"Karena kamu manusia, kamu bisa marah, bisa menangis, juga tertawa. Kadang kamu bertengkar, kadang kamu egois, kadang kamu bisa manja. Karena kamu berhak merasakan itu semua"
~*~*~*~*~
"Gawat"
"Aku pikir baru beberapa hari"
"Apanya?"
"Liat Baby di kursi bayi"
"Terus?"
"Sekarang udah bisa jalan"
Rubella hanya tersenyum sangsi melihat dua anak laki-laki didepannya. Komuk Zed dan Leodon tampak seperti orang yang baru tahu kalau UFO itu ada padahal mah nggak ada. Derick izin keluar karena sudah ada Zed yang menjaga Rubella, namun sedari tadi hingga sekarang..... beginilah keadaannya.
"Anak monyet" panggil Leodon membuat Rubella diam-diam berdecak. Panggilan itu belum berubah rupanya. Ia pikir biawak satu ini akan memanggil nama Zed dengan benar saat ada orangnya.
"Anak platipus diem dulu deh, aku masih kaget liat adik aku berdiri"
Waw, ternyata Zed bukan tipe abang yang diem-diem tetep kalem. Pinter kok dia, orang abangnya Rubella. Biar kapok nih Biawak satu! Tiap hari, tiap jam, tiap menit, tiap detik, tiap mili detik kalau bareng sama Leodon itu bawannnya ngajak war mulu.
Laki loh dia, tapi mulut lemesnya ngalah-ngalahin cabe sekilo. Mulutnya kehabisan filter air isi ulang nih makanya kalau ngomong asal ceplos nggak mikirin orang yang denger. Apalagi bawaan minus hati nurani, beuh....agak lain emang.
"Ayah pasti belum tahu" ucap Zed sambil tersenyum misterius.
"Ngapain si Gorilla harus tahu, lagian juga baru berdiri. Belum nanti kalau dia bisa lari" heran Leodon sambil menatap Zed aneh.
"Eh, yang gak punya saudara mending diem dulu deh ya? Nggak usah ikut campur!" sergah Zed sombong. Leodon yang tak terima kini bersungut, bersiap-siap mengeluarkan jurus mulut lemesnya yang tiada lawan.
"Yaudah dong, enak sendiri. Jadi nggak ada tuh yang harus dibagi-bagi"
"Tapi sepi, makanya sendiri mulu, kan, kamu kesepian"
"Enak aja, gini-gini aku juga ada yang nemenin kalau main!!"
"Siapa? Pembantu yaaaaa? Makanya nggak seru, huuu!"
"Kalau ngajak berantem sini kamu!"
"Ayo! siapa takut? Platipus emang bisa berantem?"
"Ooop!" potong Rubella mulai pusing mendengar seru-seruan mereka. Kenapa mereka meributkan hal yang sepele sih. dasar bocil!
"Anan elal!" rengek Rubella sambil merentangkan kedua tangannya. Zed tersenyum lalu merangkul tubuh Rubella yang hanya sedadanya saja karena bayi perempuan itu berada dalam posisi duduk.
"Emang Ella yang paling pengertian" ucap Zed seraya memanas-manasi Leodon yang saat ini sudah cemberut menatapnya.
"Kenapa? pengen nangis yaa? Sana ngadu ke Platipus biar dibikinin adek" balas Zed semakin menjadi. Leodon yang tidak terima semakin menggembungkan pipinya.
"Aku gak mau punya adek!"
"Yaudah sana! Nggak mau punya adek apa nggak berani minta?"
"Apasih? jangan ngarang!"
"Platipus nggak berani minta! Platipus nggak berani minta! Huuuuu, cemen!"
Tetes-tetes dari matanya mulai bercucuran karena kesal. Rubella menahan tawanya melihat hal itu. Apa memang anak seumuran begitu kalau menangis kelihatan lucu? Kenapa nggak dari dulu ya dia sadar, kalau anak seumuran Leodon itu egonya gede. Sekali senggol buyar!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Become a Daughter of Possesive Family
FantasíaBagi Selliza, hidup ditengah-tengah hiruk pikuk kota besar hanyalah suatu hal yang tak harus ia syukuri. Selama delapan belas tahun hidup ditengah-tengah kota metropolitan, hal yang ia tahu selama ini adalah: Pertama, ia makan dan minum hanya untuk...