18. REGIS?

57 6 4
                                    

" Saat merasa sendirian, kamu akan tahu apa itu kesepian, kamu akan tahu rasanya tidak dipedulikan, dan kamu akan tahu bahwa dalam hitungan detik pikiran-pikiran buruk akan menguasaimu disaat kamu putus asa"

*~*~*~*~
Seorang anak laki-laki yang tengah membaca buku disudut perpustakaan kota itu terlihat sangat menikmati waktunya.

Dia sedikit melihat kearah langit melalui jendela yang ada disebelahnya sambil membayangkan sesuatu yang berhasil membuat bibirnya sedikit naik.

"Bayi waktu itu udah besar nggak ya?" Ucapnya bernostalgia.

Dia meletakkan bukunya kembali ke rak buku sambil berjalan keluar dari perpustakaan.

Laki-laki itu adalah Redika Albiane Regis. Cucu pemilik sekolah yang pernah bertemu Rubella di acara wisuda kakak laki-laki bayi perempuan itu.

Regis memang sering datang ke perpustakaan kota untuk membaca buku sepulang sekolah.

Tempat yang menurut Grandpanya bukanlah tempat yang akan dikunjungi Regis dengan kepribadian galak dan dinginnya.

Padahal nyatanya, hampir setengah  dari kegiatan sehari-harinya dihabiskan di tempat yang iconic dengan para kutu buku itu.

Bukan masalah kenyamanan dan suasana yang tenang, yang membuat Regis betah berada disana.

Dia lebih paham mengenai sesuatu ketika membaca daripada ketika mendengarkan penjelasan seseorang. Sehingga setiap kali pulang sekolah, Regis akan datang ke perpustakaan untuk mengulang pelajaran.

"Tuan Muda" panggil seorang wanita yang langsung membukakan pintu mobil.

Regis menahan tangan wanita itu saat matanya melihat penjual permen berbentuk bunga yang sedang lewat.

Pedagang yang berupa ibu-ibu dengan badan yang sudah sedikit membungkuk itu terlihat lelah menjajakan dagangannya yang tak seberapa untungnya.

Ditambah panas matahari yang menyengat menjelang sore ini. Regis sendiri yakin kalau dagangan ibu itu hanya laku beberapa.

Dia jadi teringat Rubella. Mungkin bayi yang dulu disuapinya roti krim itu kini sudah tumbuh giginya.

Regis berharap ketika dia bertemu lagi dengan bayi manis itu, dia bisa memberikan permen dan menjadi teman.

Regis tidak punya saudara ataupun anak seumurannya di rumah. Mommy dan Daddy nya adalah sepasang relawan yang selalu mengurus orang-orang dari pedalaman.

Dulu, sebelum masuk SD. Setiap setahun sekali mereka akan pulang. Terakhir adalah setelah acara wisuda di SMA yang dikelola Grandpanya.

Itu pun hanya dua Minggu, sebelum akhirnya mereka ditugaskan lagi ke suatu daerah Plosok di Afrika.

"Apa Tuan Muda mau beli permennya?" Tanya wanita yang dibalas anggukan oleh Regis.

"Aku mau beli. Sendiri" ucap Regis sambil melangkahkan kakinya menuju si penjual permen.

"Selamat datang, mau beli permen?" Tanya ibu-ibu itu terlihat bahagia.

Regis hanya mengangguk singkat meski dalam hati sedikit mencibir.

Yaiyalah, beli permen. Masa mau ngasih uang kek ngasih pengemis?, batin Regis sambil melihat-lihat.

Mon maapken babang Regis ya pemirsa, emang karakternya dibuat agak²~😅😅

Ada permen berbentuk bunga, lalu ada juga permen berbentuk love dan permen berbentuk potongan buah seperti semangka dan jeruk.

Ada juga yang berbentuk seperti cincin dan panjang seperti ulat.

I'm Become a Daughter of Possesive FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang