"Hal yang tak terduga belum tentu buruk, mungkin awalnya kelihatan membingungkan. Namun saat kamu menerimanya, akan ada banyak kejutan lain yang justru lebih tak terduga"
~*~*~*~*~
Selliza terbangun saat sayup-sayup mendengar suara seseorang berbicara. Tidak keras sih sebenarnya tapi mampu membuat dirinya terbangun.
Gadis itu menguap pelan sambil mengucek matanya. Entah kenapa kali ini tidurnya terasa nyaman dengan bantal empuk dengan bulu-bulu halus yang berada di sekitarnya.
Sebentar, bulu?,pikir Selliza mulai merasa aneh. Bagaimana bisa dia tidur di bantal empuk berbulu jika dirumahnya saja bantal kain saja tidak ada?!
Selliza membuka matanya segera dan kini terpampanglah wajah seekor harimau yang tengah bergelung diperutnya.
"Huaa!!!"
"Eh, Nona Muda sudah bangun?" Tanya seorang pria dengan setelan jas abu-abu sambil berjongkok di depannya. Selliza menatapnya tanpa berkedip. Dia tampan, tapi dia siapa? ,batin Selliza.
"Sepertinya Nona masih kaget ya karena Luna? Tenang saja Nona, Luna selalu disini karena dia merindukan Nona" Selliza mengedipkan mata.
Orang ini ngomong apa sih? Sumpah, nggak ngerti aku, ucap Selliza dalam hati.
"Tuan juga sudah dalam perjalanan pulang bersama Tuan Muda, mungkin sepuluh menit lagi sampai" Selliza mulai berkaca-kaca.
Itu pasti ayahnya, kan?.
Selliza tidak tahu siapa Tuan Muda yang dimaksud tapi kalau ayahnya yang datang, Selliza takut kalau ia akan disiksa lagi.
Dia sedang sakit dan belum membelikan alkohol untuk ayahnya. Selliza yakin setelah ini dia akan menjadi samsak gratis atas kemarahan ayahnya lagi kali ini. Gadis itu tanpa sadar meneteskan air matanya namun yang tak disangka sebuah jilatan lembut mengusap pipi dan matanya.
Selliza menoleh menemukan harimau yang tengah ditidurinya kini menatapnya sambil terus menjilati pipinya.
(Kira-kira kayak gini ya gambarnya, cuma bayangin aja itu didalem kamar)
"Uaa aa Au (Huaa....aku takut)" Selliza melebarkan mata. Barusan...
Selliza berusaha bangkit namun tubuhnya terasa berat dan Susah di gerakkan. Gadis itu berusaha lagi namun tiba-tiba terhenti saat menyadari tangannya yang mengepal.
Tangannya....sekecil ini?
Seolah tak percaya, Selliza mengangkat kakinya. Masih sama. Gadis itu mulai menyentuh wajahnya, sejak kapan wajahnya menjadi tembem dan lembut seperti ini?
Masih dengan keterkejutannya, Selliza tak menyadari bahwa pintu terbuka dan menampilkan dua orang laki-laki yang berbeda usia tergopoh-gopoh memasuki ruangan yang ditempatinya.
"Rubella!!"
☘️☘️☘️☘️
Butuh waktu lama bagi Selliza untuk mencerna keadaannya sekarang. Dia ditidurkan diranjang masih berbantalkan perut harimau yang sejak tadi tak beranjak dari sisinya. Yang berbeda hanya dua orang laki-laki yang tadi tiba-tiba datang lalu meneriakkan nama seseorang yang terdengar asing di telinga Selliza.
Satu pria dengan pakaian kantor yang terlihat mahal tengah berbicara dengan pria yang berjas abu-abu tadi dengan ekspresi serius.
Lalu satu laki-laki yang Selliza pikir berumur sembilan atau sepuluh tahun yang tengah membaringkan tubuhnya dengan posisi terkurap dan menyangga kepalanya dengan satu tangan di sampingnya.
Dari tadi dia menatap Selliza dengan mata berbinar sambil terus memainkan jarinya seolah berharap agar Selliza menggenggamnya.
"Benar bukan sakit serius, kan?" Tanya pria tadi pada ajudannya. Laki-laki berjas abu-abu itu mengangguk.
"Dokter cuma bilang kalau memang gejala pertumbuhan pada bayi memang seperti itu, mungkin setelah ini Nona Muda semakin aktif bicara, atau mulai bisa terkurap sendiri dan sebagainya" Pria didepannya tampak mengesah mendengar penjelasan dari ajudannya.
"Kenapa harus sakit dulu kalau mau berkembang?" gerutunya lalu mengisyaratkan agar ajudannya tersebut keluar.
Laki-laki dengan jas abu-abu tadi menunjukkan badannya sebentar sebelum keluar dan menutup pintu besar di hadapan Selliza. Kini hanya ada pria itu, bocah sepuluh tahun ini, dan harimau yang sedari tadi tidak beranjak dari sisi Selliza. Selliza menatap pria itu dengan tatapan penasaran.
Siapa mereka?
Mereka bukan kenalan ayahnya, juga belum pernah ditemui oleh Selliza di masa lalu. Lalu apa yang terjadi padanya hingga menjadi bayi yang hanya tidur di kasur ini? Meskipun empuk tapi Selliza sudah rindu rasanya berlari dan berjalan diatas tanah. Sedangkan dengan tubuh ini Selliza hanya bisa diam dan tidur terlentang. Dia, kan, juga ingin tidur miring!
"Ayah, beneran nih Ella baik-baik aja?" Tanya laki-laki disebelah Selliza.
Pria tadi mengangguk lalu ikut membaringkan dirinya disisi lain sampingnya. Pria itu menatap Selliza lembut lalu memainkan tangan Selliza satunya.
"Ya, cuma gejala pertumbuhan aja. Kalau sudah sembuh mungkin Ella bisa lebih aktif bicara atau bisa terkurap sendiri" ucap pria itu sambil mengecup kening Selliza.
Mendapat serangan mendadak yang belum pernah dirasakannya membuat Selliza merona. Ya tuhan, baru kali ini dia dicium oleh pria yang seumuran ayahnya. Bahkan ayahnya sendiri tak pernah Selliza ingat pernah menciumnya meskipun sekali. Jadi begini ya rasanya dicium.
"Ayah! Panggilkan dokter lagi! Wajah Ella memerah!" Seru bocah laki-laki itu membuat Selliza tersadar. Dia menatap panik pria tadi yang mulai beranjak dari posisi berbaringnya.
Hei, aku nggak pa-pa!!, ucap Selliza dalam hati. Dia harus menghentikan pria ini sebelum memanggil dokter lagi.
"Uaa am eii (tuan, jangan pergi)"
Duh, kenapa susah banget ngomong sama mulut bayi?, batin Selliza frustasi.
"Ella, Bang Zed disini. Ella bakalan baik-baik saja, okey?" Bujuk bocah laki-laki disebelahnya yang sama sekali tidak membantu.
"Eiiaa aii aa (Selliza baik-baik aja)" ucap Selliza masih berusaha meskipun hasilnya tetap terdengar tidak jelas.
"Sakit banget ya, Ella? Tenang aja habis ini kalau dokter datang, Ella nggak bakal sakit lagi"
"Aak euuu (Nggak gituu)" rutuk Selliza frustasi. Haduh gimana ini?!
Sebuah ide terlintas di pikiran Selliza. Gadis yang kini menjadi bayi itu akhirnya mulai membusungkan dada lalu menangis dengan keras dan merentangkan tangannya. Semoga pria didepan sana paham.
"Huaaaa" dengan mata memburam, Selliza menatap pria yang tadi hampir keluar kini berbalik kearahnya.
Oke, berhasil!
Tubuhnya terangkat lalu digendong dipelukan pria tadi yang saat ini menepuk punggung dan pantatnya lembut.
"Iya, iya, Ayah nggak jadi pergi kok. Ella masih kangen ayah ya?"
"Eei aak euu (sebenernya nggak gitu)" oceh Selliza masih terdengar tidak jelas.
Gadis itu kini mulai mengantuk setelah di puk-puk. Tenaganya seolah terkuras habis karena menangis keras tadi. Selang beberapa menit, Selliza tertarik ke alam mimpi di pelukan pria yang entah sejak kapan ia anggap ayah tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Become a Daughter of Possesive Family
FantasyBagi Selliza, hidup ditengah-tengah hiruk pikuk kota besar hanyalah suatu hal yang tak harus ia syukuri. Selama delapan belas tahun hidup ditengah-tengah kota metropolitan, hal yang ia tahu selama ini adalah: Pertama, ia makan dan minum hanya untuk...