6. EDISI TUMBUH GIGI

98 9 0
                                    

Met Sunday's day!

Ada yang punya rencana liburan, kah? Ke pantai? Jalan-jalan? Atau rebahan aja di rumah kayak aku?

Emang kurang kerjaan~plak

Nggak pa-pa, ya, kaum rebahan juga butuh waktu dan perayaan!

Kaum rebahan, kan, juga butuh tenaga buat isi ulang. Ya, kan?


Oke, happy reading!


________________

Pagi menuju siang ini, kediaman Leaden sudah disibukkan dengan Rubella yang tiba-tiba rewel. Gadis itu terus menangis dan menggeliat tak tenang di tempat tidurnya. Cedric yang sejak baru bangun tidur juga dibuat kuwalahan menghadapi putri bungsunya yang terus menangis.

Berbagai cara sudah dilakukan pria itu. Mulai dari mengajak Rubella bermain, mengganti popoknya yang bahkan belum basah karena baru diganti oleh pelayan, mengajak Rubella bercanda, sampai mencoba menidurkan Rubella.

Hasilnya? Gatot! Gagal total.

Nyonya Eveline sedang berada di luar karena ada sesuatu yang perlu diurus. Jadi hanya ada Derick, Cedric, juga Luna yang sedari tadi ikut bingung menghadapi Rubella yang sangat rewel pagi ini.

Harimau orange berloreng hitam itu terus mengikuti Cedric kemanapun pria itu menggendong Rubella. Sesekali dia berdiri untuk menjilat kepala Rubella dengan bertopang pada bahu Cedric.

"Ella, anak Ayah, Berhenti dulu ya? Cup, cup, Kasian mukanya sampe merah ini" ucap Cedric sambil mengusap air mata Rubella yang terus turun.

"Aiii (Sakiiit!)" tangis Rubella.

Sejak fajar tadi, Rubella mulai merasakan keanehan pada bagian di mulutnya. Gusinya terasa sakit, nyut-nyutan, juga nyeri secara bersamaan. Semakin mulutnya bergerak, semakin sakit pula nyeri yang dirasakannya.

Saat makan bersama Derick pun, mulutnya terasa sakit saat bersenggolan dengan sendok dan bubur bayi. Rubella jadi tidak bisa menikmati sarapannya, justru malah semakin sakit setelah makan.

Padahal dia masih belum punya gigi, Rubella bahkan sejak masuk kedalam tubuh ini seperti nenek-nenek ompong yang terus makan bubur lembut.

"Tuan Cedric!!" teriak Derith sambil mendobrak pintu.

Pria itu segera berlari kearah Cedric diikuti pria berjas putih di belakangnya. Tentu saja, seorang dokter. Nggak mungkin pocong, kan, ya?

Rubella ditidurkan di ranjang dengan dokter yang sibuk memeriksanya. Sebelah tangan dokter tersebut memegang stetoskop yang terus bergerak di perut Rubella, sebelah tangannya lagi menuliskan sesuatu di papan kertas yang ada di pahanya.

"Bukan sakit perut atau kembung" ucapnya membuat Cedric mendelik.

Dokter berumur sekitar kepala tiga itu bergidik. Mungkin merasa takut dengan tatapan Cedric atau tatapan Luna yang sama mengerikannya karena dia adalah binatang buas yang tengah mengintainya. Padahal Luna hanya melihatnya karena dia tidak bisa mngobati Rubella tapi malah disalah artikan.

Dokter itu meraih senter kecil lalu melihat kedalam mulut Rubella yang terus terbuka karena menangis. Entah apa yang ditemukannya didalam sana hingga membuatnya tersenyum lalu terkikik kecil. Sambil mencoba menahan tawa, Dokter tersebut menjelaskan keadaan yang membuat Rubella rewel sepanjang pagi.

Dokter, aku kesakitan dan anda masih berani tertawa didepanku?!, batin Rubella jengkel.

Bayi perempuan itu memiringkan posisi tidurnya. Sedikit meringis saat pipinya tenggalam di bantalnya yang empuk sambil terus mendumel kesal. Luna yang merasa pemeriksaan selesai, segera menghampiri Rubella dan berbaring disampingnya seraya menaruh kepalanya di atas kepala Rubella.

I'm Become a Daughter of Possesive FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang