Udah masuk liburan semesteran, kalian ngapain?
Jalan-jalan apa jadi kaum rebahan?
Yang kasih vote nanti dapat kiriman sayang dari aku
Makanya vote yang banyak biar aku juga semangat nulisnya, oke?!
______________
"Ian, ini adik lo?"
"Kok nggak mirip lo, Big boss?"
"Dek, gue suami masa depan lo"
"Dih, dia besar lo tinggal tulang"
"Ngejek nih?"
Ian masih anteng sementara Rubella hanya diam, diam-diam bingung menjawab apa. Satu-satu nih nggak bisa ya nanyanya? Definisi sekali jawab, seribu pertanyaan datang lagi. Rubella menatap Ian yang terus menatapnya sambil memainkan tangannya.
"Yan" adunya membuat Ian hanya menghela napas.
"Diam!" bentak Ian pelan namun langsung berefek pada orang-orang disekitarnya. Suasana di sekitarnya seketika mengheningkan cipta seolah tidak terjadi apa-apa. Rubella menatap remaja itu takjub.
The real Big boy, bosku!
"Nggak keganggu lagi, kan?" tanya Ian yang dibalas anggukan Rubella.
Pawangnya kayak macan, batin teman-teman Ian yang mendengar nada lembut laki-laki dingin itu. Meskipun mulut meraka diam, namun mata mereka masih mencoba curi-curi pandang pada gadis manis yang berada dipangkuannya itu.
Tangan kecil gempal itu digigit dimulut sambil menatap kedepan dengan pipi yang menggembung. Rubella akui dia tidak paham apa yang dibicarakan didepan sana karena...... dia memang tidak paham. Pikirannya tiba-tiba disibukkan dengan keadaan Zed yang pasti mencarinya.
"Yan, Ed?" tanya Rubella sambil menarik kalung toga yang dipakai Ian. Ian mengedikkan bah lalu mendaratkan kecupan dipipi Rubella.
"Nanti aja ya?" Rubella mengangguk saja lalu kembali menatap kearah panggung. Cedric sudah selesai memberikan sambutan dan kini tengah berjalan kembali ke kursinya.
"Setiap sekolah tentunya memiliki siswa-siswi terbaik yang membanggakan, Acara selanjutnya adalah sambutan dari perwakilan siswa yang akan diwakili oleh salah satu murid terbaik, Fabian Alexandra Leaden. Sang juarawan terbaik yang menyabet 3 trofi nasional. Kepadanya kami persilahkan" ucap sang MC didepan sana.
Rubella mentap Ian yang bersiap bangkit. Rubella harus ikut siapa nih? Teman Ian? Atau kembali ke Zed saja yang dari tadi terus mengawasinya dari kursinya? Anak perempuan itu kini bimbang, namun kebimbangannya berubah menjadi raut panik saat Ian berjalan pelan menuju panggung dengan Rubella digendongannya. Jangan bilang kalau dia akan dibawa bersama kedepan panggung! Rubella itu demam panggung tahu!
Belum apa-apa, Tangan Rubella sudah mendingin dan mulai berkeringat. Belum lagi tatapan dari orang-orang yang menatap penasaran dengannya. Rubella mengenggam baju toga yang Ian kenakan.
"Nggak pa-pa, Ruby. Jangan takut" hibur Ian yang membuat Rubella menatapnya sangsi.
Jangan takut, gimana, hah?! Kalau Ian mah pasti sudah sering maju memberikan sambutan, lalu dirinya yang demam panggung ini harus ottoke dong, Big boy?!
Rubella menoleh kedepan. Raut wajahnya sejenak lega saat melihat Cedric berdiri diujung sana seolah tengah menunggu Ian untuk mengambil alih Rubella dari putra sulungnya itu. Meskipun nggak diambil pun, Rubella akan berusaha agar tidak sampai dibawa kepanggung! Memang setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Become a Daughter of Possesive Family
FantasyBagi Selliza, hidup ditengah-tengah hiruk pikuk kota besar hanyalah suatu hal yang tak harus ia syukuri. Selama delapan belas tahun hidup ditengah-tengah kota metropolitan, hal yang ia tahu selama ini adalah: Pertama, ia makan dan minum hanya untuk...