G'R ~23

166 10 10
                                    

Malam yang tenang dengan  hewan malam memenuhi langit, di tambah dengan sorotan indah dari sang rembulan mengisi ketenangan dari sepasang suami istri yang menikmati waktu mereka.
Nazeva menggenggam kopi panas di tangannya, terlihat sebuah selimut tebal melilit tubuh kecil itu menghalau angin langsung menyentuh kulit putih bersih itu. Gus Rafa yang duduk di samping Nazeva memandang area sekitar pandanganya nya terhenti ke wajah cantik istrinya yang terlebih lebih indah di bawah sinar sang rembulan.

Gus Rafa memandang wajah Nazeva yang terlihat melamun"Bagaimana? Kamu baik baik saja bukan sayang?"

Nazeva tersadar dari lamunannya memandang Gus Rafa yang masih menatapnya bingung 'aku?"

Gus Rafa mengangguk, Nazeva menarik pelan nafasnya lalu memandang Gus Rafa "tidak ada yang baik baik saja mas, wanita mana yang berfikiran semuanya baik baik saja ketika istananya kedatangan wanita yang menyimpan rasa kepada sang suami."

"Tidak ada ratu yang menginginkan selir memasukin Harem miliknya, tidak ada wanita yang akan menerima takdir yang menyakitkan," sambung Nazeva lalu meminum kopi.

Gus Rafa menatap Nazeva dalam, dirinya sangat tau sirat dari omongan istirnya. Dirinya hanya bisa menghela nafas mengikuti arahan pandangan sang istri.

"Tidak akan ada selir bagi seorang raja yang hidupnya telah terisi oleh sang ratu, bahkan raja akan merelahkan nyawanya sekali pun untuk mempertahankan sang ratu berada di atas posisinya."

Gus Rafa meminum kopi yang telah mendingin " raja tanpa ratu tidak akan pernah menjadi raja, tetapi ratu tanpa raja akan tetap menjadi ratu."

Sarah melangkahkan kakinya menuju gazebo halaman belakang, suasana malam yang tenang dari balik pondok membuatnya memantapkan diri untuk segera duduk di gazebo, matanya menatap rembulan yang terlihat bersinar dalam gelapnya malam. Tetapi pandangan nya terjatuh kepada balkon kamar yang berisi sepasang suami istri yang sedang menikmati malam.

Sara menatap mereka lama "seharusnya aku yang bersama mu Raf, aku yang selalu menemani dirimu dari dahulu tetapi kenapa kau memberikan posisi wanitamu kepadanya." Sarah menundukkan kepalanya.

" Ya Allah persatuan aku dengan Rafa dalam ikatan pernikahan yang sah di matamu, aku rela menjadi wanita kedua asal aku bisa tetap berada di sampingnya." Sarah terus memandangi pemandangan yang sangat membuat hatinya iri.

Ketenangan malam tidak membuatnya nyaman terlebih lagi pemandangan yang membuat hatinya panas, dengan cepat Sarah melangkahkan kakinya meninggalkan halaman belakang. Dirinya tidak ingin terlalu lama berada disana hatinnya hancur melihat pemandnagan itu.

Gus Rafa yang menyadari keberadaan Sarah yang terus memperhatikan mereka, memilih untuk mengabaikan. Bukan urusan dirinya apapun yang terjadi kepada wanita itu, tetapi perhatian nya hanya akan terhenti kepada wanita yang berada disampingnya itu. Dunia yang Terlihat indah akan bertambah indah ketika ada istri kecilnya itu di samping dirinya.

'ayo mas,masuk sudah malam."

Gus Rafa segera berdiri dengan cepat mengendong gadis itu membawanya kedalam kamar, Nazeva ayang mendapatkan perlakuan mengejutkan itu segera mengalungkan tangannya ke leher gus Rafa, padangan terkunci kepada mata indah yang menyejukan itu.

Gus Rafa berjalan menuju kasur mereka,meletakan tubuh Nazeva dengan lembut di atas kasur, pandangan terus terkunci kepada mata bulat itu.

gus rafa menatap Nazeva dalam "boleh kah?"

Nazeva yang paham pun hanya menganggukkan kepalanya, membuat sang suami tersenyum penuh arti.

Disisi lain, Sarah melangkahkan kakinya menuju kamar mandi  Masih terus terputar pemandangan yang baru saja dirinya liat, dimana Gus Rafa berada bersama Nazeva dalam satu selimut tebal melilit tubuh keduanya.

Sarah mengusap kasar wajahnya dengan air, berusaha menghilangkan pemandangan yang baru saja dirinya lihat. Sarah terus menatap cermin yang berada di kamar mandi, pemandangan tersebut terus berputar didalam benaknya.

"Ga bolehhh.... Rafa hanya milik gue, Lo liat aja Zeva gue bakalan singkirkan Lo Gimana pun caranya." Sarah menggengam erat tangannya terlihat tatapan penuh benci dari matanya.

~~~

Mobil hitam bermerk Ranger Cover, dikendarai dengan santai mengantri mengambil tiket parkir dalam kawasan rumah sakit. Nazeva memandang ke depan mencari sela kosong untuk memarkirkan mobilnya.

Nazeva berjalan menelusuri koridor sepi rumah sakit, ia menoleh ke setiap pintu ruangan yang ada. Langkah kaki mungil itu berhenti di tempat para suster penjaga.

"Selamat malam mba, ada yang bisa kami bantu." Ujar seorang perawat menyapa Nazeva.

"Maaf mba, kamar nomor 315C dimana ya?" Balas Nazeva sopan.

"Mari mba saya antar."

Nazeva berjalan di belakang seorang perawat, pandangannya terus tertuju kepada setiap kamar yang berada di lantai itu.

Langkah kakinya Nazeva terhenti ketika  perawat yang berada didepannya berhenti. Nazeva melirik nomor ruangan yang terletak di dinding.

"Ini kamarnya Bu,"

"Terimakasih suster"

Setelah kepergian sang perawat,Nazeva membuka pintu ruangan kamar tersebut,terlihat seorang lelaki tua paruh baya yang tergeletak lemah dia atas ranjangn yang berada di ruangan itu. Mata Nazeva terus memandang keadaan kamar itu, kamar kecil yang terdiri dari satu buah kasur dan kamar mandi di dalamnya tidak lupa dengan kipas yang bergantung di dinding menunjukkan bahwa lelaki itu mendapatkan kelas kecil. Lelaki tua tersebut yang tertidur pulas terbangun ketika mendengar ada suara kursi yang di tarik keluar.

Nazeva memandang lelaki tersebut,sungguh kasihan sekali bagiaman bisa seorang yang dulu di agungkan sekarang  menjadi orang yang sangat memprihatinkan. Nazeva menatap lelaki yang terus memandangnya dengan dingin itu.

"Bagaimana kabar mu? Dimana kekuasan yang dulu kau agungkan itu?"ujar Nazeva dengan tangan di dada.

Lelaki paruh Bayah itu menatap Nazeva "A-apa y-ang k-au i-nginkan?"

Nazeva tersenyum remeh "Tidak banyak, hanya kesaksian dirimu."

"T-idak akan" ujar lelaki tua itu tanpa menatap Nazeva.

Nazeva yang di perlakukan seperti itu hanya tersenyum,tangannya merogoh sebuah amplop dari dalam tasnya lalu memberikan kepada lelaki tua tersebut.

"Ku harap kau akan merubah keputusan mu setelah ini."

Nazeva memandang remeh lelaki itu lalu berjalan menuju pintu ruangan, Nazeva membuka pintu ruangan tetapi terhenti dirinya masih membelakangi lelaki tua tersebut "lebih baik pikirkan sekali lagi, jangan mengambil keputusan terburu buru. Nomor ku ada di dalam amplop itu." Setelah mengucapkan itu Nazeva berjalan meninggalkan ruangan tersebut.

Melihat kepergian Nazeva, lelaki tua itu membuka amplop yang berada ditanganya. Air mata terus mengalir deras, sungguh apa yang terlihat dari amplop itu adalah hal yang tidak pernah dirinya terbayangkan sama sekali.

Nazeva terus melangkahkan kakinya menjauhi ruangan tersebut,tatapan lembut itu berubah menjadi tatapan dingin. Bahkan tidak ada senyum yang berada di bibir mungil itu, kakinya mengayun menu lift, ketika lift terbuka Nazeva memandang orang yang keluar dari lift tersebut. Terlihat seorang wanita tua dalam rombongan itu dengan pakaian yang sangat lusuh, dengan smirk kecil menghiasi bibir mungil itu ketika pintu lift tertutup.




























TB GUYSSSSSS
........

.....
....

....
.

JANGAN LUPA VOTE YA GUYSSSSSSSS

Gus Rafa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang