanan menuju pasar tradisional. Ia berencana mengisi perut kosongnya dengan membeli beberapa jajan tradisional.
Tidak butuh waktu lama, Nazeva telah berada di daerah pasar tradisional. Ia dengan cepat melajukan mobilnya masuk ke dalam area pakir mobil yang telah di sediakan.
Setelah merasa cukup puas dengan hasil pakir mobilnya. Nazeva menyambar dompet kecil yang tergeletak di kursi penumpang.
Kaki mungil yang terbalut dress panjang, segera turun dari mobil. Nazeva mengunci mobil miliknya, dengan langkah anggun dirinya berjalan menuju dalam pasar.
Terdengar suara bising sahut-menyahut satu sama lain dari para pedagang, mereka berusaha memanggil para pembeli untuk mendekati kios mereka.
"Mari mba,,, kue nya."
"Nasi uduknya mbaaa."
"Mari mampir mba, silakan mau cari apa."
"Lontong sayurnya mbaa."
Suara para pedagang yang terus memanggil para pembeli membuat Nazeva tersenyum sambil berjalan. Langkah kakinya membawa ia menuju salah satu stan yang menjual kue-kue tradisional.
"mari mba cari apa.. kue nya silakan." Ujar sang pedangan kue.
" Ini semua berapa ya Bu?" Balas Nazeva ramah.
" 4 nya 10 ribu mba," balas pedangan kue.
Nazeva memasukan beberapa kue dalam keranjang yang disediakan, terlihat ia memilih klepon, engkok, dadar gulung, kue lapis, dan ketan serundeng.
Nazeva hanya memilih beberapa kue yang menarik perhatiannya, ia menyerahkan keranjang yang telah terisi kue kepada pemiliknya untuk segera di bungkus.
"Totalnya 50 ribu mba." Ujar pedagang kue memberikan kantong plastik milik Nazeva.
Nazeva mengeluarkan uang pecahan 50 ribu, lalu memberikan kepada pedangan tersebut "terimakasih Bu." Ujarnya sambil mengambil kantong lalu berjalan menuju stan lain.
Nazeva berjalan menuju beberapa stand selanjutnya. Tidak terasa sudah cukup banyak yang dirinya beli, beberapa kantong belanjaan yang telah terisi penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rafa (On Going)
ChickLit" Aku memang mencintai dirinya, tapi aku sadar, aku tidak pernah bisa bersanding dengannya, bahkan aku sangat jauh dibandingkan ribuan wanita yang mengagumi sosoknya. ~ Nazeva Clarissa " Ya Allah, maafkan hamba mu ini, hamba memiliki rasa lebih kep...