12.YAH-YAH NAN ALAH

87 6 0
                                    

"Itu bukan sebuah amukan, bukan juga sebuah pelampiasan, namun rasa yang hadir ditengah-tengah rasa khawatir,cemas, juga sedikit kecewa"

~*~*~*~*~

Acara wisuda sudah selasai sejam yang lalu. Kini Rubella, Cedric, juga Ian dan Zed tengah berada dalam mobil menuju perjalanan pulang. Rubella sendiri sudah tertidur di pelukan Ian yang dengan setianya masih menepuk pelan punggung adik kesayangannya itu.

Zed hanya bisa menatapnya penuh keirian di bagian paling belakang kursi penumpang. Suasana dimobil juga sedikit berubah, tidak seperti sebelumnya yang terlihat menyenangkan saat Rubella membuka matanya. Ian juga tak banyak bicara, lebih memilih untuk memejamkan matanya meski tidak tertidur.

"Ayah, Ruby sekarang umur berapa?" tanya Ian memecah keheningan.

"Mau satu tahun" jawab Cedric singkat lalu kembali terdiam. Zed kini menatap Ian yang kini tampak menimbang-nimbang. Mungkin Memikirkan kado yang akan diberikannya dihari ulang tahun Rubella.

"Habis ini lanjut dimana?" tanya Cedric kemudian.

"Apanya? Kuliah?" balas Ian yang hanya dijawab anggukan oleh Cedric.

"Padahal dikasih tahu sama sekolah, kenapa tanya?" Cedric hanya mengedikkan bahu lalu membelokkan mobilnya masuk kehalaman rumah nya.

"Ian mau kuliah di Singapore, kemarin dapat undangan dari sana" gumam Ian sebelum membuka pintu mobil.

"Emang bisa?" tanya Cedric sambil tersenyum mengejek.

"Ayah jangan ngejek ya, paling Cuma sebulan sekali Ian pulang" Cedric hanya mencibir lalu menatap putra keduanya yang hanya diam menyimak percakapan keduanya.

Dirinya tahu bahwa Zed merasa bersalah karena lalai menjaga Rubella. Kebiasaan Zed sejak kecil yang melekat padanya jika dirinya merasa bersalah. Zed pasti bingung untuk memancing percakapan, juga merasa ragu untuk sekedar menjelaskan di saat yang tepat.

"Zed" panggil Cedric membuat Zed mendongak. Menatap Ayah kandungnya itu dengan tatapan bimbang.

"Jelasin di kamar Ayah" Zed hanya mengangguk lalu mengikuti Cedric yang sudah berjalan lebih dulu.

Ian menatab bocah yang masih anteng digendongannya dengan kepala yang saat ini disenderkan dibahunya. Saking nyenyaknya, dia sampai tak sadar kalau sedari tadi Ian sudahh berhenti menepuk punggungnya. Ian jadi tahu kalau titik paling ampuh untuk menidurkan Rubella adalah punggungnya.

"Grrr" Ian menoleh menatap Luna yang berdiri disamping kamar Rubella.

Harimau oranye berloreng hitam itu sepertinya menunggu Rubella sejak tadi disana. Membuat Ian yakin, kalau Rubella sering sekali menghabiskan waktu bersama kucing besar peliharaan ayahnya ini. Untung saja Rubella tidak memiliki sawan, awas saja seandainya sampai punya. Ian gorok harimau ini!

"Ruby lagi tidur, Luna jangan ganggu" peringat Ian sambil membuka kamar Rubella. Luna hanya mendengus dan menggeram pelan sambil mengikuti Ian masuk kedalam kamar.

Tanpa dikomando, Luna sudah mendudukkan dirinya di kasur sambil menunggu Ian meletakkan Rubella disana. Ekor panjangnya mengibas-kibas tidak sabar membuat Ian mendengus sambil meletakkan Rubella ke kasur.

"Luna main sendiri dulu sana! Kamu, kan, udah puas main sama Ruby" titah Ian yang dibalas gelengan oleh Luna. Harimau betina itu malah menidurkan dirinya disamping Rubella sambil sesekali menduselkan wajahnya keperut Rubella.

Ian hanya menghela napas lalu ikut merebahkan dirinya disisi yang berlawanan dengan Luna. Matanya sedikit menyipit karena tersenyum saat Rubella yang masuh tidur menggenggam jarinya saat Ian memainkan jari-jari mungil yang bahkan tidak sebesar kelingkingnya itu.

I'm Become a Daughter of Possesive FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang