G'R ~18

118 10 5
                                    

Nazeva dan Gus Rafa baru saja tiba dikediaman sang buyah,pandangan Nazeva tertuju pada Sarah yang sedang berkumpul bersama keluarga besar gus Rafa.

"Cih ada nenek lampir"

Gus Rafa menuntun tangan Nazeva berjalan mendekati keluarga besar,awalanya Nazeva di terima baik oleh keluarga Gus Rafa. Gus Rafa berjalan mendekati jiddah dengan Nazeva berada di belakangnya.

"Loh Rafa, Sarah udah nungguin dari tadi loh nak kenapa baru datang,"ujar sang jiddah

Nazeva menatap Sarah santai dari balik punggung gus Rafa,sedangkan Sarah hanya menunduk malu.

"Maaf telat jidah" Gus Rafa menyalami tangan jiddah lalu bergeser memberikan ruang kepada Nazeva.

Nazeva mendekati jiddah ingin menyalami tangan wanita tua itu,sebelum tangan Nazeva menyentuh tangan jiddah. Wanita itu menarik tangannya membiarkan tangan Nazeva berada di atas angin. Sarah tersenyum dalam hati.

Jiddah menatap Sarah "Sarah bantu jiddah kesana"

"Ayo jiddah"ujar Sarah sambil menuntun wanita tua itu.

Mereka berdua meninggalkan Gus Rafa dan Nazeva, Zeva hanya bisa memejamkan matanya mengatur emosi yang bersarang di dada. Gus Rafa yang melihat itu hanya mengelus pundak Nazeva pelan.

Nazeva menjauhkan tangan Gus Rafa di pundaknya "Zeva kesana dulu mas maaf"ujar Nazeva berjalan meninggalkan Gus Raf menuju meja makan.

Nazeva dengan cepat mengambil air minum mencari kursi yang berada di dekat meja makan,menundukkan kepala sambil meminum air di tangannya.

Gus Rafa melihat itu hanya memijat hidungnya, dirinya sangat tau betul bahwa Nazeva tidak bisa diremehkan seperti tadi. "Ya Allah sungguh hamba ingin menangis melihat istri hamba di perlakukan seperti itu."

Umi yang melihat keluarga besar suaminya memperlakukan putrinya menyakitkan membuat ia membuang muka sambil terus mengusap air mata. Abah yang melihat pun seketika menahan emosinya, anak yang tidak tau apapun terlibat hal yang memalukan seperti ini.

Nazeva yang merasa emosinya cukup tenang,mengangkat kepalanya pandangan nya tertuju kepada Jiddah dan yang lainnya terdapat Sarah tersenyum bahagia di antara mereka. Seseorang menepuk pundak Nazeva pelan membuatnya sedikit menoleh.

"Aku boleh duduk disini?"tanya gadis yang mengunakan cadar.

"Silakan"

"Hallo, aku Fira istri dari Gus Azmi,"ucapnya ramah.

Nazeva menatap nya sambil tersenyum "aku Zeva istrinya Gus Rafa mba."

"Kok mba duduk disini nggak gabung sama yang lain?"sambung Nazeva.

"Aku sama kamu sama va,aku bukan seorang Ning seperti mereka, jadi aku dibedakan oleh jiddah sama seperti mu" ujar Fira dengan nada sedih.

"Maaf-"

"Tidak perlu meminta maaf,oh iya jangan terlalu sering ikut acara keluarga besar ya va. Aku ga mau kamu ngerasain apa yang aku rasain cukup aku aja."

"Terimakasih mba,aku akan ikuti ucapan mba. Terimakasih juga udah mau menemani ku duduk disini."

"Sama sama dek."

Gus Rafa menatap lega Nazeva yang saat ini bersama istri dari sepupu nya itu, Gus Azmi mendekati Gus Rafa.

"Biarkan mereka berdua raf,aku yakin mereka mampu. Bukan salah kita tidak menikah dengan yg senasab sama kita tetapi Allah sudah menentukan takdir kita,"ujar Gus Azmi menepuk pundak Gus Rafa.

"Kamu benar bang, manusia boleh berencana tetapi Allah punya takdir." Jawab Gus Rafa.

Nazeva menggenggam erat tangannya melihat Sarah yang bergitu di sayang oleh keluarga besar gus Rafa. Fira yang menyadari tatapan adik kecil di sampingnya itu segera menggenggam tangan Nazeva.

"Tidak perlu untuk di akui mereka dek, cukup suami kita bersama kita semua akan baik baik saja," ujar Fira. Nazeva menatap Fira lalu mengangguk.

"Mba kenal Sarah?"

Fira segera mengangguk "Sarah sudah kenal keluarga ini jauh sebelum kita dek, dulu Sarah mau di jodohkan dengan bang Azmi. Tetapi Sarah menolak karena dia ingin Gus Rafa yang saat itu entah dimana keberadaan saat menuntut ilmu,"

"Oh jadi dari dulu nenek lampir mau sama mas Rafa,oh tidak semudah itu ferguso,"batin Nazeva.

"Terus akhirnya perjodohan itu di batalkan,jadi orang tua bang Azmi memilih ku yang merupakan santri mereka,dan sekarang aku jdi istri nya. Adek kamu denger kan?"Ujar Fira menatap Nazeva yang bengong.

Fira sedikit menggoyangkan tubuh Nazeva"Adekkk."

"Hah? Iya mba adek denger hehe"ujar Nazeva menggaruk kepalanya.

"Mba kira kamu nggak denger,"sambung Fira.

"VA mba ke mas Azmi dulu ya,kamu gapapa mba tinggal?" tanya Fira menatap Nazeva.

"Ze gapapa mba hati hati ya."

"Mba tinggal dulu ya dek, assalamualaikum "

"Waalaikumsalam."

Jiddah memperhatikan Nazeva dari jauh, ia melihat mata gadis itu yang terlihat tidak asing untuknya. Mata yang selalu ia temui dahulu tetapi dirinya tidak terlalu memperhatikan.

Meskipun dirinya terlihat mengabaikan gadis itu, tetapi dari kejauhan jiddah terus memperhatikan gadis yang duduk sendiri itu dengan tenang.

"Setenang itu kamu nak,ketika aku memperlakukan mu buru,"

"Jiddah,"ujar Sarah sambil menepuk pelan Paha jiddah.

"Iya sudah kenapa?"

"Jiddah mau Sarah ambilkan makan?" Tanya sarah menatap jiddah.

"Nanti saja nak, Jiddah belum laper,"

Perhatian jiddah hanya kepada Nazeva, gadis yang sangat tenang dalam duduknya. Membuat perhatian terus tertuju.

"Ze kami menemukan buktinya, kemarilah."

Setelah membaca pesan tersebut dengan cepat Nazeva menghapus air matanya dan berlari keluar dari rumah besar itu tanpa memperhatikan apapun, termasuk sang suami dan mertua.

Gus Rafa menatap kepergian Nazeva yang terlihat sangat terburu buru,dengan cepat ia berlari meninggalkan semuanya untuk menyusul sang istri.

Melihat itu membuat mereka semua yang berada di dalam rumah menatap mereka bingung. Umi dan Abah merasa ada yang tidak beres segera mengikuti kedua nya.

Gus Rafa umi dan Abah yang telah sampai di luar rumah hanya menatap kepergian mobil Gus Rafa yang keluar dengan kecepatan tinggi.

Abah menepuk pundak Gus Rafa "kenapa? Ada masalah apa nak?"

" Rafa gatau bah, tapi tadi Rafa liat ze menghapus air matanya."

"Atau ze tersinggung dengan perlakuan umi tadi, ya Allah." Ujar umi menatap keduanya.

Gus Rafa memijat kepalanya yang sedikit pusing, jika benar hal itu terjadi sungguh sangat sakit hati Nazeva saat ini.

"Rafa masuk, tidak sopan meninggalkan acara seperti ini." Ujar jiddah berada di depan pintu.

Gus Rafa hanya menatap sang jiddah dingin, lalu berjalan meninggalkan beliau tanpa menoleh sedikitpun.

Abah dan umi berjalan di belakang gus rafa mengabaikan jiddah. Jiddah menatap kepergian mobil cucunya tadi dengan perasaan bersalah.

"Ya Allah,apa gadis itu tersinggung dengan perlakuan ku, maafkan hamba ya Allah"

Jiddah berjalan masuk kedalam rumah dengan rasa bersalah, ketika melewati Gus Rafa lelaki itu hanya memasang wajah dingin tidak tersentuh sedikitpun.




















Tbc gusy.....

Gus Rafa (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang